MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII F SMP NEGERI 2 TUNTANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Nursalim
SMP Negeri 2 Tuntang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada pembelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Tuntang tahun pelajaran 2014/2015. Model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa yang menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara anggota kelompok. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus dengan kesimpulan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 14% yakni siklus I sebesar 74% meningkat menjadi 88% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar telah meningkat sebesar 9,35 yang berasal dari siklus I sebesar 68,71 menjadi 78,06 pada siklus II.
Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, model pembelajaran Snowball Throwing.
PENDAHULUAN
Data dari nilai ulangan harian siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang semester II tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 31 siswa hanya 5 siswa yang tuntas belajarnya karena 5 siswa tersebut telah mencapai dan melampaui KKM sedangkan 26 siswa belum tuntas KKM hasil belajarnya. Dengan KKM yang ditetapkan sebesar 75 dan nilai rata – rata kelas VIII F sebesar 56,77 dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya kelas VIII F tergolong rendah.
Rendahnya hasil belajar kelas VIII F tersebut diantaranya disebabkan oleh proses pembelajaran yang diberikan oleh guru masih menggunakan metode ceramah sehingga aktivitas siswa dalam pembela-jaran masih kurang dan hasil belajar siswa masih rendah. Kondisi aktivitas belajar siswa yang masih rendah akan berpe-ngaruh pada hasil belajar siswa. Apalagi dengan pembelajaran IPS yang masih belum terpusat pada siswa dimana guru masih mendominasi pembelajaran. Guru jarang menerapkan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif dan berperan dalam pembelajaran. Siswa juga sering merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPS karena metode yang digunakan guru hanya berceramah sehingga menimbulkan kejenuhan dan menimbulkan rasa malas siswa. Guru perlu menerapkan model pembelajaran menyenangkan yang mampu meningkatkan aktivitas dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran bersama – sama dalam satu kelompok dengan jumlah anggota 3 – 5 siswa. Anggota kelompok bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru (Tim Instruktur Matematika, 2006). Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing. Snowballartinya bola salju sedangkan Throwing artinya melem-par. Snowball Throwing dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang meng-gunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok (Isjoni, 2010:34).
Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: 1). Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Tuntang? 2). Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Tuntang?
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing pada semester II tahun pembelajaran 2014/2015.
LANDASAN TEORI
Aktivitas Belajar.
Pendidikan di masa sekarang lebih menitik beratkan pada aktivitas belajar siswa, dikarenakan aktivitas siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, hal ini diungkapkan oleh Mudjiono& Dimyati (1997:7). Aktivitas belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseotang untuk mencapai tujuan. Sardiman (2011: 100) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar itu meliputi aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan pembe-lajaran keduanya saling berkaitan dan penting. Aktivitas siswa yang meningkat akan mendorong hasil belajar yang akan meningkat pula.
Hasil Belajar.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Dengan demikian hasil belajar merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menguasai bahan yang telah dia pelajari (Anni, 2007:5).
Model Pembelajaran Snowball Throwing.
Agar aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat khususnya siswa kelas VIII F diperlukan suatu tindakan diantara-nya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif tipe Snow-ball Throwing menurut Suprijono (2009: 128) sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok – kelompok dan memanggil masing – masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing – masing siswa diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain secara bergantian. 6) Siswa yang mendapat lemparan bola diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut. 7) Evaluasi. 8) Penutup.
KERANGKA BERPIKIR
Kondisi awal atau kondisi prasiklus pada pembelajaran IPS yang terjadi di kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang masih didominasi keaktifan guru dengan menerapkan metode ceramah dan sedikit diskusi maupun tanya jawab. Keadaan ini menyebabkan siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Pada dasarnya kepasifan ini disebabkan oleh guru yang kurang melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang rendah akan mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah pula.
Untuk mengatasi keadaan terse-but, siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang perlu diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing baik pada siklus I maupun siklus selanjutnya. Dengan menerapkan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwingakan meningkatkan aktivitas belajar siswa terutama dalam menjalin kerja sama dalam proses pembelajaran. Selain dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Apabila keaktifan maupun hasil belajar pada siklus pertama belum mencapai sesuai dengan indikator kinerja perlu diadakan siklus selanjutnya hingga mencapai keaktifan dan hasil belajar yang ditargetkan. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII F pada mata pelajaran IPS akan meningkat.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:
1. Penerapan model pembelajaran koope-ratif tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang
2. Penerapan model pembelajaran ko-operatif tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang
METODE PENELITIAN
Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang direncanakan dan disiapkan pada bulan Maret 2014 yang terdiri dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tuntang yang beralamatkan di Jalan Mertokusumo Desa Candirejo Kec. Tuntang Kab. Semarang.
Subjek penelitian
Subjek pada penelitian tindakan ini adalah 31 siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang Kab. Semarang pada semester II tahun 2014/2015.
Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian tindakan ini melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting pada masing –masing siklus. Planning yaitu membuat rencana tindakan, acting yaitu melakukan tindakan dan reflecting yaitu merefleksi pasca tindakan. Dari 4 tahapan dari masing – masing siklus dilakukan analisis yang bersifat deskriptif komparatif yaitu membandingkan data sebelum dengan data setelah tindakan yang dilanjutkan dengan langkah refleksi.
Alat pengambil data
Alat pengambil data yang diguna-kan adalah daftar nilai, pedoman penilaian, lembar observasi, lembar angket dan butir –butir soal tersebut.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan ini adalah: 1) melaksanakan pretest pada awal pembelajaran 2) melaksanakan postest pada akhir pembelajaran 3) melakukan observasi pada setiap kegiatan untuk mengetahui keaktifan siswa dengan menggunakan lembar pengamatan 4) memberikan angket untuk memperoleh jawaban dari siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Setelah memperoleh data dari 4 teknik di atas dilakukanlah analisis data dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif yaitu membandingkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada saat pra siklus dengan siklus I dilanjutkan membandingkan kegiatan antara siklus I dan siklus II. Analisis data yang dilakukan pada setiap siklus digunakan untuk merefleksi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan maupun kelemahan yang terjadi kemudian memberikan ulasan serta mengumpulkan apakah diperlukan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
Indikator kinerja
Setelah dilakukan penelitian target keberhasilan yang ingin dicapai pada kondisi akhir siklus terakhir minimal sebesar 76%. Banyak siswa aktif belajar dan hasil belajar meningkat minimal sebesar 80% banyak siswa (25 siswa) dari 31 anak mencapai atau melampaui KKM dengan rata –rata nilai 76.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi kondisi awal/pra siklus. Kondisi awal atau kondisi pra siklus siswa kelas VIII F ditinjau dari keaktifan belajar maupun hasil belajarnya dapat dilihat dari tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa kelas VIII F pada pra siklus
No |
Indikator Keaktifan |
Banyak Siswa |
Persentase Siswa |
1 |
Berani bertanya |
2 |
6,4% |
2 |
Menjawab pertanyaan |
5 |
16% |
3 |
Memecahkan soal |
4 |
12,8% |
|
Rata – rata |
4 |
12,8% |
Tabel 2. Hasil belajar siswa kelas VIII F pada pra siklus
No |
Jenis Test |
Banyak siswa mencapai KKM |
Persentase siswa mencapai KKM |
Rata – Rata Nilai |
1 |
Pretest |
3 |
9,6% |
4,2 |
2 |
Postest |
8 |
25,6% |
5,2 |
Dari tabel 1 tentang aktivitas belajar siswa kelas VIII F dapat dideskripsikan bahwa dari 31 siswa hanya 2 siswa (6,4%) yang berani bertanya dan hanya sebanyak 5 siswa (16%) yang mampu menjawab pertanyaan dan sebanyak 4 siswa (12,8%) yang mampu memecahkan soal. Dari tiga indikator keaktifan belajar rata –rata hanya 4 siswa (12,8%) yang aktif belajar atau sebanyak 27 siswa ( 87,2 % ) yang belum aktif belajar.
Ketidakaktifan belajar siswa kelas VIII F ternyata berkaitan dengan hasil belajarnya seperti tertera pada tabel 2 tentang hasil belajar siswa kelas VIII F pada pra siklus yang dideskripsikan bahwa dari 31 siswa pada saat pretest hanya 3 siswa (9,6%) yang mencapai KKM dengan rerata nilai 4,2. Pada saat pretest hanya 8 siswa (25,6%) yang mencapai KKM dengan rerata nilai 5,2.
Dengan hanya 4 siswa (12,8%) yang aktif dan 3 siswa (9,6%) yang mencapai KKM pada saat pretest dan 8 siswa (25,6%) yang mencapai KKM pada saat pretest dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII F memiliki keaktifan belajar yang rendah dan hasil belajar yang rendah pula. Maka perlu ada tindakan untuk memperbaikinya yakni melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Deskripsi siklus I
Kondisi siklus I merupakan kondisi yang sudah diadakan tindakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Keadaan siklus I dapat dibandingkan dengan kondisi pra siklus baik keaktifan maupun hasil belajar siswa kelas VIII F, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa kelas VIII F pada pra siklus dengan siklus I.
No |
Indikator Keaktifan |
Pra Siklus |
Siklus I |
||
Banyak siswa |
Persentase |
Banyak siswa |
Persentase |
||
1 |
Berani bertanya |
2 |
6,4% |
10 |
32% |
2 |
Menjawab pertanyaan |
5 |
16% |
15 |
48% |
3 |
Memecahkan soal |
4 |
12,8% |
14 |
44,8% |
|
Rerata |
4 |
12,8% |
13 |
41,6% |
Tabel 4. Hasil belajar siswa kelas VIII F pada pra siklus dengan siklus I.
No |
Jenis Test |
Pra Siklus |
Siklus I |
||||
Banyak siswa mencapai KKM |
Persentase siswa mencapai KKM |
Rerata Nilai |
Banyak siswa mencapai KKM |
Persentase siswa mencapai KKM |
Rerata Nilai |
||
1 |
Pretest |
3 |
9,6% |
4,2 |
13 |
42% |
6,5 |
2 |
Posttest |
8 |
25,6% |
5,2 |
18 |
58% |
6,8 |
Dari Tabel 3 tentang keaktivitas belajar kelas VIII F dapat didiskripsikan bahwa dari 31 siswa berdasarkan indikator keaktifan belajar ternyata ada perkem-bangan naik saat siklus I dibandingkan pra siklus yaitu
1. keberanian bertanya pada pra siklus hanya 2 siswa (6,4%) meningkat menjadi 10 siswa (32%) pada siklus I berarti ada kenaikan sebanyak 8 siswa.
2. Keaktifan menjawab pertanyaan pada saat pra siklus ada 5 siswa (16%) meningkat menjadi 15 siswa (48%) pada siklus I berarti ada kenaikan sebanyak 10 siswa (32%).
3. Keaktifan memecahkan masalah saat pra siklus ada 4 siswa (12,8%) meningkat menjadi 14 siswa (44,8%) pada siklus I ini berarti ada kenaikan sebanyak 10 siswa (32%).
4. Rerata siswa yang aktif sebanyak 4 siswa (12,8%) pada pra siklus meningkat menjadi 13 siswa (41,6%) pada siklus I, sehingga ada peningkatan rerata sebanyak 9 siswa (29%).
Sedangkan perkembangan hasil belajar pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4 yang dapat dibandingkan dengan pra siklus yaitu:
1. Pada saat pretest hanya 3 siswa (9,6%) meningkat menjadi 13 siswa (41,6%) pada siklus I berarti ada peningkatan 10 siswa (32%).
2. Pada saat posttest banyak siswa yang mencapai KKM 8 siswa (25,6%) pada pra siklus meningkat menjadi 18 siswa (58%) pada siklus I, ini berarti terjadi peningkatan sebanyak 10 siswa (32%).
3. Rerata nilai pretest sebesar 4,2 pada pra siklus meningkat menjadi 6,5 pada siklus I, berarti ada peningkatan 2,3.
4. Rerata nilai posttest sebesar 5,2 pada saat pra siklus I dan meningkat menjadi 6,8 pada siklus I berarti ada peningkatan sebesar 1,6.
Dengan adanya tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing telah terjadi peningkatan keaktifan belajar sebanyak 13 siswa (41,6%) dan peningkatan hasil belajar sebanyak 18 siswa (58%) yang mencapai KKM dengan rerata hasil belajar sebesar 6,8. Namun peningkatan keaktifan dan hasil belajar tersebut belum memenuhi target indikator kinerja yaitu 76% dari banyak siswa aktif belajar dan hasil belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 80% (25 siswa) dengan rerata hasil belajar 7,6.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus I telah terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIII F namun belum memenuhi target indikator kinerja. Dari keadaan tersebut perlu tindak lanjut untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa supaya mencapai target indikator dengan melakukan siklus II.
Deskripsi Siklus II
Kondisi siklus II merupakan kondisi dari tindak lanjut siklus I dengan suatu tindakan dalam bentuk perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Keadaan siklus II dapat dibandingkan dengan kondisi siklus I baik keaktifan belajar maupun hasil belajar siswa kelas VIII F seperti yang terlihat pada tabel 5 dan tabel 6.
Tabel 5. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa kelas VIII F pada siklus I dengan siklus II.
No |
Indikator Keaktifan |
Siklus I |
Siklus II |
||
Banyak siswa |
Persentase |
Banyak siswa |
Persentase |
||
1 |
Berani bertanya |
10 |
32% |
26 |
83,2% |
2 |
Menjawab pertanyaan |
15 |
48% |
31 |
99,2% |
3 |
Memecahkan soal |
14 |
44,8% |
31 |
99,2% |
|
Rerata |
13 |
41,6% |
29 |
93,8% |
Tabel 6. Hasil belajar siswa kelas VIII F pada siklus I dengan siklus II.
No |
Jenis Test |
Siklus I |
Siklus II |
||||
Banyak siswa mencapai KKM |
Persentase siswa mencapai KKM |
Rerata Nilai |
Banyak siswa mencapai KKM |
Persentase siswa mencapai KKM |
Rerata Nilai |
||
1 |
Pretest |
13 |
42% |
6,5 |
18 |
58% |
7,0 |
2 |
Posttest |
18 |
58% |
6,8 |
25 |
80% |
7,8 |
Dari Tabel 5 tentang keaktivitas belajar kelas VIII F dapat didiskripsikan bahwa dari 31 siswa berdasarkan indikator keaktifan belajar ternyata ada perkembangan naik saat siklus II dibandingkan siklus I yaitu
1. keberanian bertanya pada siklus I hanya 10 siswa (32%) meningkat menjadi 26 siswa (83,2%) pada siklus II berarti ada kenaikan sebanyak 16 siswa (51,2%).
2. Keaktifan menjawab pertanyaan pada saat siklus I ada 15 siswa (48%) meningkat menjadi 31 siswa (99,2%) pada siklus IIberarti ada kenaikan sebanyak 16 siswa (51,2%).
3. Keaktifan memecahkan masalah saat siklus I ada 14 siswa (44,8%) meningkat menjadi 31 siswa (99,2%) pada siklus II ini berarti ada kenaikan sebanyak 17 siswa (54,4%).
4. Rerata siswa yang aktif sebanyak 13 siswa (41,6%) pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa (93,8%) pada siklus II, sehingga ada peningkatan rerata sebanyak 16 siswa (51,2%).
Sedangkan perkembangan hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 6 yang dapat dibandingkan dengan siklus I yaitu:
1. Pada saat pretest siklus I hanya 13 siswa (41,6%) meningkat menjadi 18 siswa (58%) pada siklus II berarti ada peningkatan 5 siswa (16%).
2. Pada saat posttest banyak siswa yang mencapai KKM 18 siswa (58%) pada siklus I meningkat menjadi 25 siswa (80%) pada siklus II, ini berarti terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa (22%).
3. Rerata nilai pretest sebesar 6,5 pada siklus I meningkat menjadi 7,0 pada siklus II, berarti ada peningkatan 0,5.
4. Rerata nilai posttest sebesar 6,8 pada saat siklus I dan meningkat menjadi 7,8 pada siklus II berarti ada peningkatan sebesar 1,0.
Dengan adanya tindakan berupa perbaikan atau penyempurnaan pelaksana-an model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing telah terjadi peningkat-an rerata keaktifan belajar sebesar 93,8% dan peningkatan hasil belajar saat posttest sebesar 80% (25 siswa) yang mencapai KKM dengan rerata hasil belajarnya sebesar 7,8. Dengan demikian indikator kinerja tentang keaktifan belajar sebesar 76% yang ditargetkan telah tercapai yakni 80%, sedangkan indikator kinerja hasil belajar sebesar 80% yang ditargetkan telah tercapai yakni 80%. Rerata hasil belajar yang ditargetkan sebesar 7,6 telah terlampaui yakni 7,8.
Dari deskripsi di atas dapat disim-pulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang Semester II tahun 2014/2015.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penerapan model pembelajaran koope-ratif tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang. Hal ini ditunjuk-kan dengan peningkatan aktivitas belajar sebesar 41,6% atau 13 siswa pada siklus I menjadi 93,8% atau 29 siswa pada siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar pada pretest sebesar 58% atau 18 siswa yang mencapai KKM pada siklus I menjadi 80% atau 25 siswa pada siklus II. Rerata nilai hasil belajar juga meningkat yakni 6,8 pada siklus I menjadi 7,8 pada siklus II.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Tuntang semester II tahun 2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catarina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang Press.
Diyan Tunggal Safitri. 2011. “Metode Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika”. (Jurnal Matematika dan Pendidikan). Hlm 20.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mudjiono & Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.