PENINGKATAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS XI PK MAN 1 SURAKARTA MATA PELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

DENGAN METODE PRESENTASI

Sugiyono

Guru Mata Pelajaran SKI MAN 1 Surakarta, Jawa Tengah

ABSTRAK

Sugiyono, Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas XI PK MAN 1 Surakarta Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dengan Metode Presentasi Penelitian ini secara umum bertujuan untuk untuk menuntaskan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Metode Presentasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1). Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Metode Presentasi. 2) Untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Metode Presentasi di dalam upaya meningkatan ketuntasan belajar siswa Mata Pelajaran SKI Kelas XI PK MAN 1 Surakarta, 3). Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Metode Presentasi pada materi pokok Sejarah Dakwah Rasululloh terhadap ketuntasan belajar siswa Kelas XI PK MAN 1 Surakarta. Dari hasil analisis data dan kesimpulan penelitian, diperoleh beberapa temuan antara lain: 1) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilaksanakan dengan baik dan menarik. 2)Aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar, melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Metode Presentasi dikategorikan baik, 3). Dengan berdasarkan analisis statistik deskriptif dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Metode Presentasi dapat menuntaskan hasil belajar siswa dengan hasil belajar kategori baik.

Kata kunci: ketuntasan belajar, kooperatif tipe STAD, presentasi


PENDAHULUAN

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam merupakan perkembangan perjalan-an hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan-nya yang dilandasi oleh akidah. Aspek dari SKI yang perlu ditekankan adalah kemam-puan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan-nya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lainnya guna mengembangkan Kebudayaan dan Peradaban Islam.

Untuk mencapai tujuan pembelajar SKI, maka pembelajaran SKI harus dilaksa-nakan dengan sebaik–baiknya, menye-nangkan (joyful), dan kontekstual sehingga mampu merespon siswa berpartisipasi aktif guna memperoleh hasil yang diharapkan.

Keberhasilan pengajaran SKI ini ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaaran, maka makin berhasil kegiatan pembelaran tersebut. Tanpa aktivitas belajar tidak akan memberikan hasil yang baik.

Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan strategi pembelajaran tradisional. Sementara tuntutan kurikulum, kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Selain itu, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pencapain jumlah siswa yang tuntas belajar di MA Negeri Surabaya kelas XII ternyata masih rendah. Dikatakan rendah karena belum mencapai ketuntasan belajar menurut kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 85% dari seluruh peserta didik memperoleh nilai > 70.

Dalam mempelajari konsep-konsep SKI, siswa kurang bisa mengaitkan konsep yang ada ke dalam kehidupan sehari–hari sehingga menyebabkan siswa akan mengalami kesulitan bila siswa dihadapkan kepada bahan pengajaran baru yang menghendaki penalaran intelektual dan praktikal sedangkan SKI sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam sangat berkaitan dengan kehidupan sehari–hari dan akan lebih mudah dipahami siswa berdasarkan pengalaman yang mereka temui di lingkungan sendiri.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena model kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan melakukan belajar dalam kelompok. Pembentukan kelompok kooperatif yang heterogen dilakukan dengan cara melihat hasil belajar siswa terdahulu.

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini sangat populer dikalangan para ahli pendidikan, dalam metode STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4 – 5 orang. Skor kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya. Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga semangat kelompok untuk bekerjasama.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: pengajaran kelas, belajar time tes atau kuis, skor peningkatan individu dan pengakuan kelompok (Slavin, 1995)

a. Pengajaran

Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara klasikan dengn menggunakan pendekatan konstektual pada pokok bahasan sistem koloid.

b. Belajar dalam tim

Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4 – 5 orang. Hal ini dimaksudkan untuk saling meyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

c. Tes

Setelah siswa menerima pengajar-an dari guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggung jawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelom-poknya. Karena kegiatan pembelajaran ini terdiri dari 2 (dua) putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 (dua) kali pada setiap akhir putaran.

d. Skor Peningkatan Individu

Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan individu. skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yag memperoleh niai terbaik dan berhak atas hadiah atau pernghargaan yang dijanjikan.

Tabel Langkah pemberian skor pembelajaran kooperatif STAD

Langkah

Perilaku Siswa

Langkah 1

Menetapkan skor dasar

Langkah 2

Menghitung skor kuis terkini

Langkah 3

Menghitung skor perkembangan

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor awal

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini

Hasil yang di dapat siswa dijumlahkan kemudian dibagi jumlahnya.

Metode Presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis. Persentasi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, sehingga orang tersebut dapat menerima dengan baik.

Penggunaan metode presentasi bagi siswa adalah metode pengungkapan ide, gagasan, prasaran di depan umum oleh satu atau lebih presenter dengan menyertakan naskah makalah atau tidak. Bagi kebanyakan orang metode presentasi menuntut adanya pembuatan ringkasan dari sekian masalah yang akan dipaparkan.

Tujuan melatihkan metode presen-tasi adalah melatih siswa mengembangkan keaktifan dan kemampuan berfikir secara kritis dan analitis.

METODE PENELITIAN

Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam 3 (dua) siklus, yakni 2 (dua) jam pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran siklus 1: Sejarah dakwah Rasulullah.

2. Materi pembelajaran siklus 2: Hasil Perjuangan dakwah Rasulullah.

3. Materi pembelajaran siklus 3: Ibrah dari perjuangan rasulullah

Pada tiap putaran (siklus) terdiri atas 4 (empat) tahap, yaitu:

1. Rancangan (planning)

2. Kegiatan dan pengamatan (acting and observing)

3. Refleksi (reflecting)

4. Revisi (revision)

Instrumen

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar Tes

Dalam penelitian ini post test digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan Hasil Rapat MGMP MAN; bahwa siswa akan tuntas belajar bila ia telah memperoleh skor 70% atau nilai 70.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan berupa lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk menilai keteram-pilan-keterampilan guru dan siswa, apakah kegiatan pembelajaran tersebut berpusat guru atau berpusat pada siswa.

Analisis dan Refleksi

Metode Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode presentasi di kelas XI pada Kompetensi Dasar Sejarah Dakwah Rasulullah, Hasil Perjuangan Rasulullah dalam Dakwah, dan Ibrah dari perjuangan Rasulullah.

2) Metode Tes

Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan (postest) untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketuntansan belajar siswa terhadap materi yag disampaikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode presentasi.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai tes prestasi belajar SKI pada kompe-tensi dasar Sejarah Dakwah rasulullah, Hasil Perjuangan Rasulullah dalam Dak-wah, dan Ibrah dari perjuangan Rasulullah, data pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, serta pengmatan keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode presentasi. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN

Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode presentasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif tinpe STAD dengan metode presentasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa

Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran dengan Kooperatif Tipe STAD dengan Presentasi

Dari data kemampuan guru mengelola pembelajaran dapat didiskripsikan bahwa kemampuan pengajar dalam mengelola pembelajaran rata-rata dilaksanakan dengan baik oleh pengajar pada semua aspek kegiatan pembelajaran dari pendahuluan berkategori cukup baik dan sangat baik, sedangkan kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dalam proses belajar mengajar, serta kondisi suasana kelas menujukkan kategori sangat baik, dengan perincian sebagai berikut: A. pendahuluan adalah: 1. Mengaitkan pembelajaan 4 dengan kategori sangat baik, 2. Menyampaikan tujuan dasar diskusi dan TPK sebesar 3.3 dengan kategori cukup baik, dan 3. Memotivasi siswa sebesar 3.7 dengan kategori sangat baik. B. Kegiatan inti adalah: 1. membentuk kelompok diskusi (4- 5 siswa setiap kelompok) dan Memberikan lembar kerja pada setiap kelompok untuk didiskusikan. sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik, 2. meminta kelompok untuk mendiskusikan lembar kerja yang telah diberi sebesar 3,3 dengan katagori cukup baik, 3. memberikan informasi seperlunya yang dibutuhkan oleh siswa selama berdiskusi dengan kelompoknya sebesar 3.7 dengan kategori cukup baik, 4. mengamati siswa disetiap kelompok dan menunjuk seorang koordinator kelompok sebesar 3.7 dengan katagori sangat baik, 5. siswa mengkomunikasikan secara lesan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompok (acak) dengan komunikatif sebesar 3.8 dengan kategori sangat baik, dan 6. mendiskusikan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas sehingga diperoleh kesamaan pemahaman tentang materi sebesar 3.8 dengan katagori sangat baik. C. Penutup adalah: 1. guru mengajukan pertanyaan tentang materi pada kelompok secara acak sebesar 3.7 dengan kategori sangat baik, 2. siswa mengerjakan beberapa soal sebagai tugas individu dengan kerja keras, mandiri, jujur, tanggungjawab sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik, 3. siswa membuat rangkuman dari materi sebesar 3.7 dengan kategori sangat baik, dan 4. Memberikan tugas pemantapan sebesar 3.8 dengan kategori sangat baik. D. Pengelolaan waktu dan KBM adalah: 1. Waktu sesuai dengan alokasi sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik, 2. PBM menampakkan ciri metode problem solving sebesar 3.5 dengan kategori cukup baik. E. Suasana kelas adalah: 1. Siswa antusias sebesar 4 dengan kategori sangat baik, 2. Pengajar antusias sebesar 3.8 denga kategori sangat baik. Hasil perhitungan pada tabel 4.7 ditunjukkan juga nilai reliabilitas instrumen 01:lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran, untuk siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, secara urut nilai koefisien reliabilitas instrumen (R) adalah 0.86, 0.89, dan 0.93. dengan rata-rata koefisien reliabilitas instrumen (R) sebesar 0.88. Jadi instrumen 01 tersebut dikategorikan baik. Instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas ³ 0,75 (Borich, 1994: 385).

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Presentasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran

Respon siswa terhadap KBM disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

TABEL 4.3 RESPON SISWA TERHADAP KBM

No.

Uraian Kegiatan Belajar Mengajar

Respon Siswa

Senang

Tidak

I.

Pendapat siswa terhadap komponen Kegiatan Belajar Mengajar berikut ini:

1.

Materi

27

2

2.

Bahan tertulisnya

29

3.

Lembar Kerja Siswa

29

4.

Suasana kelas

27

2

5.

Penampilan gurunya

28

1

6.

Kegiatan praktikum

7.

Cara guru mengajar

27

2

II.

Pendapat siswa terhadap komponen berikut ini

Baru

Tidak baru

1.

Materi

29

2.

Bahan tertulisnya

29

3.

Lembar Kerja Siswa

29

4.

Suasana kelas

28

1

5.

Penampilan gurunya

28

1

6.

Kegiatan praktikum

7.

Cara guru mengajar

27

2

Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa berminat mengikuti KBM berikutnya dengan metode kooperatif tipe STAD.

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Tes hasil belajar siswa diperoleh dari setiap individu dengan kemampuan masing-masing untuk dapat melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa berupa kuis dimana RPP-1 selama 20 menit siswa menyelesaikan 4 soal essay dan pada RPP-2 selama 20 menit siswa menyelesaikan 4 soal essay. Soal evaluasi 1 dan 2 terlampir pada lampiran 3.F. Hasil evaluasi ini bersifat sebagai data yang kemudian diolah melalui analisis hasil ulangan di setiap RPP dan kemudian diperoleh prosentase ketuntasan belajar berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan KKM mata pelajaran SKI di MAN 1 Surakarta adalah 70 (Proporsi menjawab benar setiap individu minimal 70 %).

2. Analisis Data Penelitian Persiklus

Dari data Data Penelitian Persiklus diperoleh bahwa pada siklus pertama prosentase ketuntasas 38%, pada siklus kedua naik 66% dan pada siklus ketiga naik 97%. Berikut ini adalah data persiklus:

Rencana

Pembelajaran

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Ketuntasan

Keterangan

Tuntas

Belum

RP-1

11

18

29

38 %

Siklus 1

RP-2

19

10

29

66 %

Siklus 2

RP-3

28

1

29

97 %

Siklus 3

Dari tabel tersebut diatas diperoleh gambaran bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada setiap pelaksanaan pembelajaran siswa selama dua kali kegiatan rencana pembelajaran. Rencana umum dapat dikatakan bahwa siswa semakin dapat menyesuaikan keadaan hal yang baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian perangkat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MAN 1 Surakarta yang dilakukan dengan 3 (tiga) siklus dapat disimpulkan:

1. Secara umum kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan presentasi adalah baik. Guru mampu mengoperasikan perangkat pembelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan skenario sehingga membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran.

2. Menurut data hasil pengolahan diskriptif tentang respon siswa dalam Kegiatan pembeljaran menunjukkan bahwa terbesar guru digunakan untuk membimbing siswa, mendorong dan melatih kemampuan kooperatif dan ketrampilan proses, sedang waktu sebanyak siswa digunakan untuk kelompok belajar, diskusi antar siswa dan guru dengan demikian secara umum proses pembelajaran ini berpusat pada siswa sehingga siswa merasa senang mengikuti pembelajaran.

3. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kedua siklus, walaupun belum mencapai ketuntasan klasikal yang diinginkan kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Uhya. 1998. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia di SMU. Tesis Pasca Sarjana IKIP Surabya.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Konstektual. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD/MI. Jakarta: Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Dinas P dan K sub Din Dikmenum.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 2005. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Sekolah Menengah Atas. Surabaya: Satuan Kerja Pembinaan Pendidikan Menengah Umum.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 2005. Panduan Workshop Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Satuan Kerja Pembinaan Pendidikan Menengah Umum.

Hoetawarman, Wawang. 2000. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa pada Pembelajaran Konsep Kesetimbangan Kimia di Kelas II Cawu I SMU Negeri 1 Jombang. Laporan Akhir PTK Tahun 2000/2001. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. UNESA.

Nur, Mohammad. 2001. Translate From Contextual Teaching dan Learning by Alan Blan Chard. Makalah Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Pusat Sains dan Matematika sekolah. program Pascasarjana UNESA.

Nur, Mohammad dan Wikandari. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA.

Nur, Mohammad. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Konstektual (versi transparansi). Makalah pada Penelitian Pembelajaran berkaitan dengan KBK pada Guru MIPA SMU Negeri Kabupaten Sidoarjo tanggal 13-14 Maret 2002 di Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA.

Nur, Muhammad. 2000. Keterampilan Kooperatif. Buku Ajar Mahasiswa. Surabaya: UNESA.

Prihatini, Suci. 2005. Efektifitas Pendekatan Konstektual dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Kelas XI-2 di SMA Khadijah Surabaya. Skripsi yang tidak dipublkasikan. Surabaya: UNESA.

Sugiarto, Bambang. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Makalah dalam Pelatihan Pembelajaran berkaitan dengan KBK pada Guru MIPA SMU Negeri Kabupaten Sidoarjo tanggal 13-14 Maret 2002 di Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA.

Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Sekolah Umum.

Trianto. 2006. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2008a. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka.

Trianto. 2008b. “Pokok-Pokok Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru”. Makalah disampaikan pada Workshop Pembelajaran Inovatif dan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru yang diselenggarakan oleh MGMP Departemen Agama Kota Surabaya tanggal 14 Mei 2008.

 

Zamroni. 2004. Pedoman Khusus Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional.