MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

MELALUI PEMBELAJARAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS 7D SMPN 1 BRINGIN SEMESTER I TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

Rachmat Hardoyo

Guru IPS SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan peningkatan hasil belajar pada siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin pada pokok bahasan manusia pra aksara di Indonesia melalui pembelajaran berpikiran kritis. Pembelajaran berpikiran kritis adalah proses interaksi antara guru sebagai pihak yang membelajarkan dan peserta didik sebagai pembelajar yang secara aktif mampu menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dalam membangun pengetahuannya pada suatu lingkungan yang edukatif sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Melalui pembelajaran berpikir kritis telah terjadi kenaikan hasil belajar peserta didik kelas 7D yaitu rerata pada siklus I sebesar 76 dari rerata pra siklus sebesar 54 sehingga terjadi kenaikan 22. Sedangkan pada siklus II reratanya adalah 86 terjadi kenaikan 20 karena rerata siklus I 76.

Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berpikir kritis.


PENDAHULUAN

SMPN 1 Bringin telah memutuskan bahwa nilai KKM untuk mata pelajaran IPS kelas VII adalah 75 dengan demikian bagi siswa yang memperoleh nilai 75 masuk kategori “tercapai” kemudian bagi peserta didik yang memperoleh nilai di bawah 75 predikatnya adalah “belum tercapai” Sedangkan predikat “terlampaui” diperoleh siswa jika yang bersangkutan memperoleh nilai di atas 75.

Dari hasil Ulangan Tengah Semester yang telah dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 9 Oktober 2015 yang dimulai pukul 07.30 WIB sampai 08.30 WIB untuk pelajaran IPS ternyata kelas 7D merupakan kelas yang memiliki rerata paling kecil yaitu 6.1 dibanding kelas yang lain dan tak satupun peserta didik 7D yang mampu mencapai nilai KKM 75 karena nilai tertinggi yang diperoleh kelas tersebut adalah 74. Nilai terendahnya adalah 48 sehingga memiliki perbedaan rentang nilai sebesar 26. Kelas 7D yang memiliki 32 siswa, bila perolehan nilai dibuat prosentasi akan terjadi pengelompokan sebagai berikut: sebanyak 13 anak (40,62%) mempeoleh nilai antara 46-60, sebanyak 19 siswa (59,38%) memperoleh nilai antara 61-74. Dari total jumlah 32 siswa tersebut ternyata 100% jumlah siswa tersebut tak satupun yang mencapai KKM.

Keadaan ini merupakan permasa-lahan dalam bidang pembelajaran terutama hasil belajarnya. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh kelas 7D tersebut disebabkan oleh kekurangan yang berkait-an dengan pihak guru, peserta didik, proses pembelajaran, maupun materi test. Menurut pendapat siswa materinya sulit karena banyak istilah-istilah yang harus dihafalkan ataupun dipahami. Walaupun kisi-kisi Ulangan Tengah Semester sudah diterima, namun siswa merasakan menerima pendalaman/pembekalan/uraian yang lebih terperinci dari kisi-kisi tersebut. Dengan demikian penguasaan konsep dari materi pembelajaran mereka minim (terbatas/rendah).

Selain penguasaan konsep yang rendah, pada saat proses pembelajaran, kesungguhan siswa dalam mengikuti pela-jaran juga kurang, hal ini dapat dibuktikan dengan keterlambatan masuk beberapa siswa saat pembelajaran dimulai, sebagian besar siswa kurang memperhatikan pelajaran dan sulit diajak fokus dalam belajar. Kebiasaan bergurau atau meng-alihkan perhatian di luar materi pelajaran masih dominan, mereka dapat fokus sejenak pada pelajaran bila diingatkan, namun tidak lama kemudian mereka akan bergurau lagi. Kebiasaan ini juga akan menganggu fokus teman-teman yang berusaha memperhatikan pelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsungpun masih ada beberapa siswa minta ijin untuk buang air kecil ke belakang.

Rendahnya hasil belajar siswa kelas 7D juga disebabkan oleh faktor guru yaitu guru kurang memberdayakan keaktif-an belajar siswa, metode ceramah dan dominasi guru masih tinggi dalam proses pembelajaran. Guru belum menggunakan metode yang variatif serta tidak meng-gunakan media belajar yang menarik serta menyenangkan bagi siswa. Keadaan itu berdampak buruk pada siswa diantaranya suasana pembelajaran kelas kurang kondusif, siswa cenderung apatis, tidak bergairah, motivasi belajar menurun, keingintahuan rendah, cenderung pasif, hanya mendengarkan penjelasan guru sekilasan saja, kurang berani bertanya ataupun menjawab, enggan mengerjakan soal maupun tugas yang diberikan.

Keadaan yang demikian akan menjadi lebih buruk lagi bila materi bahasan berkaitan dengan pokok bahasan sejarah seperti masa pra aksara di Indonesia. Bahan kajian atau konsep masa pra aksara di Indonesia memiliki banyak istilah yang mengandung pengertian-pengertian yang harus dipahami siswa seperti: masa pra aksara, fosil, leitfosil, yupa prasasti, palaeolithikum, mesolethi-kum neolethikum, pebble, nekara moko, megalithikum, meramu, meganthropus palaeojavanicus, pithecanthropus erectus, homo sapiens, masa perundagian, dan lain-lain.

Menghadapi tantangan tersebut perlu ada solusi dalam pembelajaran dengan pokok bahasan masa pra aksara di Indonesia pada kelas 7D dengan tindakan alternatif yaitu melalui pembelajaran berpikir kritis. Pembelajaran berpikir kritis memiliki pengertian diantaranya adalah menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, memberdayakan cara tajam, memilih, mengindentifikasi, meng-kaji, dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. (Cece Wijaya, 2010:72).

Diharapkan melalui berpikir kritis siswa dapat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif yang akan mendorong siswa aktif dalam belajarnya, berani bertanya, berani menyampaikan pendapatnya, meningkat motivasinya, meningkat percaya dirinya, dan akhirnya meningkat hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalahnya adalah:

1.   Bagaimanakanh proses pembelajaran berpikir kritis masa pra aksara di Indonesia siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal tahun 2015/ 2016 berlangsung?

2.   Bagaimanakah pembelajaran berpikir kritis masa pra aksara di Indonesia siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal tahun 2015/2016 da-pat meningkatkan hasil belajarnya?

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tindakan ini adalah: (1) untuk mengetahui proses berlangsungnya pem-belajaran berpikir kritis masa pra aksara di Indonesia siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal tahun 2015/2016 dan, (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin semester gasal tahun 2015/2016 melalui pembelajaran berpikir kritis.

LANDASAN TEORI

Setiap siswa yang melakukan proses belajar pasti sangat ingin mengetahi pencapaian belajarnya yang sisebut dengan hasil belajar. Menurut Nana Sudja-na (2010:22) hasil belajar adalah kemam-puan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Pendapat tersebut diperkuat Wahidmurni dkk (2010:18) seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menujukkan perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Pendapat tersebut dipertajam oleh Catarina Anni (2007:5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dengan demikian hasil belajar merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menguasai bahan yang telah dia pelajari.

Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dapat diperoleh melalui proses pembelajaran. Diantara berbagai jenis pembelajaran terdapat pembelajaran berpikir kritis. Pada hakekatnya kemampu-an berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius (Kemendikbud 2013:211). Pembela-jaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan antara peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar(permendikbud no 103 tahun 2014 ayat 1).

Berpikir kritis menurut Paul Eggan dan Don Kouchack (2012:120) adalah kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan assessment terhadap kesimpulan yang didasarkan pada bukti. Sedangkan Cece Wijaya (2010:72) berpikir kritis adalah menganalisis ide atau gagasan kea rah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengindentifikasi, mengkaji, dan mengem-bangkannya ke arah yang lebih sempurna. Dengan demikian pembelajaran berpikir kritis adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungannya dalam rangka membuat dan atau melakukan analisis ide ke arah yang lebih spesifik, membedakan dengan tajam, memilih, memilah, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

KERANGKA BERPIKIR

Masa pera aksara di Indonesia merupakan pokok bahasan yang memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi. Siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal Tahun Pembelajaran 2015/2016 mengalami kesulitan belajar karena hasil belajarnya rendah. Keadaan ini perlu diatasi atau perlu diadakan treatment yaitu dengan pembelajaran berpikir kritis yang menekankan pada kemampuan analisis, sintesis, dan evaluatif siswa.

Dengan kajian teori dan unsur-unsur yang harus terlaksana pada pembelajaran berpikir kritis yang mengaji tentang manusia pra aksara di Indonesia hasil belajar siswa kelas 7D tersebut mengalami peningkatan. Beberapa tanda siswa akan mengalami peningkatan hasil belajarnya dapat dilihat dari munculnya kemampuan bertanya yang semakin meningkat baik individu maupun kelompok juga kemampuan untuk menjawab atau mengutarakan pendapatnya yang semakin meningkat pula baik lesan maupun tertulis, keberanian untuk menyanggah, mengoreksi atau menanggapi pernyataan dari temannya maupun gurunya dan yang paling utama jawaban atau tugas-tugas yang diberikan dapat terlaksana atau terjawab dengan benar.

Dengan demikian diharapkan bahwa melalui pembelajaran berpikir kritis pada kajian masa pra aksara di Indonesia pada siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal Tahun Pembelajaran 2015/2016 hasil belajarnya akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Kerangka waktu penelitian ini dimulai pada bulan September, Oktober, dan Nopember 2015 dengan rincian:

1.   Bulan September dan Oktober 2015 untuk menyusun proposal dan instrumen penelitian.

2.   Bulan Oktober 2015 minggu ke-4 mencermati kembali dan melengkapi instrumen serta kesiapan pelaksanaan.

3.   Bulan Nopember 2015 minggu pertama untuk pelaksanaan prasiklus dan siklus I.

4.   Bulan Nopember 2015 minggu ke-2 untuk pelaksanaan siklus II.

5.   Bulan Nopember 2015 minggu ke-3 dan ke-4 untuk menganalisis data dan menyusun laporan hasil penelitian.

Lokasi penelitian adalah kelas 7D SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang, yang berada di Kecamatan Bringin Desa Rembes atau Bringin Km 4. Lokasi penelitian ini dipilih karena kelas 7D merupakan kelas yang diampu peneliti.

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin pada Semester Gasal Tahun 2015/2016. Kelas 7D terdiri dari 15 siswa putra dan 17 siswa putri.

PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian ini mengguna-kan prosedur yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari: Planning yaitu membuat atau menyusun rencana tindakan, Acting yaitu melakukan tindakan berdasar rencana tindakan, lebih tepatnya melaksanakan skenario pembelajaran, Observing (pengamatan) yaitu mengamati terhadap tindakan yang dilakukan, kemudian mengolah data sebelumnya dengan data yang diperoleh sekarang (melakukan analisis diskriptif komparatif), dan Reflecting yaitu dari analisis data kemudian melakukan refleksi untuk mengetahui kekuatan maupun kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan serta untuk mengetahui atau mempersiapkan tindaklanjutnya.

Prosedur pada awal (prasiklus) adalah melaksanakan penelitian tindakan pembelajaran dengan kajian atau pokok bahasan pengertian masa praaksara, zaman batu dan zaman logam, masa berburu dan meramu pada tingkat sederhana. Pembelajaran pada siklus I sudah menggunakan strategi pembelajaran berpikir kritis dengan pokok bahasan manusia praaksara, masa berburu dan meramu tingkat lanjut dan masa bercocok tanam. Pembelajaran siklus II juga menggunakan sterategi pembelajaran berpikir kritis dengan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dengan bahasan masa perundagian.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk pengumpulan data, teknik yang dgunakan adalah (1) melakukan test pada akhir pembelajaran, (2) melakukan pengamatan pada setiap kegiatan pembelajaran untuk mengetahui proses perolehan peningkatan hasil belajar. Dari data-data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik data deskriptif komparatif karena data yang terkumpul perlu dibandingkan antara pra siklus, siklus I, dan siklus II selanjutnya diolah dan direflesi untuk menentukan tindaklanjutnya.

INDIKATOR KINERJA

Target pada penelitian tindakan yang ingin dicapai adalah seperti berikut ini pada siklus I diharapkan 75% peserta didik mencapai KKM, 10%-20% melampaui KKM, dan 5%-15% mendekati KKM. Pada siklus II 75% peserta didik mencapai KKM dan 25% melampaui KKM.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Prasiklus

Pembelajaran masa pra aksara di Indonesia pada prasiklus yaitu belum diberi treatment atau tindakan pada siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal Tahun 2015/2016, hasil pembelajarannya diperoleh data sebagai berikut:

KKM = 75.

Dari Tabel 1 tentang hasil belajar pada prasiklus dan Tabel 2 tentang perolehan nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rerata dapat dideskripsikan yaitu dari 32 siswa kelas 7D tak satupun (0%) yang mampu memperoleh nilai pada interval 91 – 100, dan hanya 1 siswa (3,19%) yang mampu memperoleh nilai pada interval 81 – 90, serta sebanyak 4 siswa (12,5%) yang mampu memperoleh nilai pada interval 75 – 80. Pada interval nilai kurang dari 75 diperoleh mayoritas siswa yakni sebanyak 27 siswa (84,35%).

Peroleh nilai dari 32 siswa kelas 7D memiliki rerata 54,2 dengan nilai terendah 40 sehingga ada selisih rentang nilai sebesar 14,2 dan bila dibandingkan antara rerata 54,2 dengan nilai tertinggi 82 terdapat selisih rentang nilai 28,2. Bila nilai terendah 40 dibandingkan dengan peroleh nilai tertinggi 82 terdapat rentang nilai 42.

Dari 27 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dan rerata hanya 54,2 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas 7D adalah rendah sehingga perlu ada tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajarnya yaitu dengan pembelajaran berpikir kritis.

Deskripsi Siklus I

Pada siklus I pembelajaran masa pra aksara di Indonesia membahas tentang manusia purba dan masa berburu dan meramu tingkat lanjut serta masa bercocok tanam pada kelas 7D. Dengan adanya pembelajaran berpikir kritis sebagai tindakan maka diharapkan dapat mengatasi hasil belajar yang rendah pada prasiklus.

Perbandingan nilai tertinggi dan nilai terendah serta nilai rerata antara prasiklus dan siklus I dapat dideskripsikan seperti berikut ini:

(1) Pada interval 91 – 100 telah ada kenaikan sebanyak 1 siswa (3,1%) yang memperolehnya pada siklus I.

(2) Pada interval 81 – 90 telah ada kenaikan sebanyak 4 siswa (12,4%). Pada prasiklus hanya 1 siswa tetapi pada siklus I (3,1%) ada 5 siswa (15,5%).

(3) Pada interval 75 – 80 diperoleh 4 siswa (12,5%) pada prasiklus dan 15 siswa (46,5%) pada siklus I sehingga terdapat kenaikan jumlah sebanyak 11 siswa (34%) yang memperoleh nilai pada interval tersebut.

(4)  Pada interval kurang dari 75 pada prasiklus diperoleh 27 siswa (84,3%) dan pada siklus I diperoleh 11 siswa (34,3%) sehingga ada penurunan sebanyak 15 siswa atau dengan kata lain sebanyak 15 anak telah melampaui KKM.

Kenaikan perolehan nilai juga dapat dilihat dari perbandingan nilai tertinggi yakni nilai 82 pada prasiklus dan 94 pada siklus I sehingga ada kenaikan sebesar 12. Pada nilai terendah juga ada yakni nilai 40 pada prasiklus meningkat menjadi 70 pada siklus I sehingga ada kenaikan sebesar 30. Sedangkan pada rerata juga terdapat kenaikan sebesar 22 yakni pada prasiklus rerata 54 meningkat menjadi 76 pada siklus I.

Mencermati Tabel 1 sebanyak 5 siswa (15,6%) pada prasiklus telah mencapai KKM dan meningkat menjadi 21 siswa (65,7%) telah mencapai KKM pada siklus I dan rerata nilai juga mengalami kenaikan bila pada prasiklus rerata 54 meningkat menjadi 76 pada siklus I. Dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran berpikir kritis mampu menaikkan hasil belajar kelas 7D pada siklus I, namun bila melihat indikator kinerja yang menargetkan 75% siswa mencapai KKM dan sebesar 10% – 20% melampaui KKM serta rerata nilai sebesar 75, maka target tersebut belum tercapai. Perlu ada penyempurnaan pada proses pembelajaran berpikir kritis serta pemberian tugas sebelu m pelaksanaan siklus II untuk meningkatkan pengetahuan awal siswa.

Deskripsi Siklus II

Pada siklus II dengan menggunakan strategi pembelajaran berpikir kritis membahas pokok bahasan masa pra aksara di Indonesia dengan sub pokok bahasan masa perundagian.

(1)  Terdapat kenaikan sebanyak 5 siswa (15,5%) yakni pada siklus I terdapat 1 siswa (3,1%) naik menjadi 6 siswa (18,6%) pada siklus II pada interval 91 – 100.

(2)  Pada interval 81 – 91 terdapat kenaikan sebanyak 5 siswa (15,5%) yakni pada siklus I naik menjadi 10 siswa (31%) pada siklus II.

(3)  Pada interval 75 – 80 mengalami kenaikan sebesar 3,1% (1 siswa) yakni pada siklus I sebanyak 15 anak (46,5%) meningkat menjadi 16 siswa (50%) pada siklus II.

Kenaikan peroleh nilai juga dapat dilihat dari reratanya yaitu 76 pada siklus I meningkat menjadi 86 pada siklus II sehingga ada kenaikan 10.

Pada nilai terendah sebesar 70 pada siklus I meningkat menjadi 80 pada siklus II sehingga ada kenaikan sebesar 10. Pada nilai tertinggi yakni sebesar 94 pada siklus I meningkat menjadi 100 pada siklus II sehingga ada kenaikan sebesar 6.

Melihat dari deskripsi di atas bahwa pada siklus II rerata yang diperoleh sebesar 86 dan sebanyak 32 siswa (100%) berhasil melampaui KKM, maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa kelas 7D melebihi dari target indikator kinerja.

SIMPULAN

Dari uraian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) proses pembelajaran berpikirt kritis pokok bahasan masa pra aksara di Indonesia pada siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal Tahun 2015/2016 dapat berlangsung dengan lancar dan mampu mendorong atau membangkitkan siswa berpikir kritis serta interaksi antarsiswa dan guru dengan siswa semakin menyenang-kan, yaitu siswa mampu berpikir analitis, sintetis, dan evaluatif, (2) pembelajaran berpikir kritis dengan pokok bahasan masa pra aksara di Indonesia pada siswa kelas 7D SMPN 1 Bringin Semester Gasal Tahun 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajarnya mulai dari pra siklus ke siklus I dan berlanjut ke siklus II.

Rerata pada pra siklus sebesar 54,2, siklus I sebesar 76 dan siklus II sebesar 86. Peningkatan hasil belajar dengan standar KKM 75% dari jumlah siswa juga mengalami kenaikan yaitu pada prasiklus siswa yang mencapai atau melampaui KKM hanya berjumlah 5 siswa, pada siklus I mengalami kenaikan jumlah siswa sebesar 21, dan pada siklus II menjadi 32 siswa.

SARAN

1.     Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memo-tivasi dan memberi kesempatan kepa-da Bapak atau Ibu Guru yang mengampu mata pelajaran selain IPS untuk selalu melakukan inovasi pem-belajaran terutama yang berkaitan dengan pembelajaran berpikir kritis.

2.     Bagi Bapak atau Ibu Guru yang ingin melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstruktivistik khususnya pada pokok bahasan masa pra aksara di Indonesia dapat menggunakan strategi pembelajaran berpikir kritis. Namun demikian Bapak atau Ibu Guru dapat mencoba pembelajaran berpikir kritis pada pokok bahasan yang lain.

3.     Bagi para siswa diharapkan mem-biasakan diri untuk berpikir kritis ter-utama dalam menyelesaikan perma-salahan yang dihadapi terutama dengan tugas-tugas di sekolahan.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catarina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.

Cece Wijaya. 2010. Pendidikan Remidicel: Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rasdakarya.

Kemendikbud. 2014. Panduan Proses Pembelajaran SMP. Jakarta: Dirjen Dikdas Direktorat Pembinaan SMP.

Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (cet XV). Bandung: Remaja Rasdakarya.

Paul Eggen dan Don Kouchack. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 103 Tahun 2014. Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

 

Wahidmurni, Arifin Mustikawan, Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Lentera.