Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PERUMUSAN PANCASILA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VI
SDN 2 SOGO KECAMATAN KEDUNGTUBAN TAHUN 2016/2017
Kalis Haryanto
SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan prestasi belajar PKn materi perumusan Pancasilamelalui model pembelajaran Mind Mapping pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data diskriptif kualitatif pada data kualitatif dan teknik analisis statistik diskriptif pada data kuantitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran PKn materi perumusan Pancasila. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meningkat dari kategori “rendah†pada pra siklus menjadi “sedang†pada siklus I dan meningkat lagi menjadi “tinggi†pada siklus II. Prestasi belajar siswa juga meningkat. Prestasi belajar siswa pada pra siklus, dari 19 siswa kelas VI hanya 8 siswa (42,1%) yang tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya adalah 61,6 menjadi 13 siswa (68,4%) tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya 70,5 pada siklus I. Pada siklus II kembali meningkat menjadi 16 siswa (84,2%) tuntas belajar dan nilai rata-rata ulangan hariannya 78,4.
Kata kunci: aktivitas belajar, prestasi belajar, pembelajaran PKn, Mind Mapping
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Guru memiliki tanggung jawab agar pembelajaran yang diberikan dapat berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung kepada usaha guru membangkitkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak siswa.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkanjatidiribangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Sementara ini yang menjadi komponen utama keberhasilan dalam belajar adalah guru. Asumsi kebanyakan orang tentang prestasi akan baik dan kurang baik tersorot hanya kepada guru. Padahal keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak hal. Guna mengantisipasi asumsi tersebut, sebagai guru harus menyikapi dengan tepat. Karakter materi pelajaran harus dipahami benar agar kita memberikan materi baru dapat diterima dengan cepat. Metode yang tepat diharapkan membantu siswa dalam penerimaan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diterimanya.
Terkait dengan keberhasilan dalam belajar pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Walaupun guru telah menggunakan berbagai metode, namun hasilnya masih mengecewakan. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode dan model yang kurang menarik perhatian siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora diperoleh data sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan; (2) metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menitik beratkan pada penanaman informasi/konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan atau disajikan dengan ceramah saja; (3) dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa merasa kurang mendapatkan pengarahan dan bimbingan dalam belajar mandiri. Gambaran kegiatan belajar mengajar ini akhirnya menjadikan siswa pasif. Aktivitas belajar siswa rendah karena peran terbesar dalam kegiatan pembelajaran terletak pada guru. Siswa hanya dijadikan obyek pembelajaran.
Dari proses belajar seperti di atas akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Jumlah siswa kelas VI SDN 2 Sogo tahun pelajaran 2016/2017 adalah 19 siswa. Setelah dilakukan ulangan harian pada materi perumusan Pancasila, hanya 8 siswa yang mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan. Jika dihitung, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 42,1%. nilai rata-rata ulangan harian yang dicapai adalah 61,6.
Dari hasil analisis hasil pembelajaran awal, baik itu tentang aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan langkah perbaikan. Guru merencanakan untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi perumusan Pancasila adalah model pembelajaran Mind Mapping. Model pembelajaran ini dipilih karena model ini merangsang siswa untuk lebih aktif menuangkan ide dan gagasan yang diketahuinya tentang suatu materi pelajaran. Diharapkan pada saat dilakukan kerja kelompok, aktivitas siswa untuk ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah dapat meningkat. Persaingan antar kelompok akan merangsang siswa untuk semakin aktif dalam kelompoknya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah pembelajaran di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas VI SDN2 Sogo. Lebih khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
2. Meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Kodokan2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dapat memperluas proses berpikir dan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas serta aktivitas belajar siswa, sehingga siswa dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Bagi Guru
Bermanfaat untuk perbaikan dan mengembangkan kemampuan, serta merencanakan penggunaan model pembelajaran Mind Mapping sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan kwalitas pembelajaran di sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa sehingga akan mampu bersaing di jenjang pendidikan di atasnya.
KAJIAN PUSTAKA
Aktivitas Belajar
Sardiman (2011:100) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Usman (2006) mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas jasmaniah dan rohaniah, yang meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas gerak dan aktivitas menulis. Silberman (2007) mengemukakan bahwa paham belajar aktif memberikan gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi yang dikuasainya yaitu: (1) apa yang saya dengar saya lupa; (2) apa yang saya lihat saya ingat sedikit; (3) apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan saya mulai paham; (4) apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan sayamemperoleh pengetahuan dan keterampilan; (5) apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.
Djamarah (2002:67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik. Dierich dalam Sardiman, (2011:101) menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok, diantaranya: (1) Visual activities, seperti: membaca dan memperhatikan; (2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, dan diskusi; (3) Listening activities, seperti: mendengarkan uraian dan diskusi; (4) Writing activities, seperti: menulis laporan dan menyalin; (5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram; (6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan; (7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil kesimpulan; (8) Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Prestasi Belajar
Winkel (1989:110) menyatakan bahwa didalam prestasi belajar menampakan diri, selama potensi atau kemampuan internal tidak diwujudkan dalam suatu bentuk prilaku, sulitlah diperoleh kepastian tentang apa yang telah dipelajari. Prestasi itu adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti program pengajaran dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilaksanakan dari hasil belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses pengukuran dan penilaian atau evaluasi dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar mempunyai arti atau kedudukan yang sangat penting yaitu dengan skor yang diperoleh dan itu dapat dijadikan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya usaha pendidikan yang sedang berlangsung.
Hasil belajar atau prestasi belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2009:46).
Melalui proses belajar akan didapat suatu prestasi yang biasa disebut dengan prestasi belajar, prestasi belajar mempunyai arti kemampuan seseorang pada bidang tertentu yang diperoleh setelah menempuh serangkaian proses pembelajaran (Purwanto, 2009:25). Kata prestasi belajar secara termilogis dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti yaitu penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Sedangkan prestasi belajar merupakan manifestasi dari kemampuan seorang baik dari aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik (Darajat, 2008:2).
Prestasi belajar merupakan hasil tes yang disusun secara terencana guna mengetahui apakah materi yang kita ajarkan telah terkuasai secara maksimal oleh subjek pembelajaran. Dalam kegiatan formal di kelas, prestasi belajar diperoleh melalui ulangan-ulangan harian, tes formatif, ujian akhir sekolah dan ujian –ujian masuk ketingkat atasnya.
Dari definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai peserta didik dari hasil belajarnya. Hasil belajar siswa dapat diukur berdasarkan tingkah laku sebelum dan sesudah proses belajar dilakukan, dimana diwujudkan dengan prilaku dan pengetahuan. Sedangkan wujud prestasi belajar secara konkrit adalah dalam bentuk nilai (angka) hasil dari tes formatif dalam pembelajaran pada masing- masing peserta didik. Prestasi belajar ini dapat tercapai yaitu dengan belajar tekun, sungguh- sungguh serta kemauan keras dalam belajar bagi peserta didik dan sebagai pendidik juga harus mempunyai semangst dan tanggung jawab penuh dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, menurut Slameto (2010:53) dibagi menjadi 2 macam yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri si pembelajar. Faktor ini, menurut Slameto (2010: 54-59) dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a) Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh; b) Faktor psikologi, meliputi bakat, minat, motivasi, dan kemampuan kognitifnya; dan c) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (Slameto, 2010: 54-59).
2. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri si pembelajar. menurut Slameto (2010:60-72) dikelompokkan menjadi 3, yaitu:keluarga, sekolah,masyarakat.
Dengan demikian keberhasilan peserta didik sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam diri peserta didik (internal) dan faktor dari luar peserta didik (eksternal). Dimana faktor internal mempunyai pengaruh sangat kuat dalam mempengaruhi prestasi belajar.
Pendidikan Kewarganegaran
Pendidikan Kewarganegaran merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa (nasional character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.
Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1) Mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence); 2) Membina tanggungjawab warga negara (civic intelligence); 3) Mendorong partisipasi warga negara (civic intelligence).
Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap-sikap tertentu mengenai hal-hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari-hari.
Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
Mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu: a) Model pembelajaran ini cepat; b) Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda; c)Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain; d) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Model pembelajaran Mind Mapping juga mempunyai kekurangan. Kekurangan model pembelajaran mind mappingadalah: a) Hanya siswa yang aktif yang terlibat; b) Tidak sepenuhnya siswa yang belajar; c) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam Penelitian ini adalah:
1. Diduga model pembelajaran pembelajaran Mind Mappingdapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran PKn tentang perumusan Pancasilapada siswa kelas VI SDN 2 Sogo tahun pelajaran 2016/2017.
2. Diduga model pembelajaran pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 tepatnya selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai dengan November 2016.
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2013/2014 sejumlah 19 siswa. Penelitian difokuskan pada peningkatan aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran PKn materi perumusan Pancasila melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
Sumber data diperoleh dari hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Banyak data dalam penelitian ini ada enam yaitu: 1) data aktivitas belajar kondisi awal; 2) data aktivitas belajar siklus I; 3) data aktivitas belajar siklus II; 4) data prestasi belajar kondisi awal; 5) data prestasi belajar siklus I; dan 6) data prestasi belajar siklus II.
Data hasil penelitian tersebut dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik nontes melalui observasi dan menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi. Sedangkan data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes melalui ulangan harian dan menggunakan alat pengumpul data berupa butir-butir saol tes.
Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan melalui tiga tahapan yaitu display data, reduksi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif komparatif.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi (Kondisi Awal) Pra Siklus
Kondisi awal dalam penelitian ini adalah kondisi aktivitas dan prestasi belajar sebelum diterapkan tindakan perbaikan. Dari hasil analisis jurnal pembelajaran, aktivitas belajar siswa pada kondisi awal masuk dalam kategori “rendahâ€. Dengan rendahnya aktivitas belajar siswa berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Data prestasi belajar siswa yang diambil dari daftar nilai menunjukkan rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 61,6. Dari 19 siswa kelas VI SDN2 Sogo, yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 8 siswa (42,1%). Sisanya, sejumlah 11 siswa (57,9%) nilainya masih di bawah KKM yang ditentukan.
Deskripsi Siklus I
Pembelajaran siklus I dilaksanakan bulan September 2016. Data aktivitas belajar pada siklus I dikumpulkan melalui pengamatan selama proses pembelajaran siklus I. Dari data yang terkumpul dalam lember observasi yang selanjutnya dianalisis menunjukkan bahwa aktivitas belajar siklus I masuk dalam kategori “sedangâ€. Untuk data prestasi belajar diambil dari hasil ulangan harian pada akhir siklus I. Data prestasi belajar yang berhasil dikumpulkan yaitu rata-rata nilai ulangan harian siswa sebesar 70,5. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 13 siswa (68,4%) sedangkan siswa yang belum tuntas belajar adalah 6 siswa (31,6%).
Deskripsi Siklus II
Siklus II dilaksanakan seperti yang direncanakan. Pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar pada siklus II dilakukan seperti halnya pada siklus I. Data aktivitas belajar dalam lembar observasi yang dikumpulkan selama proses pembelajara siklus II menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masuk dalam kategori “tinggiâ€.
Peningkatan aktivitas belajar siswa juga berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II adalah 78,4. Jumah siswa kelas VI SDN 2 Sogo yang tuntas belajar pada siklus II adalah 16 siswa (84,2%) dan yang belum tuntas belajar adalah 3 siswa (15,8%).
Pembahasan
Setelah memberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Mind Mapping pada siklus I dan siklus II, peneliti melakukan analisis hasil penelitian. Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II.Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VI SDN 2 Sogo. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang dilakukan pada data yang terkumpul selama pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pembelajaran pra siklus, aktivitas belajar siswa masuk kategori rendah. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping, aktivitas belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi “sedangâ€. Pada siklus II, aktivitas belajar siswa kembali meningkat menjadi “tinggiâ€. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari “rendah†pada kondisi awal menjadi “tinggi’ pada kondisi akhir.
Peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar siswa.Rata-rata nilai ulangan harian pada pra siklus adalah 61,6. Pada siklus I meningkat menjadi 70,5 dan kembali terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 78,4. Jadi terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 16,8.
Selain rata-rata nilai ulangan harian, peningkatan juga terjadi pada tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 42,1%. Pada siklus I meningkat menjadi 68,4% dan siklus II meningkat lagi menjadi 84,2%. secara keseluruhan terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 42,1%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Mind Mappingdapat meningkatkan aktivitas belajar PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2016/2017.
2. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban tahun pelajaran 2016/2017.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakuakan, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 2 Sogo Kecamatan Kedungtuban pada khususnya adalah:
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai.
b. Siswa hendaknya memupuk keberaniannya dalam mengungkapkan ide dan gagasannya dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Selalu berusaha meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
b. Selalu memberikan bimbingan dalam pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah diharapkan melakukan tindakan agar pemahaman guru tentang berbagai model pembelajaran meningkat yang akhirnya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
b. Pihak sekolah diharapkan senantiasa memberikan dukungan kepada guru-guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, M. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Winkel, W. 1989. Psikologi Pengajaran