Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar dengan Briefing
Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar
dengan Briefing di SDN Karangbangun Kecamatan Jumapolo
Kabupaten Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016
Wahyono,S.Pd
(NIP. 19661010 199003 1 018)
Kepala SD Negeri Karangbangun, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar
Abstraksi
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di Sekolah Dasar Negeri Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016” dan “Bagaimana pengaruh briefing terhadap kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di SDN Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016”. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah dengan subjek penelitian adalah guru SDN Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan/fakta sesuai dengan tujuan untuk mengetahui perubahan sikap/perilaku guru setelah diadakan briefing yang berupa dokumen absensi. Disiplin kehadiran guru mengajar di sekolah dapat ditingkatkan melalui briefing oleh kepala sekolah secara berkala sehabis pelaksanaan Upacara Bendera. Hal tersebut ditunjukkan dengan data penurunan prosentasi ketidakhadiran setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus yaitu bulan Agustus 1,14%, September 0,57%, dan Oktober 2015 menjadi 0,55 %. Penerapan kedisiplinan guru melalui pelaksanaan Budaya Sekolah yang disosialisasikan pada saat briefing sehabis pelaksanaan upacara bendera mempunyai pengaruh positif terhadap kedisiplinan kehadiran guru mengajar di SDN Karangbangun Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci: Disiplin guru, briefing, kehadiran mengajar
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia yakni mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan.
Peningkatkan mutu pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Guru sebagai figur sentral di tangan gurulah ditentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar di sekolah. oleh sebab itu tugas dan peranan guru sangat penting dalam proses pembelajaran.
Guru adalah seorang professional yang tugas utama mengajar, mendidik, dan membimbing serta mengevaluasi kegiatan siswa. Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, efisien dan mengelola kelas dengan baik. Pada wawasan wiyata mandala kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan, bahwa kedisiplinan guru adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua peraturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggungjawab terhadap pendidik anak didiknya.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah faktor kehadiran mengajar di sekolah. Guru sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, guru yang memiliki kompetensi yang baik akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Selain sebagai pengajar guru juga berperan sebagai pendidik. Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989; 44). Sebagai pendidik seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas mulia atas dasar panggilan suci sebagai komponen sentral. Dalam sistem pendidikan guru mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan yakni “Membangu Manusia Seutuhnya” manusia yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri, disiplin, bermoral, bertanggungjawab dan memiliki jiwa kebangsaan yang kuat. Untuk itu keteladanan dan kedisiplinan guru sangat dibutuhkan.
Namun dalam kenyataan di lapangan sering kita jumpai adalah masih ada guru yang kurang disiplin, terutama masalah disiplin kehadiran guru dalam pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah dengan judul “Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar di Sekolah dengan Briefing di Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar Semester I Tahuan Pelajaran 2015/2016.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar di Sekolah Dasar Negeri Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016” ? dan “Bagaimana pengaruh briefing terhadap kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di SDN Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016” ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di Karangbangun Tahun Pelajaran 2015/2016 dan mengetahui pengaruh briefing terhadap peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di Karangbangun Tahun Pelajaran 2015/2016
KAJIAN PUSTAKA
Pada masa lalu kepala sekolah yang berperan sebagai manager yang efektif telah dianggap cukup. Kepala sekolah saat itu diharapkan mentaati ketentuan dan kebijakan Dinas Pendidikan mengatasi ketenagaan, pengadaan fasilitas, menyesuaikan anggaran, memelihara gedung sekolah dan menjalin hubungan dengan masyarakat. Namun di era sekarang ini di samping melaksanakan tugas di atas juga harus melaksanakan tugas sebagai “Leader for Learning” (The Institute for Educational Leadership, 2000). Kepala Sekolah harus mengetahui isi pelajaran dan teknik-teknik pedagogis. Kepala sekolah juga harus bekerja bersama dengan dewan guru, komite sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan kinerjanya.
Masyarakat negeri ini harus “Reinvent The Principal Ship” untuk memampukan kepala sekolah dalam menghadapi tantangan abad 21 dan untuk menjamin para pemimpin pembelajaran dapat membimbing guru-guru dan siswanya mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran, serta meningkatnya mutu sekolah tidak hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah saja, melainkan tanggungjawab bersama antara kepala sekolah, guru, orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah.
Dalam dunia pendidikan yang dimaksud dengan mutu mempunyai pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara singkat dapat disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu yaitu sesuai standar (fitness to standard), sesuai panggunaan pasar (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkunagn global (fitness to global environmental requirements). Adapun yang dimaksud sesuai standar yaitu jika salah satu aspek dalam pengelolaan pendidikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu yaitu:
1. Kinerja (Performance)
2. Feature
3. Kehandalan (Reliability)
4. Konfirmasi (Confirmance)
5. Durability
6. Kompetensi Pelayanan
7. Estetika (Aesthetics)
8. Kualitas yang dipersiapkan pelanggan yang bersifat subyektif.
Menurut pandangan masyarakat umum sering kita dengar bahwa mutu sekolah atau keuggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah seperti bangunan/gedung dan banyaknya kegiatan ekstra kulikuler yang diadakan. Ada juga yang berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan yang dapat diterima dijenjang pendidikan selanjutnya. Padahal untuk mengetahui kualitas pendidikan formal di adalah “sebagai suatu sistem” yang mana suatu sistem sangat tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem tersebut.
Kinerja guru, diantaranya menjadi salah satu unsur dalam upaya peningkatan mutu sekolah. Kinerja guru meliputi kedisiplinan guru dan etos kerjanya. Apabila kedisiplinan telah menjadi budaya sekolah maka pencapaian mutu sekolah akan dapat dicapai.
Budaya Sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh komunitas sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan semua komponen yang ada di sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara semua unsur dan personil sekolah, baik kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah (Akhmad Sudrajad, 2010).
Beberapa manfaat dari pengembangan budaya sekolah diantaranya:
1. Menjamin kualitas kerja yang lebih baik
2. Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertical maupun horizontal
3. Lebih terbuka dan transparan
4. Menciptakan keebrsamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi
5. Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
6. Jika menemukan kesalahan segera dapat diperbaiki, dan
7. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.
Manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah:
1. Meningkatkan kepuasan kerja
2. Pergaulan lebih akrab
3. Disiplin meningkat
4. Pengawasan fungsional lebih ringan
5. Tumbuh keinginan untuk selalu berbuat pro aktif
6. Terus belajar dan berprestasi
7. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.
Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu pada prinsip berikut ini:
1. Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah:
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah yang berfungsi mengarahkan perkembangan budaya sekolah, misalnya visi tentang keunggulan mutu, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal:
Komunikasi merupakan dasar dari koordinasi di sekolah termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya budaya sekolah. Kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan untuk menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan bersedia mengambil resiko:
Salah satu budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu yang cepat.
4. Memiliki strategi yang jelas:
Pengambangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program, strategi mencakup cara-cara yang ditempuh, sedangkan program mencakup kegiatan operasional yang perlu dilakukan, yang mana kedua hal tersebut selalu berkait erat.
5. Berorientasi kerja
Pengambangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang dapat diukur sehingga mempermudah pengukuran pencapaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem evaluasi yang jelas:
Untuk mengetahui kinerja pengambangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap, karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi.
7. Keputusan berdasarkan konsensus:
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara konsensus, meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
8. Evaluasi diri
Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan curah pendapat atau skala penilaian diri.
Upaya pengembangan budaya sekolah sebaiknya berpegang pada asas– asas berikut:
1. Kerjasama Tim (Team Work)
Pada dasarnya komunitas sekolah merupakan sebuah tim atau kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Untuk itu nilai kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan membangun kekuatan atau sumber daya yang dimiliki personil sekolah.
2. Kemampuan
Kemampuan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab pada kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukan dalam bidang akademik saja, tetapi juga dalam sikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan
Keinginan disini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawa untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai Kepala Sekolah, guru maupun staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa/masyarakat.
Penerapan budaya sekolah termasuk penerapan disiplin warga sekolah dapat terwujud apabila semua warga sekolah mempunyai komitmen yang kuat untuk mewujudkannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) karena penilitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah sikap/perilaku disiplin guru di sekolah, yakni disiplin kehadiran mengajar di sekolah dengan teknik briefing.
Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru-guru PNS/CPNS ,dan Non PNS/CPNS, Karangbangun Tahun pelajaran 2015/2016.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus, September, Oktober semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.
Menurut Sukidin, dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu:
1. Penelitian tindakan guru sebagai peneliti
2. Penelitian tindakan kolaboratif
3. Penelitian tindakan simultan terintegratif
4. Penelitian tindakan social eksperimental
Penelitian ini mengacu pada perbaikan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di sekolah. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah bentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika telah sesuai kebutuhan dan dirasa cukup.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (1988:14) yaitu bentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).
Siklus spiral dari tahap penelitian tindakan sekolah dapat dilihat pada gambar berikut:
|
|||||
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 5 tahap, yaitu: 1) Tahap Perencanaan, 2) Tahap Persiapan, 3) Tahap Pelaksanaan, 4) Tahap Pengolahan Data, 5) Tahap Penyusunan Laporan.
Tahap-tahap tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan meliputi observasi dan penyusunan proposal.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini meliputi, sosialisasi tentang PTS kepada warga sekolah, khususnya guru-guru, atau daftar hadir guru/karyawan sebagai data penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan lapangan .
4. Tahap Pengolahan Data hasil tindakan.
5. Tahap Penyelesaian.
Meliputi penyusunan laporan penelitian dan penggandaan laporan.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data absensi guru selama 3 bulan sebelum penelitian dan absensi guru selama 3 bulan setelah penelitian.
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan atau penelitian perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan/fakta sesuai dengan tujuan untuk mengetahui perubahan sikap/perilaku guru setelah diadakan briefing yang berupa dokumen absensi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh adalah data absensi guru-guru SD Negeri Karangbangun selama 3 bulan sebelum penelitian yaitu bulan Maret, April, Mei dan data presensii guru-guru Karangbangun selama 3 bulan saat penelitian dilakukan yaitu bulan Agustus,, September Oktober 2015.
Kondisi Awal penelitian sebelum dilaksanakan briefing berkala dan kontinyu menunjukkan bahwa absensi ketidakhadiran guru ke sekolah cukup tinggi, hal ini menunjukkan kedisiplinan guru dalam kehadiran di sekolah rendah.
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan penelitian dan membuat rencana tindakan dalam pemecahan masalah.
2. Pelaksanaan dan Pengamatan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan tindakan yakni briefing dari kepala sekolah kepada guru-guru PNS dan Non PNS SD Negeri Karangbangun pada Bulan Agustus yakni hari Senin, 3 Agustus 2015 dan 10 Agustus 2015, dengan materi menanamkan pengertian budaya sekolah yang di dalamnya memuat kedisiplinan seorang guru. Selanjutnya diadakan pengamatan terhadap sikap guru dengan melihat absensi pada bulan Agustus 2015.
3. Refleksi
Dari data yang diperoleh berupa data absensi guru SD Negeri Karangbangun bulan Agustus 2015 diperoleh informasi sebagai berikut:
1) Guru mulai memahami budaya sekolah yang termuat didalamnya sikap disiplin seorang guru terbukti dengan adanya penurunan absensi ketidakhadiran dibanding 3 bulan sebelum diadakan briefing.
2) Masih adanya guru yang mementingkan tugas pribadi/tugas sampingan dari pada tugas kedinasan.
4. Revisi
Pelaksanaan briefing oleh kepala sekolah kepada guru perlu diulang/ditambah pada siklus berikutnya agar guru:
1) Lebih memahami tentang budaya sekolah sehingga guru memiliki sikap-sikap seperti yang diharapkan, misalnya disiplin, jujur, bertanggungjawab, rela berkorban dan dapat mementingkan kepentingan yang lebih penting.
2) Guru mau merubah sikap yang kurang disiplin menjadi lebih disiplin dalam menjalankan tugas profesinya sebagai seorang guru.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat atau materi briefing yang akan disampaikan kepada guru merencanakan Tanya jawab secara kekeluargaan kepada guru yang masih menunjukkan kurang disiplin dalam kerhadiran disekolah yang dilihat dari dokumen absensi dan pengamatan peneliti sehari-hari.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mengadakan briefing pada Bulan September yaitu tanggal 7 September 2015,dan tanggal 14 September 2015 yang pelaksanaannya dilakukan sehabis melaksanakan upacara bendera. Sekaligus menginformasikan keadaan absensi bulan Agustus 2015 agar menjadi bahan renungan guru,dan memotivasi guru akan pentingnya pelaksanaan Budaya Sekolah yang memuat di dalamnya kedisiplinan dan tanggung jawab seorang guru.Pada tahap ini guru diberi kebebasan memberi masukan dan kendala/keluhan dalam melaksanakan budaya sekolah, untuk selanjutnya ditampung dan dicari solusi terbaik untuk mengatasinya.
3. Tahap Refleksi.
Data absensi guru bulan Agustus 2015 ada 2 absensi ketidakhadiran guru di sekolah, setelah diklarifikasi dengan wawancara guru beralasan sama yakni adanya kepentingan keluarga yang harus diselesaikan. Dari keterangan guru tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan Budaya Sekolah belum dapat dipahami dan dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan disiplin kehadiran di sekolah.Maka perlu diadakan briefing berikutnya agar guru dapat mementingkan kepentingan yang lebih penting dari kepentingan penting lainnya.
Data absensi bulan Agustus ada 1 absensi yang tidak dapat hadir mengajar di sekolah dengan keterangan ijin ada kerabatnya yang meninggal dunia hal ini tentu dapat dimaklumi karena alasannya guru mendahulukan kepentingan yang memang seharusnya di dahulukan.
4. Tahap Revisi
Pada pelaksanaan briefing bulan ke-2 ada kekurangan pemahaman mengenai disiplin guru yang disosialisasikan melalui budaya sekolah sehingga perlu diperjelas lagi pada briefing bulan ke-3 dst.
Pembahasan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data absensi bulan,Agustus, September ,dan Oktober 2015 ternyata ada penurunan prosentase ketidakhadiran guru di SD Negeri Karangbangun seperti terdapat dalam table berikut :
No |
Bulan |
Jml hari masuk |
Jml Absensi |
Prosentase |
1 |
Agustus 2015 |
25 |
2 |
1,14% |
2 |
September 2015 |
25 |
1 |
0,57% |
3 |
Oktober 2015 |
26 |
1 |
0,55% |
Dengan melihat tabel di atas terlihat adanya peningkatan disiplin kehadiran guru di SD Negeri Karangbangun. Penurunan prosentase ketidakhadiran guru di sekolah yakni bulan Agustus 1,14 % ,September 0,57 % dan Oktober2015 menjadi 0,55 % menunjukkan bahwa Briefing yang dilaksanakan berpengaruh positif/signifikan terhadap kedisiplinan kehadiran guru mengajar di sekolah. Jika kita melihat prosentase ketidakhadiran guru mengajar di sekolah 3 bulan sebelum diadakan tindakan /penelitian diperoleh data sbb :
No |
Bulan |
Jml hari masuk |
Jml Absensi |
Prosentase |
1 |
Maret 2015 |
26 |
5 |
2,75% |
2 |
April 2015 |
25 |
5 |
2,85% |
3 |
Mei 2015 |
23 |
5 |
3,11% |
Prosentasi ketidak hadiran guru bulan Maret 2,75%, April 2,85%, dan Mei 3,11% maka tampak jelas adanya penurunan. Prosentase ketidakhadiran guru sebelum dan setelah tindakan/penelitian
Perbandingan Prosentase absensi itu dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil tindakan yang dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan,dan analisa yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Disiplin kehadiran guru mengajar di sekolah dapat ditingkatkan melalui briefing oleh kepala sekolah secara berkala sehabis pelaksanaan Upacara Bendera. Hal tersebut ditunjukkan dengan data penurunan prosentasi ketidakhadiran setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus yaitu bulan Agustus 1,14%, September 0,57%, dan Oktober 2015 menjadi 0,55 %
2. Penerapan kedisiplinan guru melalui pelaksanaan Budaya Sekolah yang disosialisasikan pada saat briefing sehabis pelaksanaan upacara bendera mempunyai pengaruh positif terhadap kedisiplinan kehadiran guru mengajar di sekolah dasar negeri Karangbangun Tahun Pelajaran 2015/2016.
Saran
1. Agar kedisiplinan kehadiran guru mengajar di sekolah baik,maka perlu dilakukan briefing secara berkala dan kontinyu.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut karena penelitian ini hanya dilakukan di SD Negeri Karangbangun Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan waktu penelitian yang sangat singkat yakni tiga bulan.
3. Untuk Penelitian serupa hendaknya dilakukan pebaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara.
Kemmis,S. dan Mc.Tagart.R. 1988. The Action Research Planner, Victoria Dearcin University Press.
Anonim, 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Jakarta.