Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Alat Peraga Benda Konkret
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA KONKRET PADA SISWA KELAS II SDK 041 TALIBURA KECAMATAN TALIBURA KABUPATEN SIKKA
Maria Marsia
Guru di SDK 041 Talibura, Sikka, NTT
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi perkalian. Hal ini disebabkan karena gurunya lebih menggunakan metode ceramah dan guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dengan materi yang diberikan guru mereka. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana penggunaan alat peraga benda konkret dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas II di SDK 041 Talibura; (2) Bagaimana hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas II di SDK 041 Talibura setelah digunakan alat peraga benda konkret? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga benda konkret dalam proses pembelajaran Matematika materi perkalian pada siswa kelas II di SDK 041 Talibura; (2) Untuk menguraikan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas II di SDK 041 Talibura setelah digunakan alat peraga benda konkret. Salah satu solusi yang ditempuh untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkret sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik dan siswa lebih aktif. Jenis penelitian yang dilaksanakan di SDK 041 Talibura adalah penelitian tindakan kelas yang diadopsi dari model Kemmis dan Robin MC Taggart, sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refeleksi. Dari rancangan penelitian yang telah disusun dan dilaksanakan peneliti, maka peneliti telah mendapatkan data hasil penelitian dari masing-masing siklus yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada Pra Siklus nilai rataan yang diperoleh dari gabungan 3 ranah pembelajaran adalah 63,41 dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 55%. Selanjutnya pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori sangat baik. Hal ini karena adanya rancangan strategi pembelajaran yang tepat oleh guru yaitu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah pemanfaatan alat peraga benda konkret. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada pra siklus sangat berbeda pada hasil di siklus I yaitu dengan nilai rata-rata 74,41 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 77,5%. Hasil yang diperoleh pada siklus I telah menunjukkan bahwa menggunaan alat peraga benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang hampir sama terjadi pada siklus II dengan penggunaan alat peraga benda konkret dengan mengembangkan indikator pembelajaran. Dari pembelajaran tersebut diperoleh hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya dengan nilai rata-ratanya adalah 93,31 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100%. Dari penjelasan di atas penelti menyimpulkan bahwa siswa kelas II SDK 041 Talibura telah belajar dengan baik dan meningkatkan hasil belajarnya pada materi perkalian melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkret.
Kata Kunci: Alat Peraga Benda Konkret, Perkalian, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya menusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan terencana dengan membangun aspek kemampuan spiritual yang dimiliki oleh seseorang yang meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotorik sehingga mereka dapat tumbuh, bersaing dan mempertahankan kehidupan masa depan yang penuh dengan tantangan dan perubahan.
Pembelajaran Matematika pada tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu pembelajaran yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Sekarang ini perkembangan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak usia Sekolah Dasar sedang mengalami perkembangan pada pola pikirnya karena tahap berpikir mereka masih belum rasional terutama untuk siswa yang masih duduk di kelas rendah.
Pada dasarnya Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang memungkinkan manusia berpikir, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas dengan menggunakan cara bernalar induktif atau deduktif, yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah bukan hanya untuk memahami makna dan fakta maupun konsep yang terdapat dalam Matamatika, melainkan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan dalam pencapaian pengetahuan tersebut. Namun kenyataannya, pengembangan model pembelajaran Matematika tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran Matematika di sekolah dasar selalu dianggap sulit oleh siswa dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu peran seorang guru sangat dibutuhkan dalam pembelajaran, yang mana seorang guru tersebutdiharapkan memiliki keterampilan dalam memilih metode, media dan alat peraga yang sesuai dengan materi dan tahap perkembangan siswa.
Permasalahan serupa tentang rendahnya hasil belajar Matematika juga terjadi pada siswa kelas II SDK 041 Talibura, karena gurunya lebih menggunakan metode ceramah dan guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dengan materi yang diberikan guru mereka. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak mencapai KKM. Pada mata pelajaran Matematika KKM yang ditentukan yaitu 65. Hasil ulangan menunjukan bahwa dari 40 siswa hanya 15 siswa (37.5%) yang mencapai KKM (tuntas), sedangkan 25 siswa (62.5%) yang mendapatkan nilai di bawah KKM (tidak tuntas).
Dengan melihat pada hasil belajar siswa di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengamatan dan penelitian dengan menggunakan media dalam pembelajaran. Hemat penulis, agar pembelajaran Matematika di SDK 041 Talibura lebih menyenangkan bagi siswa dan memberi hasil belajar yang memuaskan, maka guru harus mampu memilih metode dan alat peraga pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan sasaran penelitian pada siswa kelas II SD, maka pendekatan pembelajaran dengan media benda konkret yang digagas penulis dapat mendorong siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimaksud.
Menurut Sapriati, dkk. (2011: 5.13), alat peraga adalah sesuatu yang digunakan untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran agar terjadi proses belajar, sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran, sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar. Sedangkan menurut Winataputra (2009: 3.8), benda konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat di gunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat belajar lebih efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang diharapkan
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian dengan menggunakan alat peraga benda konkret pada siswa kelas II di SDK 041 Talibura Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitiaan yang akan digunakan adalah Penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (dalam Tukiran dkk, 2012:16), PTK merupakan suatu pencermatan kegiatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kalas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dari guru yang di lakukan oleh siswa. Tindakan dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sehubungan dengan itu peneliti merangkai kegiatan PTK ini mengacu pada pedoman PTK yang diadopsi dari model Kemmis dan Robin MC Taggart. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
Penelitian ini dilaksanakan di SDK 041 Talibura dengan rentang waktu penelitian 3 Bulan yaitu bulan Agutstus sampai dengan bulan Oktober 2017. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SDK 041 Talibura yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siwa perempuan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pada penelitian ini peneliti telah mengumpulkan data untuk dianalisis. Data yang dianalisis oleh peneliti dari masing-masing siklus adalah data observasi dan tes hasil belajar. Untuk data observasi, data yang diperoleh adalah data aktivitas guru, data aktivitas siswa secara klasikal dan data penilaian sikap dan keterampilan. Di bawah ini akan dijelaskan analisis data dari masing-masing siklus.
Data Observasi Aktivitas Guru
Data ini diperoleh dari guru wali kelas dalam melakukan observasi terhadap peneliti sebagai guru selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun uraian data observasi guru dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti dari hasil pengamatan wali kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas
Konversi Nilai |
Tindakan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Skor maksimal |
56 |
56 |
56 |
56 |
Jumlah skor yang diperoleh |
45 |
51 |
52 |
53 |
Persentase nilai rata-rata |
80,35% |
91,07% |
92,85% |
94.64% |
Kategori |
Sangat Baik |
Sangat Baik |
Sangat Baik |
Sangat Baik |
Data Observasi Aktivitas Siswa
Data ini diperoleh dari aktivitas siswa secara umum selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung. Adapun uraian data observasi siswa dari tiga aspek yakni a) Keberanian peserta didik dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru; b) Kemampuan peserta dididk dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru; dan c) Menyimak penjelasan guru. Ketiga aspek ini di nilai dalam Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II yang telah dianalisis peneliti dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas
Konversi Nilai |
Tindakan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Jumlah skor yang diperoleh |
1305,33 |
1852,33 |
1929,67 |
2023,67 |
Persentase nilai rata-rata |
54,39% |
77,18% |
80,40% |
84,32% |
Kategori |
Cukup Baik |
Baik |
Sangat Baik |
Sangat Baik |
Data Hasil Belajar Siswa
Data ini diperoleh dari aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung, dengan mengacu pada penilaian sikap, keterampilan dan penilaian pengetahuan atau tes hasil belajar. Adapun uraian data penilaian sikap, keterampilan dan penilaian pengetahuan atau tes hasil belajar dalam pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah dianalisis peneliti adalah sebagai berikut:
Penilaian Sikap
Dalam penilaian ini, guru mengamati 2 aspek sikap yakni mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan mengerjakan tugas dengan tanggung jawab dengan memberikan skor pada setiap siswa. Skor yang diperoleh pada setiap siswa tersebut kemudian dikonversi dengan menggunakan rumus. Hasil perolehan nilai sikap dari setiap siswa tersebut kemudian dijumlahkan dan didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.
Tabel 4.4 Data Hasil Penilaian Sikap Siswa
Konversi Nilai |
Penilaian Sikap |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa |
2520 |
2700 |
3200 |
3820 |
Jumlah Seluruh Siswa |
40 |
40 |
40 |
40 |
Persentase nilai rata-rata |
63 |
67,5 |
80 |
95,5 |
Kategori |
Kurang Baik |
Baik |
Sangat baik |
Sangat Baik |
Penilaian Keterampilan
Dalam penilaian ini, guru mengamati 1 aspek keterampilan yakni mengisi kolom perkalian dengan memberikan skor pada setiap siswa. Skor yang diperoleh pada setiap siswa tersebut kemudian dikonversi dan di gabungkan dengan nilai yang diperoleh kelompok dalam mengerjakan LKS. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa tersebut kemudian dijumlahkan dan didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.
Tabel 4.5 Data Hasil Penilaian Keterampilan Siswa
Konversi Nilai |
Tindakan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I Pertemuan I |
Siklus I Pertemuan II |
Siklus II |
|
Jumlah Seluruh Siswa |
40 |
40 |
40 |
40 |
Jumlah nilai keterampilan yang diperoleh seluruh siswa |
2540 |
2900 |
3750 |
3854 |
Persentase nilai rata-rata Keterampilan |
63,5 |
72 |
93,75 |
96,35 |
Jumlah nilai LKS seluruh kelompok |
2350 |
2858 |
3600 |
3720 |
Jumlah nilai rata-rata LKS seluruh kelompok |
58,75 |
71,45 |
90 |
93 |
Jumlah nilai Akhir (keterampilan dan LKS kelompok) |
2599 |
2971 |
3840 |
3947 |
Persentase nilai Akhir (keterampilan dan LKS kelompok) |
64,97 |
74,27 |
96 |
98,67 |
Kategori |
Kurang baik |
Baik |
Sangat baik |
Sangat baik |
Penilaian Pengetahuan (Tes Hasil Belajar)
Dalam penilaian ini, guru memperoleh hasil belajar siswa dari tes yang diberikan guru yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan siswa dari materi perkalian yang telah diberikan guru. KKM yang ditentukan dari pembelajaran ini adalah 66, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah 80%. Hasil perolehan nilai dari setiap siswa dikonversikan berdasarkan penskoran untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang mencapai KKM. Dari hasil setiap siswa tersebut, dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal dari banyaknya siswa yang tuntas. Kemudian hasil perolehan seluruh siswa dirata-ratakan dan dijumlahkan yang didapat hasil rata-ratanya di bawah ini.
Tabel 4.6 Data Tes Hasil Belajar Siswa
Konversi Nilai |
Tindakan |
||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Jumlah Seluruh Siswa |
40 |
40 |
40 |
Jumlah nilai siswa |
2550 |
3100 |
3524 |
Persentase nilai rata-rata |
63,75 |
77,5 |
88,1 |
Jumlah siswa yang tuntas |
22 |
31 |
40 |
Jumlah siswa yang tidak tuntas |
18 |
9 |
0 |
Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal |
55% |
77,5% |
100% |
Kategori |
Kurang baik |
Baik |
Sangat baik |
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian dengan menggunakan alat peraga benda konkret pada mata pelajaran Matematika materi perkalian di kelas II SDK 041 Talibura telah menunjukkan data tes hasil belajar dan hasil pengamatan yang mengalami peningkatan selama proses pembelajaran pada setiap siklusnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran pada mata pelajaran Matematika materi perkalian. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan perkembangan hasil yang diperoleh dari setiap siklus.
Hasil Penelitian Aktivitas Guru
Hasil observasi pada aktivitas guru selama pembelajaran menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru di kelas pada setiap siklusnya karena guru sebagai fasilitator mengunakan alat peraga benda konkrit yang membuat siswa lebih aktif. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Trianto (2009:7.15), yang mengemukakan bahwa peran guru dalam membelajarkan siswa semakin penting karena dimasa depan guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian pengatahuan kepada siswa melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah siswa belajar.
Dari pernyataan di atas peneliti telah membuktikan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan pada aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas guru dalam pembelajaran pada Pra Siklus tergolong kategori sangat baik yaitu 80,35%. Dari hasil tersebut guru melakukan perbaikan pada Siklus I dengan menggunakan alat peraga benda konkret pada proses pembelajaran dan hasil yang didapat tergolong dalam kategori sangat baik dengan rata-ratanya yaitu 91,96%. Dari hasil Siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II dengan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 94,64%. Dari hasil aktivitas guru yang telah dicapai menunjukan bahwa adanya peningkatan. Ini dikarenakan guru menggunakan alat peraga benda konkret dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga terlihat bahwa adanya peranan guru sebagai fasilitator. Maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan aktivitas guru meningkat dalam proses pembelajaran disebabkan adanya rancangan pembelajaran yang baik yaitu menggunakan alat peraga benda konkrit.
Hasil Penelitian Aktivitas Siswa
Hasil observasi pada aktivitas siswa secara umum selama pembelajaran menunjukan bahwa terjadinya peningkatan pada aktivitas siswa secara umum di kelas pada setiap siklusnya. Dalam proses pembelajaran di kelas tanpa menggunakan alat peraga benda konkret pada Pra Siklus menunjukan bahwa aktivitas siswa tergolong dalam kategori kurang baik yaitu 54,39%. Dari hasil tersebut dapat dilakukan perbaikan pada Siklus I dengan menggunakan alat peraga benda konkret sehingga hasil dari aktivitas siswa meningkat dan tergolong dalam kategori sangat baik yang rata-ratanya adalah 78,79%. Dari hasil Siklus I tersebut, guru mempertahankan dan berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Siklus II dengan memperoleh hasil yang tergolong dalam kategori sangat baik yaitu 84,32%. Maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas meningkat.
Peningkatan pada aktivitas siswa tersebut nampak terlihat dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkret karena dapat memotivasi dan membuat siswa lebih aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat Sapriati, dkk. (2011:5.17), yang mengemukan bahwa fungsi alat peraga yaitu melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai pengalaman nyata, dan meningkatkan motivasi siswa belajar karena peraga dapat merangsang tumbuhnya perhatian serta mengembangkan keterampilan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga benda konkret meberikan pengalaman langsung kepada siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
Hasil Penelitan Tes Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa diperoleh dari proses belajar mengajar di kelas melalui penilaian ranah sikap, keterampilan dan penilaian ranah pengetahuan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan alat peraga benda konkret pada mata pelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDK 041 Talibura menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada 3 ranah di setiap siklusnya. Menurut Anitah. W, dkk (2009:1.5), mengemukakan bahwa, hasil belajar berupa perubahan prilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah prilakunya, baik yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dari pernyataan Anitah. W, dkk di atas, peneliti telah membuktikan dalam penelitian bahwa siswa kelas II telah belajar dengan baik pada perkalian sehingga hasil belajar siswa meningkat pada penilaian 3 ranah tersebut. Pada hasil belajar pra siklus, siswa belum menguasai materi pelajaran sepenuhnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori kurang baik karena dalam pembelajaran dilaksanakan tanpa adanya penggunaan alat peraga. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga hampir sebagian besar siswa pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pada Pra Siklus nilai rataan yang diperoleh dari gabungan 3 ranah pembelajaran adalah 63,41 dengan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 55%. Selanjutnya pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang tergolong dalam kategori sangat baik. Hal ini karena adanya rancangan strategi pembelajaran yang tepat oleh guru yaitu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah pemanfaatan alat peraga benda konkret. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada pra siklus sangat berbeda pada hasil di siklus I yaitu dengan nilai rata-rata 74,41 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 77,5%. Hasil yang diperoleh pada siklus I telah menunjukkan bahwa menggunaan alat peraga benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang hampir sama terjadi pada siklus II dengan penggunaan alat peraga benda konkret dengan mengembangkan indikator pembelajaran. Dari pembelajaran tersebut diperoleh hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya dengan nilai rata-ratanya adalah 93,31 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 100%.
Dari penjelasan di atas penelti menyimpulkan bahwa siswa kelas II SDK 041 Talibura telah belajar dengan baik dan meningkatkan hasil belajarnya pada materi perkalian melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkret.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil belajar siswa kelas II di SDK 041 Talibura pada pembelajaran matematika materi perkalian dinyatakan rendah karena dalam pembelajaran selama ini guru bersifat monoton yang membuat siswa pasif dan bosan dan guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas II SDK 041 Talibura untuk mata pelajaran Matematika materi perkalian peneliti mengguanakan alat peraga benda konkret yang dilaksanakan dalam beberapa siklus, maka dapat disimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan alat peraga benda konkret yakni siput, stik dan batu pada mata pelajaran Matematika materi perkalian tergolong dalam kategori sangat baik dan membuat siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.
2. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah digunakan alat peraga benda konkret dalam pembelajaran Matematika materi perkalian
Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam rangka pemanfaatan benda konkret dengan upaya memperbaiki kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat berimplikasi pada kemajuan sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini kiranya dapat memotivasi guru dalam memilih dan menentukan alat peraga pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini kiranya dapat membantu pemahaman siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian
d. Bagi Peneliti Lanjutan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya mata pelajaran lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, Sri. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.
Sapriati, Amalia, dkk. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progesif. Jakarta: Kencana. 2009.
Tukiran, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: 2012.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusindo Mandiri, 2012.
Utami, Kurnia, dkk. Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Di Sekolah Dasar, 2013.
Winataputra, U.S. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.