UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

DAN BUDI PEKERTI MATERI MELATIH KESABARAN SISWA

MELALUI PENELADANAN KISAH NABI AYYUB AS

MELALUI METODE TEAM GROUP TOURNAMENT SISWA KELAS IV SEMESTER I SDN 1 KEMIRI TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Noor Azizah

SDN 1 Kemiri, Kec. Kunduran, Kab. Blora

ABSTRAK

Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan Pendidikan Agama Islam sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi Pendidikan Agama Islam. Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran Pendidikan Agama Islam terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya pembelajaran Metode Jawab Resume? (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Metode Team Group Tournament terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya pembelajaran Metode Team Group Tournament melalui media Cerita. (b.) Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran bebasis masalah. (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV tahun pelajaran 2019/2020 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari Pra siklus sampai siklus II yaitu, Pra siklus (58%), siklus I (81%), siklus II (100%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berepengaruh positif terhadap prestasi dam motivasi belajar siswa Kelas IV serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Kata Kunci: Kisah Nabi Ayyub, Kesabaran, TGT

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tolak ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi beajar. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN 1 Kemiri untuk beberapa kompetensi dasar menunjukkan nilai rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar PABP memang sarat akan materi, disamping cakupannya luas dan perlu hafalan. Selain itu pembelajaran masih menggunakan model konvensional yang sifatnya searah dan membosankan. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru siswa pasif. Siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek. Kondisi seperti tersebut mengakibatkan rendahnya nilai rata-rata kelas dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. siswa yang tuntas hanya 27%. Dengan rata-rata kelas 65,45 dari 12 siswa.

Rendahnya prestasi belajar PABP kelas IV SDN 1 Kemiri dimungkinkan juga guru belum menggunakan metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif.

Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk melakukan motivasi dalam metode pembelajaran yang dapat meningkatkan peran peran aktif siswa baik individu maupun kelompok guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan uraian diatas sudah selayaknya pembelajaran PABP di kelas IV SDN 1 Kemiri diadakan inovasi metode pembelajaran dengan keterlibatan siswa aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran Kooperative Learning model Team Group Tournament (TGT). Dengan metode ini diharap siswa dapat menemukan pokok materi baik secara individu maupun kelompok sehingga dapat memperoleh prestasi yang maksimal.

Identifikasi Masalah

Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang tentang masalah diatas, dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Hasil belajar PABP siswa belum menunjukkan hasil maksimal
  2. Mata pelajaran PABP SD cukup sarat akan materi, alokasi waktu terbatas.
  3. Siswa kurang memahami Peneladan kisah Nabi Ayyub.

Batasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah di atas maka dalam penelitian ini akan dibatasi masalah yang diteliti, sehingga penelitian lebih fokus dan terperinci. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Model Team Group Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran yang paling kompleks jika diimplementasikan dalam pembelajaran karena model ini melibatkan siswa secara aktif.
  2. Materi pembelajaran PABP tentang meneladani kisah nabi Ayyub yang diwujudkan dalam buku cerita.
  3. Efektifitas dalam penelitian ini diukur dari hasil belajar kognitif dan sikap toleransi siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas selanjutnya akan diuraikan dalam bentuk pertayaan-pertanyaan yang lebih rinci dan mendasar yaitu sebagai berikut:

  1. Apakah model pembelajaran Team Group Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran yang paling kompleks jika diimplementasikan dalam pembelajaran karena model ini melibatkan siswa secara aktif.
  2. Apakah model pembelajaran Team Group Tournament (TGT) Materi pembelajaran PABP tentang meneladani kisah nabi Ayyub dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SDN 1 Kemiri, Kecamatan Kunduran, Kab. Blora
  3. Bagaimana keefektifitas model pembelajaran Team Group Tournament (TGT) dalam pembelajaran PABP tentang meneladani kisah nabi Ayyub kelas IV SDN 1 Kemiri Kec. Kunduran.

Tujuan Penelitian

Melalui pembelajaran cooperative learning model team group tournament diharapkan:

  1. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar PABP sehingga menunjukkan hasil maksimal
  2. Siswa dapat memanfaatkan dan menerapkan mata pelajaran PABP SD cukup sarat akan materi, alokasi waktu terbatas.
  3. Siswa dapat meningkatkan pemahaman Peneladan kisah Nabi Ayyub.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

  1. Pengembangan model pembelajaran TGT dengan media peta dalam menanamkan konsep berarti? Kemampuan utama belajar efektif dapat tercakup.
  2. Diharap dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan khususnya bagi peserta didik.

Manfaat Praktis

  1. Bagi Siswa/Peserta Didik

Siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar

  1. Bagi Guru

Terjadinya inovasi dalam proses pembelajaran dan mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

  1. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan prestasi sekolah dan meningkatkan popularitas sekolah.

  1. Model TGT menjadi model alternatif

Bagi para guru untuk menanamkan konsep.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Urgensi Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian “nrimo”, ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

Makna Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18: 28)

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Hasil Belajar PABP

Hakekat Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai suatu yang ingin di capai menurut Suryabrata (2002:232) menyimpulkan tentang belajar yaitu:

  1. Belajar itu membawa perubahan,
  2. Perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecapakan baru.
  3. Perubahan terjadi karena usaha dengan sengaja.

Belajar adalah suatu proses dimana suatu tindakkan muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi (Sukmadinata 2003: 15). Hal ini juga terkait

Dalam hal ini belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan perubahan pada diri siswa dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku serta semua aspek yang ada dalam indiovidu. Menurut paham Progresivisme Jhon Dewey (Pahyono, 2004: 4).

Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun terencana baik tes tertulis, tes lisan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat: bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak hanya pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti suatu materi dalam mata pelajaran berupa data kuantitatif dan kualitatif.

Hasil Belajar PABP

Hasil belajar PABP adalah hasil penilaian belajar siswa mengenali yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk perbuatan yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu atau dalam kompetensi dasar mata pelajaran PABP.

Pembelajaran Kooperatif Learning model TGT

Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajar sendiri dan kelompok lain (Anitah 2008:37). Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antara sesama siswa.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang bermanfaat dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda kedalam kelompok kecil.

Model Team Group Tournament (TGT)

Pembelajaran cooperative learning model Team Group Tournament dikemas dalam bentuk permainan karena bermain merupakan pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik (Russel Tyler, 1999) aktivitas belajar dengan bermain yang dirancang dalam pembelajaran model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih terarah, tanggung jawab, kerja sama persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Penerapan model pembelajaran cooperative learning model TGT menimbulkan adanya kelompok dan kerja sama dalam belajar itu dapat persaingan individu dalam kelompok maupun antar kelompok.

Tinjauan Materi sesuai Kurikulum

Ulama tafsir dan sejarah mengatakan, “Pada mulanya Ayyub alaihis salam adalah seorang lelaki yang memiliki banyak harta, berupa tanah yang luas, hewan ternak dan kambing, yaitu pada sebuah belahan bumi yang bernama Tsaniyah, di Huran, yang terletak di negeri Syam. Ibnu Asakir berkata, “Semua lahan yang luas itu adalah miliknya lalu Allah SWT menguji dirinya dengan kehilangan semua harta tersebut, dia diuji dengan berbagai macam ujian yang menimpa tubuhnya, sehingga tidak ada sejengkalpun dari bagian tubuhnya kecuali ditimpa penyakit kecuali hati dan lisannya. Dia selalu berzikir dengan kedua indra tersebut, bertasbih kepada Allah SWT siang dan malam, pagi dan sore. Akhirnya dengan penyakit tersebut seluruh temannya merasa jijik terhadapnya, sahabat karibnya menjadi tidak tenang dengannya. Setiap orang merasa jijik dengannya baik kerabat atau teman jauh. Akhirnya dia diasingkan pada sebuah tempat pembuangan sampah di luar kota tempat tinggalnya, dan tidak ada yang menemaninya kecuali seorang istrinya, yang selalu menjaga hak-haknya dan membalas budi baik yang pernah dilakukan terhadap dirinya serta dorongan rasa belas kasihan padanya, dia bekerja untuk mendapat upah dari orang lain, lalu dia membelikannya makanan dengan upah itu, dibarengi dengan rasa sabar melepas semua harta dan anak, bersabar dengan penyakit suami setelah hidup dalam kenikmatan dan kehormatan yang pernah disandangnya. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Sebelumnya dijelaskan bahwa sang istri bekerja kepada orang lain untuk mengejar upah yang digunakan utnuk membeli makanan bagi Ayyub alaihis salam, lalu masyarakat tidak lagi membutuhkannya karena mereka mengetahui bahwa wanita itu adalah istri Ayyub, mereka takut jika terkena dengan penyakit yang menimpa Ayyub atau tertular dengan penyakit melalui interaksi secara langsung dengan sang istri, akhirnya dia tidak menemukan seorangpun yang bisa memberinya pekerjaan yang mendatangkan upah. Lalu dia pergi menuju orang-orang yang kaya dan menggadaikan kepang rambutnya dengan dengan makanan yang banyak lalu makanan itu dibawanya kepada Ayyub dan Ayyub berkata, “Dari manakah engkau mendapatkan makanan ini?. Dan dia marah kepadanya. Sang istri menjawab, “Aku telah bekerja pada banyak orang dan mendapatkan upah karenanya. Lalu pada keesokan harinya dia tidak menemukan seorangpun yang menyuruhnya bekerja dan akhirnya dia kembali menjual belahan kepangan rambut yang kedua lalu membeli makanan dengannya namun Ayyub tetap mengingkarinya, bahkan dia bersumpah bahwa dirinya tidak mau memakan makanan ini sehingga sang istri memberitahukan dari manakah dia memperoleh makanan ini. Akhirnya sang wanita membuka kerudung yang menutupi kepalanya, lalu pada saat dia melihat rambut istrinya telah tercukur rata dia berdo’a:

Kerangka Berfikir

Langkah-langkah Pembelajaran:

  1. Kondisi awal (pra siklus) pembelajaran secara konvensional searah siswa pasif dan membosankan nilai PABP rendah.
  2. Mengadakan tindakan penerapan pembelajaran kooperatif learning tipe TGT secara kelompok siklus I siswa aktif dalam kelompok nilai PABP meningkat.
  3. Mengadakan tindakan Siklus II penerapan model kooperatif learning tipe TGT dikemas kuis siswa aktif kreatif dan senang nilai rata-rata PABP lebih meningkat.
  4. Kondisi akhir: melalui model pembelajaran kooperatif learning model TGT dapat meningkatkan hasil belajar PABP bagi siswa kelas IV SDN 1 Kemiri semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.

 

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Lokasi penelitian berada di SDN 1 Kemiri, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, yang berada di Jl. Desa Buloh, tepatnya 10 Km dari Kota Kecamatan Kunduran, dan 30 Km dari Ibu Kota Kabupaten Blora.

Penulis mengadakan penelitian di Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang kompetensi dasar meneladani Kisah Nabi Ayyub AS. Dalam penelitian ini penulis juga bekerja sama dengan teman sejawat sebagai observer dan mengambil dokumentasi.

Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Kemiri. Jumlah siswa berjumlah 21 Siswa dengan rincian untuk laki-laki 8: dan perempuan 13. Pada umumnya mata pencaharian orang tua siswa adalah bertani, rata-rata pendidikan orang tua hanyalah SD dan SMP. Sehingga kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Kemiri, menyebabkan banyak dari orang tua siswa yang pergi merantau ke luar daerah, maka dari itu kegiatan pembelajaran dalam sekolah kurang begitu maksimal.

Sumber Data

Sumber Data Primer

Dalam penelitian yang merupakan sumber data primer adalah:

  • Prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Meneladani kisah nabi Ayyub AS.
  • Prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Meneladani kisah nabi Ayyub AS..
  • Setelah guru menyajikan materi menggunakan model kooperatif tipe yang meliputi hasil ulangan harian, hasil pelaksanaan tugas, dan nilai porto folio.

Sumber Data Skunder

Dalam penelitian ini yang merupakan sumber data sekunder adalah hasil pengamatan dari tim kolaborasi (teman sejawat), pada saat pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti materi Meneladani kisah nabi Ayyub AS dengan metode Cerita Dalam Kelompok pada siklus 1 dan siklus 2.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdapat beberapa model atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti melakukan PTK. Desain-desain tersebut diantaranya adalah (1) model Kurt Lewin, (2) model Kemmis Mc Taggart, (3) model John Elliot, (4) model Hopkons, (5) model Mc. Kernan, (6) model Dave Ebut. Prosedur dalam penleitian ini, peneliti menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart.

Menurut Basrawi Suwandi (2008:68), desain Penleitian Kemmis merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin. Desain penelitian Kemmis dikenal dengan model spiral. Hal ini karena dalam perencanaan, Kemmis menggunakan spiral refleksi direi, yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah.

Menurut Kemmis dalam penelitian tindakan kelas, 2 kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya satu tindakan begitu pula berlangsung observasi. Di dalam desain penelitian kemmis dikenal sistem siklus. Artinya dalam satu siklus terdapat satu putaran kegitaan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Ketika siklus satu hampir berakhir, namun peneliti masih menemukan kekurangan ketika dilakukan refleksi peneliti bisa melanjutkan pada siklus ke dua. Siklus ke dua dengan masalah yang sama, namun dengan teknik yang berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Adapun tindakan yang diteliti adalah (1) aktivitas belajar siswa, (2) hasil belajar siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan tahapan pra PTK yang meliputi: Identifikasi Masalah, Analisis masalah, Rumusan masalah, Rumusan hipotesis masalah.

Tahapan pra PTK di atas sangatlah penting karena merupakan cerminan dari masalah yang dihadapi oleh guru selama mengajar di kelas. Berangkat dari PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat. Selanjutnya proses tindakan memasuki fase atau tahapan siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini dilaksanakan dengan diawali pembelajaran Pra Siklus, siklus I dan Siklus II, dan masing-masing siklus dibagi menjadi 4 tahapan yaitu Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Pengamatan dan Tahap Evaluasi (seperti yang sudah diuraikan pada Bab III).

Pra Siklus

Tabel 4.2 Ketuntasan belajar pra siklus

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1 Tuntas 13 62%
2 Belum Tuntas 8 38%
Jumlah 21 100%

 

Siklus 1

Tabel 4. 5. Ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Siklus I
Jumlah Persen
1 Tuntas 17 81%
2 Belum Tuntas 4 19%
Jumlah 21 100%

 

 

 

 

Siklus 2

Tabel 4.8. Ketuntasan belajar hasil tes siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Siklus II
Jumlah Persen (%)
1 Tuntas 21 100%
2 Belum Tuntas 0 0%
Jumlah 21 100%

 

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pembahasan Pra Siklus

  1. Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas IVnilai rata-rata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sangat rendah khususnya dalam Meneladani Kisah Nabi Ayyub AS, yang jelas salah satunya disebabkan karenanya kompetensi yang harus di kuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 18 siswa terdapat 9 siswa atau 56% yang baru mencapai ketuntasan sedangkan 7 siswa atau 44% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk Kompetensi Dasar menghitungMeneladani Kisah Nabi Ayyub AS yang telah ditentukan KKM yaitu 75 sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggi 90 terendah 50 dengan rata-rata kelas sebesar 70,00.

  1. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.

Pembahasan Siklus I

Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penelitian terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:

  1. Hasil Belajar

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (Sangat Baik) adalah 5 siswa, atau 31% sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 7 siswa, atau 47%. Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) sebanyak 4 siswa, atau 25% sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 0 siswa,atau 0% sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) sebanyak 0% atau 0 siswa.

Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa dari sejumlah 18 siswa terdapat 12 siswa (75%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 4 siswa (25%) belum mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 terendah 70 dengan nilai rata-rata 80,67.

  1. Proses Pembelajaran

Dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan. Perbandingan tersebut dapat disajikan pada tabel.

Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui metode Driil siswa mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 7 siswa belum tuntas pada prasiklus menjadi 4 pada siklus I, sedangkan nilai rata-rata kelas ada kenaikan 80,67. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan, karena ada sebagian siswa berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok, penilaiannya juga kelompok.

Pembahasan Siklus II

  1. Hasil Belajar

Dari kegiatan pembelajaran diatas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 8 siswa atau 50%. Sedangkan yang mendapat nilai baik (B) adalah 8 siswa 50% dan yang mendapat nilai cukup (C) 0 siswa, atau 0% sedangkan yang mendapat nilai D adalah 0% atau 0 siswa dan yang mendapat nilai E tidak ada atau 0%, sedangkan nilai rata-ratanya 88,67%.

  1. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan sekalipun kegiatan bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggungjawabkan, karena ada kompetisi kelompok maupun kompetisi individu. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan perlu kecermatan dan ketepatan.

Hasil Penelitian

Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata pra siklus siklus I dan siklus II

No Uraian Jumlah Siswa
Tuntas Belum Tuntas Rata-rata
1. Pra Siklus 13 8 70,00
2. Siklus I 17 4 80,67
3. Siklus II 18 0 88,67

 

PENUTUP

Simpulan

Penggunaan metode TGT dalam upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti materi Meneladani Kisah Nabi Ayyub ASsangat dibutuhkan agar siswa aktif mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan metode TGT dapat meningktkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti khususnya kompetensi dasar Meneladani Kisah Nabi Ayyub AS, siswa kelas IV SDN 1 Kemiri efektif.
  2. Tekhnik penggunakan metode TGT yang diterapkan juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya aktifitas belajar siswa dan juga hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi siswa yaitu pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat dari 17 siswa atau 81% meningkat menjadi 21 siswa atau 100%. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan membangkitkan minat proses pembelajaran yang ditumbuhkan dari siswa yang inovatif.
  3. Efektifitas metode TGT kelas IV semester I dalam meningkatkan hasil belajar telah berhasil. Dari target yang diinginkan yaitu ≥85% dari 21 siswa, yang memperoleh nilai ≥85 sebanyak 21 siswa atau 100%. Karena keefektifitasan sudah terbukti dan disajikan oleh peneliti secara langsung dalam tahapan 2 siklus.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan metode TGT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada siswa kelas IV SDN 1 Kemiri sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan STAD dapat meningkatkan hasil mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada siswa kelas IVI SDN 1 Kemiri Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora tahun ajaran 2019/2020. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada materi yang sesuai dari hasil penelitian, maka penggunaan metode TGT dapat dioptimalkan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para guru dan calon guru dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada siswa dan kualitas pembelajaran dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu penggunaan metode pembelajaran yang efektif, efesien dan menyenangkan.

Sejalan dengan hal tersebut metode TGT merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti materi Mengenal satuan debit. Keaktifan, partisipasi dan semangat siswa meningkat secara signifikan. Hal tersebut yang seharusnya mulai diperhatikan oleh guru maupun calon guru. Bahwa dengan bekerja sama, diskusi, saling menghargai pendapat merupakan hal penting dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Saran

Saran yang ingin disampaikan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

 

 

Bagi Guru

Bagi guru sebaiknya dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak monoton sehingga siswa tidak bosan dan jenuh. Sebaiknya dalam proses belajar mengajar guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak cepat monoton dalam mengikuti pembelajaran. Guru sebaiknya juga memberikan motivasi pada siswa sehingga siswa merasa diperhatikan oleh guru dan hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik.

Bagi Kepala Sekolah

Bagi Kepala sekolah diharapkan dapat memotivasi para guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik, serta meningkatkan tanggung jawab guru terhadap tugasnya secara profesional.

Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan untuk menciptakan lingkungan belajar dan sarana pembelajaran yang lebih lengkap, sehingga dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta. Universitas Terbuka.

Anita, Lic. 2002. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo.

Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP, 2007. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Slameto, 1995, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.