PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

TENTANG PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN

MELALUI KONTEXTUAL OUTBOUND PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 2 PENGKOLREJO KECAMATAN JAPAH

Tasih

SDN 2 Pengkolrejo, Kec. Japah, Kab. Blora

ABSTRAK

Penelitian bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa, menambah wawasan bagi guru, dan meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran di sekolah peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Pengkolrejo dengan jumlah murid 19 orang yang terdiri 11 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah motinasi belajar siswa mencapai 75% dan hasil belajar siswa mencapai KKM (kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu ≥70 dengan ketuntasan belajar siswa ≥ 80%. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,tiap siklus terdiri 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian pada prasiklus diperoleh nilai terendah 35 tertinggi 80 rerata 58 ketuntasan belajar 37% dengan motivasi belajar hanya 38%, pada siklus 1 nilai terendah 40 tertinggi 100 dengan rerata 67 ketuntasan belajar 63% dengan motivasi belajar siswa baru mencapai 60%, pada siklus 2 nilai terendah 55 dengan nilai tertinggi 100 dengan rerata 83 ketuntasan belajar mecapai 89% dengan motivasi belajar siswa mencapai 80%. Dalam pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tentang materi perkembangbiakan tumbuhan bagi siswa kelas VI dengan hasil belajar siswa melebihi KKM dan rerata yang ditetukan dalam indikator keberhasilan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai gambaran penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar IPA, dan pihak sekolah diharapkan mendorong guru untuk selalu memperbaiki KBM dengan mengunakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Kata kunci: kontekstual, motivasi belajar, hasil belajar, belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dibidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan hal-hal berikut. Pertama, membentuk manusia seutuhnya sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri. Kedua, memberikan dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh dan mengandung makna terwujudnya kemampuan bangsa. Ketiga mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Keempat, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia serta mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dengan demikian sistem pendidikan nasional adalah wahana untuk mencapai cita-cita tujuan nasional.

Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan merupakan peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa itu sendiri. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa……” menuntut penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang dapat menjamin perkembangan dan kelansungan kehidupan bangsa Indonesia.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

  1. Memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan maslaah.
  2. Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi Ilmu Pengetahuan Alam dengan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Ilmu Pengetahuan Alam.
  3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Ilmu Pengetahuan Alam, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
  4. Mengkomunikasikan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjalaskan atau masalah.
  5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Ilmu Pengetahuan Alam dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sebenarnya rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan pola pembelajaran, kondisi sekolah, kondisi lingkungan, latar belakang orang tua dan kondisi keluarga siswa selama ini peneliti dalam memberikan materi pelajaran kurang mengkondisikan dan memotivasi siswa dalam menyampaikan materi sering tidak sabar dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sehingga mengabaikan proses berpikir siswa.

Kondisi SDN 2 Pengkolrejo bila dilihat dari segi sarana dan prasarana sudah memadai. Enam ruangan kelas, satu gedung dan satu ruang kantor yang sudah di keramik. Dan ditambah lagi sebuah gedung perpustakaan, intalasai listrik sudah tersedia dan halaman sekolah yang sudah di paving serta adanya komputer yang demikian tidak di dukung dengan kondisi sekitar sekolah. Lokasi SDN 2 Pengkolrejo terletak di tepi jalan raya yang banyak kendaraan prestasi belajar kurang maksimal.

Sebagian besar orang tua siswa yang peneliti ajar rata-rata berasal dari lulusan SD dan bekerja sebagai buruh tani. Karena rendahnya pendidikan mereka, mereka kurang memperhatikan dan mendampingi anak-ananknya belajar. Kondisi orang tua yang demikian, tentu saja tidak mendukung untuk pencapaian belajar siswa yang diinginkan.

Keadaan lingkungan sekolah dan latar belakang orang tua siswa, tidak mungkin peneliti pecahan sendiri, sehingga butuh dukungan dari pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa, peneliti sebatas memperbaiki pola pembelajaran. Peneliti akan meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tenang letak titik koordinat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Peneliti Tindakan Kelas (PTK yang memfokuskan media gambar sebagai model pembelajaran pada siswa kelas VI SDN 2 Pengkolrejo sehingga mampu meningkatkan minat dan kreativitas belajar siswa yang pada ujungnya dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti selalu berdiskusi dengan teman sejawat yang membantu selama melaksanakan penelitian. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:

  1. Tingkat pemahaman materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah khususnya dalam mempelajari perkembangbiakan tumbuhan.
  2. Siswa kurang aktif dalam mempelajari perkembangbiakan tumbuhan.
  3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tentang letak titik koordinat.
  4. Kurangnya kemampuan siswa dalam merespon pertanyan guru.

Analisis Masalah

Sudah menjadi hal yang bisa jika siswa SD mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini kemungkinkan besar disebabkan karena banyaknya buku-buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ataupun guru-guru yang mengajarkannya tidak memperhatikan dengan benar prinsip-prinsip kerja selama ini pula peneliti masih tetap menggunakan cara lama yang ternyata sangat membingungkan siswa. Metode yang peneliti pilih sering tidak sejalan dengan materi yang sedang dibahas saat itu.

Dari hasil identifikasi masalah peneliti bersama-sama teman sejawat melanjutkan menganalisis masalah dengan mendiskusikan masalah bersama teman sejawat dapat dirumuskan beberapa penyebab timbulnya masalah pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu:

  1. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kurang karena guru terlalu tergesa-gesa dalam menyampakan materi seharusnya dalam penyampaian guru jangan terlalu cepat.
  2. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran karena guru kurang tepat dalam memilih metode pembelajaran seharusya guru memilih metode yang tepat sehingga siswa akan tertartik pada materi tersebut.
  3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal karena siswa mudah putus asa seharusnya guru memantau siswa selama mengerjakan soal.
  4. Kurangnya kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan guru karena pertanyaan kurang menarik dan guru kuang memberi motivasi siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis permasalahan yang diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan fokus perbaikan, yaitu: apakah metode contextual outbond dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA Kelas VI Semester I SDN 2 Pengkolrejo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Tujuan Penelitian

Laporan ini disusun selain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar, juga dimaksudkan untuk memenuhi pesyaratan dalam kenaikan pangkat dari Golongan III c ke III d, maka tujuan penelitian yang diharapkan bisa dicapai adalah:

  1. Meningkatkan rasa antusias siswa agar lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
  2. Untuk memperbaiki proses Pembelajaran yang ada SDN 2 Pengkolrejo.
  3. Untuk mengidentifikasi dan menganaisis masalah-masalah dalam pembelajaran serta merancang perbaikan melalui Penelitian Tindakan Kelas PTK).
  4. Untuk memperoleh informasi sejauh mana Metode contextual outbond dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi perkembangbiakan tumbuhan.

Manfaat Penelitian

Apapun yang dihasilkan dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penelti khususnya dan pendidikan umumnya, hasil ini sangat bermanfaat:

  1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan kesulitan dalam pembelajaran tentang perkembangbiakan tumbuhan.

  1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh dalam meningkatkan anak didiknya. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.

  1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan-kebijakan sekolah dengan skala prioritas dalam pembelajaran.

 

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESA TINDAKAN

Kajian Teori

Kajian teoretis yang mendukung PTK ini adalah teori teori tentang: 1) perkembengbiakan, 2) motivasi belajar, 3) hasil belajar, 4) kontextual, dan 5) outbound.

  1. Pengertian Motivasi

Motivasi menurut Teori Belajar dan Pembelajaran Modul UT (2008) adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi individu untuk belajar. Motivasi merupakan variabel penting, khususnya dalam proses pembelajaran yang dapat membantu mendorong kemauan belajar siswa karenanya. Hampir semua anak mempunyai masa-masa pertumbuhan akan keinginan untuk belajar. Reinforcement dan reword dari dalam mungkin penting untuk melakukan perbuatan tertentu untuk membuat mereka yakin hingga mau mengulangi apa yang sudah dipelajari.

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003: 110) – Definisi Motivasi Belajar Siswa – Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55).

  1. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Pengertian belajar (Fontana, 2008: 147 dalam Bistari Bs.Y) adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, belajar sesungguhnya bersifat internal dari diri siswa. Sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yaitu keadaan yang sengaja diciptakan agar proses belajar menjadi terarah dan sistematis, karena didalam proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar, dan lingkungan yang kondusif yang sengaja dibentuk.

  1. Perkembangiakan Tumbuhan

Berkembang biak menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah bertambah banyak. Salah satu ciri makhluk hidup adalah mampu berkembang biak.. Makhluk hidup berkembang biak untuk melestarikan keturunannya. Makhluk hidup yang mampu berkembang biak adalah makhluk hidup yang telah dewasa. Ciri-ciri tertentu akan tampak pada perkembangan makhluk hidup menuju dewasa. Bagian tumbuhan yang ditanam untuk memperoleh tumbuhan baru disebut alat perkembangbiakan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa perkembangbiakan tumbuhan dapat melalui biji, tunas,akar tinggal, cangkok, dan lain-lain. Perkenbangbiakan yang tidak melalui peleburan sel kelamin jantan (serbuk sari) dan sel kelamin betina (putik) disebut pekenbangbiakan vegetatif sedangkan Perkenbangbiakan yang melalui peleburan sel kelamin jantan (serbuk sari) dan sel kelamin betina (putik) disebut perkembangbiakan generatif.

  1. Kontekstual

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Nurhadi (2003) dalam buku Model, Media dan Evaluasi Pembelajaran SD, Modul PLPG UNS (2012) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkan dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Dalam (Nurhadi,dkk.,2003).

  1. Outbound

Outbound (Kurt Hahn) adalah kegiatan di luar ruangan atau di alam terbuka (outdoor) yang menyenangkan dan penuh tantangan. Bentuk kegiatannya berupa simulasi kehidupan melalui perainan permainan (games) yang kreatif, rekreatif dan edukatif baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk mengembangkan diri (personal development) maupun kelompok (team development).

outbound menurut Adrianus dan Yufiarti, dalam jurnal Memupuk Karakter Siswa melalui Kegiatan Outbound (2006: 42) adalah Kegiatan outbound individu atau kelompok akan mendapatkan manfaat yang beragam. Mulai dari menambah pengalaman baru. Memacu rasa keberanian. Membagun rasa kebersamaan. Komunikasi yang efektif antarsesama. Bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi. Memahami setiap kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya maupun orang lain. Dapat menimbulkan rasa saling menghargai dalam setiap keputusan. Selain itu juga outboundbermanfaat sebagai proses berlatih memacu cara berpikir seseorang agar selalu sistematis.

Hasil penelitian yang Relevan

Penelitian seprti ini pernah dilakukan oleh suci Wilujeng Widiastuti dalam menyusun skripsi di universitas Negeri Malang Program S1 PGSD.2011, dengan judul “Permainan outbound untuk meningkatkan proses dan hasil belajar dalam tema kerja sama siswa kelas 1 SDN Bareng Malang”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan permainan outbound dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Permainan outbound yang diterapkan ada empat permainan yaitu pada siklus 1, permainan human scrable, karet gelang estafet, pada siklus II permainan kotak kerjasama dan permainan angka. Keaktivan dan kerjasama terlihat saat siswa mencari dan menempel gambar, huruf, dan angka. Hal ini terbukti saat selama proses pemeblajaran hasil belajar juga meningkat yaitu pada siklus 1 nilai terenedah 6,33 dan tertinggi 7,03 pada sikulus II terendah menjadi 7,5 tertinggi menjadi 90,28. Karena selalu ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari prasiklus sampai siklus II maka penelitian ini dikategorikan berhasil.

Ahmad Subki Felayani, mengadakan penelitian dengan judul “Peranan Model Pembelajaran Group Investigation dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik dalam materi perubahan wujud zat di kelas IV SDN Sejahtera IV Bandung”. Masalah yang ada di SD Sejahtera ini adalah kurangnya motivasi belajar peserta didik yang rendah dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang menimbulkan kurangnya hasil belajar peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran sehingga perlu ditingkatkan dan salah satunya melalui Penelitiian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pemahaman dan hasil belajar peserta didik dalam perubahan wujud zat sehingga hasil pembelajarannya sangat memuaskan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK dengan menggunakan model Hopkins. Model ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi dengan meng-gunakan tiga siklus. Instrumen penelitian berupa tes, observasi, dan kamera. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran pembelajaran perubahan wujud zat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui model Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya. Setelah menggunakan model pembelajaran Group Investigation rata-rata pencapaian nilai peserta didik menjadi meningkat disetiap siklusnya. Nilai rata-rata peserta didik kelas IV sebesar 61,47% pada siklus I, dan pada siklus II sebesar 79,85% dan tuntas KKM pada siklus II hal ini menunjukan bahwa pembelajaran perubahan zat dengan menggunakan model Group Investigation dapat tercapai dengan baik dan mampu meningkat-kan pemahaman peserta didik.

Kesimpulan peneliti terhadap penelitian tersebut adalah penelitian tersebut mempunyai persamaan metode yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigetion dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti. Namun mempunyai perbedaan dalam hal materi pembelajaran. Maka dari itu penelitian tersebut dikategorikan signifikan dan dapat mendukung penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.

Kerangka Berpikir

Penelitian ini pelaksanaannya pada prasiklus menggunakan metode ceramah dan penugasan kemudian dilihat hasil dari pembelajaran ternyata hasilnya kurang baik kemudian peneliti mencari penyebab ketidakberhasilanya, disinilah akhirnya kami mengadakan penelitian untuk menggunakan kontextual outbound diduga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tentang perkembangbiakan tumbuhan pada siswa kelas VI pada SDN 2 Pengkolrejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora Tahun 2019/2020.Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga (3) siklus masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu obervasi, refleksi, perencanaan, dan tindakan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan skema krangka berpikir penelitian kegiatan belajar mengajar di kelas VI SDN 2 Pengkolrejo di atas maka diperoleh hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan kontextual outbound dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tentang perkembangbiakan tumbuhan pada siswa kelas VI pada SDN 2 Pengkolrejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora Tahun 2019/2020.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

  1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas pada tahun 2019/2020 materi perkembangbiakan tumbuhan akan kami laksanakan di kelas VI SDN 2 Pengkolrejo kecamatan Japah Kabupaten Blora karena di SD tersebut yang mengalami masalah dan SD tersebut merupakan sekolah tempat mengajar peneliti, dengan demikian tidak mengganggu tugaspokok peneliti.

  1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan bulan Juli sampai Desember 2019 semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan pertimbangan berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi siswa, menurut kalender pendidikan alokasi waktu pembelajaran materi perkembangbiakan tumbuhan tersebut jatuh pada bulan September dan Oktober 2019.

Pada bulan Juli 2019 Peneliti menyusun proposal PTK dan diajukan pada kepala sekolah.Penelitijuga menyusun serta menyiapkan administrasi kegiatan penelitian dan kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas pada Siswa SDN 2 Pengkolrejo Kecamatan Japah, siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September pelaksanaan siklus II tanggal 18 September 2019.

Subyek penelitian

Jumlah Siswa

Pada penelitian ini adalah penerapan kontextual outbounduntuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas VI SDN 2 Pengkolrejo yang berjumlah 18 siswa yang terdiri 8 siswa laki laki dan 10 siswa perempuan yang memiliki kecerdasan yang berbeda dan latar belakang pekerjaan orang tua sebagian besar adalah petani.

Sumber data

Diperolaeh dari Sumber data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil evaluasi siswa tiap siklus maupun hasil wawancara dengan siswa oleh peneliti sedangkan sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi oleh observer (teman sejawat).

Tehnik dan alat pengumpulan data

Terdiri dariTehnik tes alatnya adalah butir-butir soal yang diujiakn pada akhir tiap siklus. Soal evaluasi dibuat dalam bentuk isian singkat sebanyak 20 butir soal dan Tehnik nontes alatnya adalah lembar observasi maupun catatan lapangan yang diperoleh oleh peneliti dan teman sejawattentang kegiatan siswa maupun kegiatan guru.

Validasi Data

Ada dua macam yaitudata kuantitatif divalidasi menggunakan instrumen butir-butir soal isian singkat sebanyak 20 butir soal yang diberikan tiap akhir siklus, yang disusun berdasarkan kisi-kisi agar memenuhi standar isi.Data kualitatif divalidasi dengan trianggulasi yaitutrianggulasi sumber yaitu divalidasi dengan obsevasi dari teman sejawat, peneliti sendiri dan hasil evaluasi tiap siklus sedangkanTrianggulasi metode yaitu data divalidasi dengan metode tes maupun nontes.

Tehnik Analisis Data

Analisis deskriptif komperatif yaitu data kuantitatif yang diperoleh dengan mebandingkan hasil belajar siswa (hasil Evaluasi) kondisi awal dengan hasil belajar (hasil Evaluasi) siklus I harus ada peningkatan hasil belajar bila tidak ada peningkatan maka penelitian ini tidak layak untuk dilanjutkan, hasil belajar (hasil Evaluasi) siklus I dibandingkan dengan siklus II untuk dijadikan bahan refleksisebagai pedoman menetukan tingkat keberhasilan penelitian ini, apabila hasil belajar ada peningkatan antar siklus dan mencapai Minimal KKM 70 yang ditetapkan dengan ketuntasan belajar 80% maka penelitian ini dikatakan berhasil.

Indikator Kinerja / Keberhasilan

Indikator kinerja yang akan dicapai dalam penelitian yang berkaitan hasil belajar dan proses pembelajaran adalah:

  1. Indikator kinerja untuk motivasi belajar siswa belajar pada penelitian ini dengan rerata motivasibelajar siswa minimal mencapai 75% dari 19 siswa.
  2. Indikator kinerja untuk hasil belajar tiap siklus harus ada peningkatan dan pada akhir siklus II nilai Kriteria Ketuntasan Minimal)KKM) 70 dengan ketutasan belajar siswa minimal 80% dari 19 siswa.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 3 pertemuan dan pada siklus 2 terdiri 3 pertemuan, tiap siklus, 2 pertemuan di luar kelas dan satu pertemuan di dalam kelas untuk evaluasi hasil pembelajaran. Tiap siklus meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Tabel 4.6 Ketuntasan belajar siswa hasil tes Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1 Tuntas 8 44%
2 Belum Tuntas 10 56%
Jumlah 18 100%

 

Siklus I

Tabel 4.6 Ketuntasan belajar siswa hasil tes Siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Siklus I
Jumlah Persen
1 Tuntas 14 78%
2 Belum Tuntas 4 22%
Jumlah 18 100%

 

Siklus II

Tabel 4.11 Ketuntasan belajar siswa hasil tes Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Siklus II
Jumlah Persen
1 Tuntas 18 100%
2 Belum Tuntas 0 0%
Jumlah 18 100%

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pra Siklus

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik di ketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 40-50 sejumlah 1% atau 3 anak, yang mendapat nilai 51-60 sejumlah 1 anak atau 3%, yang mendapat nilai 61-70 sebanyak 2 anak atau 6%, yang mendapat nilai 71-80 sebanyak 27% jumlah siswa 9 siswa, yang mendapat nilai 81-90, sejumlah 12% atau 4 anak, yang mendapat nilai 91-100 adalah 0% atau 0 anak jumlah siswa seluruhnya 18 siswa.

Siklus I

Dampak yang ditimbulkan dari penerapan metode diskusi dengan penugasan dengan bantuan alat peraga selama dua siklus terhadap pencapaian hasil belajar siswa sangat nampak jelas pada siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1, 18 siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 94%. Jadi masih ada 6% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah.

Siklus II

Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 18 siswa dari 18 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 100% yang artinya proses pembelajaran telah tuntas secara klasikal. Dari hasil ini, indikator keberhasilan yang berbunyi: meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas tuntas belajar pada ulangan harian minimal 10% telah tercapai. Dan meningkatnya kompetensi guru dalam proses pembelajaran minimal 15% juga tercapai.

Pembahasan Antar Siklus

Tabel 4.15. Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Tuntas 44% 78% 100%
2. Tidak Tuntas 56% 22% 0%

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan sebelum penelitian, kegiatan Belajar Mengajar (KBM) IPA tentang perkembangbiakan tumbuhan, semester 1 kelas VI SDN 2 Pengkolrejo Kecamatan Japah Kabuapaten Blora Tahun Pelajaran 2019/2020 yang terjadi adalah anak tampak kurang aktif, ada yang mengantuk, bicara sendiri dengan teman, tidak tertarik materi pelajaran, anak tidak termotifasi untuk belajar yang terbukti oleh hasil belajar siswa pada meteri ini sangat rendah. Dalam pembelajaran materi perkembangbiakan tumbuhan pada prasiklus siswa termotivasi belajar hanya mencapai 44% dari 18 siswa, terbukti dengan hasil belajar siswa diperoleh nilai terendah 60 tertinggi 90 dengan rerata kelas 74, ketuntasan belajar siswa 44% dari 18 siswa.

Setelah di adakan penerapan kontextual outbound untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa tentang perkembangbiakan tumbuhan pada siswa kelas VI SDN 2 Pengkolrejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora mulai dari prasiklus sampai siklus II selalu mengalami peningkatan baik motivasi belajar siswa maupun hasil belajar siswa. pada siklus I motivasi siswa semula 48% pada siklus II menjadi 100% sedangkan yang diharapkan mencapai 75% nilai tertinggi 100 semula 1 siswa pada siklus II nilai 100 menjadi 18 siswa, nilai terendah 70 meningkat menjadi 84, rerata 74 menjadi 84, dengan ketuntasan belajar siswa dari 78% meningkat menjadi 100% sedangkan ketuntasan belajar siswa yang diharapkan adalah 80%. Dengan demikian pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 SDN 2 Pengkolrejo dapat dikatakan berhasil.

Saran

  • Guru sebagai pendidik yang berhadapan secara langsung dengan siswa di sekolah untuk lebih variatif dalam pemilihan media pembelajaran. Dengan begitu siswa akan termotivasi dan meninngkat hasil belajarnya maka media pendekatan kontekstual outbound perlu dicoba.
  • Guru hendaknya untuk mencoba pembelajaran kontextual outbound ini karena selain menyenangkan, meningkatkan hasil akan menumbuhkan cinta lingkungan,
  • Dalam penerapan kontextual outbound ini perlu perencanaan yang matang karena memerlukan waktu yang lebih lama dan anak terlalu asik bermain bisa jadi tujuan belajar tidak tercapai tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)

Nanik Supartini. (2005). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran IPA di SD. Universitas Terbuka Semarang.

Ruseffendi (1991:124). Pengajaran IPS Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Roestiyah, N.K. 2001-SBM (Strategi Belajar Mengajar). Jakarta: Rineka Cipta.

Whiterington dalam buku Educational Psychology.