MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

MEMBUAT PROGRAM REMEDIAL

BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR

MATEMATIKA MELALUI PEMBINAAN GURU

DENGAN METODE CLCK SEMESTER I SDN 2 SUKOREJO

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Suprih

SDN 2 Sukorejo, Kec. Tunjungan, Kab. Blora

ABSTRAK

Pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika juga menimbulkan permasalahan-permasalahan disekolah untuk itu pengawas dituntut untuk melakukan pembinaan yang efektif dan efisien. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) merupakan sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan dan mengevaluasi pembinaan guru dalam menbuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika. Adapun tindakan yang dilakukan adalah memberikan pembinaan guru dengan model CLCK (contoh, latih, coba dan kembangkan) dalam membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika. Penelitian ini dilakukan 2 siklus (2 kali pertemuan masing-masing siklus) dengan melibatkan 6 orang guru kelas. Pengawas memberikan contoh program remedial, melatih guru membuat program remedial, guru-guru mencoba dan mengembangkan membuat program remedial. Pengumpulan data diambil melalui dokumentasi hasil pembinaan guru selama penelitian berlangsung dengan tidak mengesampingkan observasi, evaluasi, analisis, dan interpretasi terhadap jalannya kegiatan tindakan sekolah. Dari hasil observasi, pengamatan dan hasil penelitian penerapan model CLCK menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika. Keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan adanya peningkatan hasil penilaian pada program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru kelas pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 3,73 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 4,03 dengan kategori Baik. Dengan adanya peningkatan kemampuan guru dalam hasil penelitian ini maka hipotesis tindakan dapat diterima. Berawal dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada kepala sekolah dan pengawas dapat menggunakan model CLCK dalam membina guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga hasilnya akan lebih sempurna.

Kata Kunci:     Kemampuan Guru Membuat Program Remedial, Pembinaan guru dengan model CLCK

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar merupakan prioritas dalam program pembangunan pendidikan nasional dan juga merupakan bagian dari pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kita menyadari bahwa bangsa Indonesia sedang berhadapan dengan era globalisasi ekonomi terbuka dan persaingan bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi yang sangat pesat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hak dan kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya melalui pendidikan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang potensial. Agar setiap warga negara dapat mengenyam pendidikan yang di harapkan, maka Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat program remedial adalah melalui pembinaan guru. Menurut Hamzah (2019:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.

Berdasarkan pemikiran di atas perlu segera dilakukan penelitian mengenai upaya meningkatakan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika melalui pembinaan guru dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) di SDN 2 Sukorejo.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dipilih dan disusun rumusan masalah yang akan di jadikan fokus penetelitian sebagai berikut:

  1. Apakah pembinaan guru dengan metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo ?
  2. Bagaimanakan penerapan metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo melalui pembinaan guru dengan metode CLCK
  2. Mendiskripsikan penerapan metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo ?

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaati:

  1. Bagi guru sebagai informasi tambahan pengetahuan tentang membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo.
  2. Bagi peneliti sebagai suatu pengalaman yang berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo.
  3. Bagi Sekolah sebagai referensi yang dapat dipelajari untuk pengayaan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

Pengertian Remedial

Karakteristik siswa dalam satu kelas sangat beragam, sehingga dalam belajar siswa banyak mengalami masalah. Masalah-masalah yang timbul dari kondisi sekolah menurut Majid (2008:235) antara lain: kurikulum kurang sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran, metode mengajar kurang sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang sesuai. Akibat dari permasalahan tersebut ada beberapa anak yang prestasinya kurang dari harapan atau tidak mencapai KKM.

Bagi siswa yang tidak mencapai KKM ini di indikasikan mengalami kesulitan belajar, sehingga perlu diberikan remedial. Remedial adalah perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar (Mulyasa, 2009:113). Selanjutnya menurut Majid (2008:236 peserta didik yang mengalami kesulitan belajar) diberikan pengajaran perbaikan, yaitu bentuk pengajaran khusus yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. Kekhususannya terletak pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, metode atau media penyampaiannya. Karena kekhususannya itu maka dalam pemberian remedial diperlukan program yang terarah sesuai dengan keperluan peserta didik/siswa.

Pengertian Pembinaan Guru dengan Metode CLCK

Menurut Depdiknas (2002:152) pembinaan adalah cara membina dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sesuai dengan pengertian tersebut maka pembinaan guru adalah cara membina guru dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Selanjutnya Hamzah (2019:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.

Pembinaan guru dalam penelitian ini adalah pembinaan guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo. Menurut Depdiknas (2002:219) contoh berarti sesuatu yang disediakan untuk ditiru atau diikuti, dalam hal ini peneliti/ pengawas memberikan sebuah contoh program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika untuk dipelajari dan dipahami oleh guru yang dibina. Selanjutnya Depdiknas (2002:643) meyebutkan latih dengan padanan kata melatih yang berarti mengajar seseorang agar dapat melakukan sesuatu, peneliti melatih guru untuk menyusun program remedial. Depdiknas (2002:217) coba berarti silahkan, dengan padanan kata mencoba yang berarti mengerjakan sesuatu untuk mengetahui keadaannya, dalam kegiatan ini peneliti memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba menyusun program remedial sehingga mengetahui komponen-komponen yang harus ada dalam program tersebut. Kembangkan dari kata dasar kembang mendapat imbuhan -kan. Menurut Depdiknas (2002:538) kembang memiliki padanan kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Selanjutnya imbuhan –kan bermakna melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar (Mulyono, 2003:17). Kembangkan berarti melakukan kegiatan untuk menyempurnakan sesuatu dalam hal ini adalah program remedial. Berdasar-kan beberapa pengertian tersebut maka Pembinaan guru dengan metode CLCK dapat diartikan membina guru dengan contoh, melatih, memberikan kesempatan untuk mencoba dan mengembangkan program remedial.

Kerangka Berfikir

Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan pembinaan guru dengan metode CLCK dengan berpedoman pada azaz pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Agar anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan inklusi dapat berkembang secara optimal, maka sekolah harus melaksanakan upaya-upaya yang masimal. Anak berkesulitan belajar matematika merupakan bagian dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan melalui pendekatan pendidikan inklusi. Karena keterbatasan kemampuannya, anak-anak tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah, sehingga guru perlu melakukan tindakan-tindakan agar anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika juga dapat menyelesaikan materi pelajarannya serta mencapai KKM. Salah satu tindakan guru adalah melakukan remedial teaching.

Keberhasilan dalam memberikan remedial teaching dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah program remedial yang baik. Hal ini pengawas selaku pembina berkewajiban membina guru dalam membuat program remedial menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang digunakan adalah metode CLCK dalam membina guru membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika di SDN 2 Sukorejo.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research). Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Zainal (2009:12) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Selanjutnya Zainal (2009:13) menyebutkan penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu action reaserch yang dilakukan di kelas.

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada di SDN 2 Sukorejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora tahun 2019.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan tanggal 16 September 2019 dan Siklus II dilaksanakan tanggal 30 September 2019.

Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada waktu pelajaran Matematika kelas I-V semester I di SDN Kendayaan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora tahun pelajaran 2019/2018.

Penelitian dilakukan di Kelas I-VI dimana jumlah guru terdiri dari 6 guru kelas.

Sumber Data

Sumber Data Primer

Dalam penelitian yang merupakan sumber data primer adalah:

  • Peningkatan etos kerja guru melalui pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
  • Setelah diadakan pembinaan kedisiplinan maka proses belajar mengajar di SDN 2 Sukorejo mulai tampak membuahkan hasil, sehingga terjadi peningkatan etos kerja mandiri guru di sekolah.

Sumber Data Skunder

Dalam penelitian ini yang merupakan sumber data sekunder adalah hasil pengamatan dari tim kolaborasi (teman sejawat), pada saat diadakan pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan Data menggunakan teknik pengamatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Dengan mengamati beberapa aspek yang terkait dengan etos kerja mandiri guru yaitu ketepatan waktu, kerapian memakai seragam, kerajinan menyusunan RPP, RPP PBM.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data meluputi:

  • Lembar Tes

Lembar tes digunakan untuk memperoleh data tentang meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru dengan mengefektifkan supervisi kelas berbasis klinis melalui Pedekatan Persuasi, Identifikasi dan Solusi SDN 2 Sukorejo Tahun Pelajaran 2018/2019”

  • Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan guru dalam proses belajar mengajar.

  • Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (2009:192) interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung berhadapan atau melalui media. Keduanya berkomunikasi secara langsung baik secara berstruktur atau yang dilakukan dengan persiapan maupun tanpa persiapan lebih dahulu, sehingga antara pertanyaan dengan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam konteks kejadian secara timbal balik. Dalam wawancara ini peneliti berusaha mengetahui upaya meningkatkan etos kerja mandiri guru dalam proses belajar mengajar.

 

 

  • Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Metode ini digunkaan untuk melihat situasi dan kondisi lainnya yang terkait dengan data-data tertulis tentang karakteristik fisik SDN 2 Sukorejo Kec. Ngawen.

Validasi Data

Validasi data meliputi validasi Etos Kerja Mandiri Guru dan validasi proses pembelajaran.

  1. Validasi Etos Kerja Mandiri Guru

Validasi Etos Kerja Mandiri Gurudikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis artinya mengadakan analisis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas fase validity (tampilan tes) content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas konstruksi).

Validasi empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal penulisan butir-butir soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor.

  1. Validasi Proses Pembelajaran

Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi: triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian yaitu guru SDN 2 Sukorejo dan kolaborasi dengan guru kelas yang mengajar bidang study matematika. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang meliputi:

  1. Analisis Deskriptif pemanfaatan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan Kemampuan Guru Membuat Program Remidial Bagi Anak Berkesulitan Belajar Matematika Melalui Pembinaan Guru Dengan Metode CLCK Semester I SDN 2 Sukorejo Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan cara membandingkan dengan hasil yang dicapai siklus I dengan siklus II.
  2. Analisis Deskriptif Kualitatif hasil obervasi dengan cara membandingkan hasil obervasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

Prosedur Penelitian

Setiap penelitian pada dasarnya memiliki cara yang berbeda-beda untuk mendapatkan data pada suatu subyek ataupun obyek yang akan ditelitinya. Agar mendapatkan data yang baik, valid dan reliabel diperlukan suatu pendekatan yang jelas. Berdasarkan pada pendekatan yang diambil, dapat digunakan untuk merencanakan penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Suharsimi, (1998:88) dalam menentukan pendekatan penelitian, perlu mempertimbangkan tujuan penelitian, waktu dan dana yang diperlukan, adanya subyek penelitian serta kemauan atau keinginan peneliti.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan sekolah, dengan langkah-langkah: penetapan focus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi, interpretasi dan replikasi. Tindakan yang pernah dilakukan akan selalu dipelajari dan dievaluasi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Tindakan lanjutan ini akan berguna untuk perbaikan skenario yang tentunya akan memberikan gambaran pasti terhadap pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus 4 kali pertemuan. Menurut Depdiknas (2008:13 Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang berdaur (cyclical methodology cyclus) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil refleksi mencakup analisis, sintesis dan penilaian hasil tindakan yang dilakukan, bila masih terdapat permasalahan dilakukan tindakan kedua yang meliputi perencanaan ulang, tindakan dan pengamatan ulang sampai permasalahan teratasi. Siklus metodologis penelitian tindakan sekolah ini sama dengan siklus metodologis penelitian tindakan kelas yang di kemukakan oleh Zainal (2009:30) bahwa penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan merefleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus I

Tabel. 4.4 Hasil Penilaian Remidial Guru Kelas I-VI  Pada Siklus I

No Nama Guru Mengajar Kelas Jumlah Nilai Rata rata
1 Rufiatun, S.Pd. I 56 3,73  
2 Lingga Yuli P, S.Pd. II 53 3,53  
3 Henny Nurlianti, S.Pd.SD. III 57 3,80  
4 Sri Mustikowati, S.Pd.SD. IV 56 3,73  
5 Arib Rahmawati, S.Pd.SD. V 55 3,67  
6 Wartini, S.Pd.SD. VI 59 3,93  
Jumlah Nilai 336 22,40
Rata-rata 56,00 3,73

 

Hasil Penilaian Remidial Guru Kelas I-VI

Pada Siklus II

No Nama Guru Mengajar Kelas Jumlah Nilai Rata rata
1 Rufiatun, S.Pd. I 60 4,00  
2 Lingga Yuli P, S.Pd. II 60 4,00  
3 Henny Nurlianti, S.Pd.SD. III 61 4,07  
4 Sri Mustikowati, S.Pd.SD. IV 60 4,00  
5 Arib Rahmawati, S.Pd.SD. V 61 4,07  
6 Wartini, S.Pd.SD. VI 63 4,20  
Jumlah Nilai 365 24,33
Rata-rata 60,83 4,06

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus I penyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 3,73 belum mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam penyusunan program remedial bagai anak-anak berkesulitan belajar matematikan masih ditemukan kelelamhan-kelemahan antara lain dalam: 1) menentukan metode, 2) menentukan langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan terutama dalam indicator 1) menentukan metode, 2) Menentukan langkah-langkah remedial, 3) menentukan cara-cara memotivasi siswa dan 4) cara menyusun bahan remedial sehingga penilaian penyususunan program remedial mendapat nilai kategori baik (4,00).

Siklus II

Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus II penyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika mencapai nilai rata-rata 4,03 dapat di golongkan kategori baik. Penelitian tindakan sekolah ini dapat dikatakan berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan pada bab III bahwa penelitian ini berhasil bila hasil evaluasi dari penyusunan program remedial minimal mendapat nilai baik.

Pembahasan Antar Siklus

Hasil penyusunan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru diadakan evaluasi dan analisis untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Perbandingan hasil penilaian program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru pada siklus I dan siklus II dapat dilhat pada Tabel 4.

Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Penilaian Program Remidial Guru Kelas I-VI Pada Siklus I & II

No Nama Guru Kelas Mengajar Siklus I Siklus II
1 Rufiatun, S.Pd. I 3,73 4,00  
2 Lingga Yuli P, S.Pd. II 3,53 4,00  
3 Henny Nurlianti, S.Pd.SD. III 3,80 4,07  
4 Sri Mustikowati, S.Pd.SD. IV 3,73 4,00  
5 Arib Rahmawati, S.Pd.SD. V 3,67 4,07  
6 Wartini, S.Pd.SD. VI 3,93 4,20  

 

 

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan dengan metode Contoh Latih Coba dan Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika dapat disimpulkan:

  1. Metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.
  2. Berdasarkan penilaan penyusunan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru memperoleh nilai rata-rata 3.73 pada siklus I dan nilai rata-rata 4,03 pada siklus II.

Saran-saran

  1. Bagi para guru yang siswanya belum mencapai KKM agar membuat program remedial dan mencarikan cara termudah dalam memahami materi pembelajaran khususnya bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.
  2. Bagi Pengawas dan Kepala Sekolah melalui supervisi dapat memberikan bimbingan kepada guru-guru untuk membuat program remedial dengan pendekatan CLCK serta pendekatan yang lainnya.
  3. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga hasilnya akan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya.

Asrori, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.

Berit H. Johnsen dan Miriam D. Skjorten, 1935. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati, 2003. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka

Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Purwanto, E. dan Suhairi H.N. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Ekodjatmiko, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Fish John & Evans Jennifer, 1995, Managing Special Education (codes, charters, and competition) , Buckingham, Open University Press.

Foreman, Phil. 2000, Integration And Inclusive In Action 2nd Edition, Australia: Nelson Thomson Learning, Victoria.

Uno, Hamzah B. 2019. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Harwell J. M., 1998, Complete Learning Disabilities handbook New Second Edition, California, USA: The Center for Applied Research in Education,.

Majid, Abdul, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moch Sholeh Y.A. Ichrom, 2004. Menjadikan Lingkungan Inklusif ramah terhadap pembelajaran (LIRP). Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyono, 2003. Morfologi Bahasa Indonesia, Modul IND A.06 Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjendikdasmen, Depdiknas

Nasichin, 2001. Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Paimin. Joula Ekaningsih, 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta: Puspa Swara

Suharsimi A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi A., 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman M.U. dan Lilis S. 2001. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Usman M.U. 2019. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.