MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) SISWA KELAS 5

 

Taufik Adi Rismawan

Sunardi

Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2016/2017, Data yang diperoleh dari nilai siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 pada ulangan harian masih terlalu rendah yaitu nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30 dengan rata-rata kelas 63,4. Nilai ketuntasan minimal mata pelajaran IPA adalah 71. Dari 20 siswa terdapat 10 siswa yang belum tuntas nilainya. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 belum berhasil karena siswa yang tuntas belum mencapai 85%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Temanggung supaya mencapai KKM ≥ 71 melalui model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah model menurut Hopkins (1993:49). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil belajar pada prasiklus hanya mendapat rata-rata 63,4. Pada siklus I sedikit mengalami peningkatan skor rata-rata yaitu mencapai 75,1. Pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih signifikan, yaitu dengan skor rata-rata 83,1. Jadi penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci:    Hasil Belajar, Pembelajaran IPA, Model Pembelajaran CTL, SD Negeri 01 Bojonegoro Kedu Temanggung

 

PENDAHULUAN

Salah satu mata pelajaran dalam KTSP adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992: 3). Menurut Nash (dalam Hendro Darmodjo 1992:3) IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam yang sifatnya analisis, lengkap, dan cermat. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (BSNP, 2006)

Pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam semesta. Sehingga belajar IPA menjadi sangat menarik. Namun sepanjang perjalanan pendidikan sampai sekarang pemahaman siswa tentang konsep–konsep IPA belum seperti yang diharapkan. Guru selalu memandang bahwa pembelajaran harus di dalam kelas dan suasana kelas harus tenang. Padahal hakekatnya kelas yang gaduh justru menunjukkan aktivitas siswa. Berdiskusi, bertanya jawab, mengerjakan tugas kelompok tentu akan sedikit gaduh. Karena disitulah siswa akan berinteraksi dengan teman–temannya dan bertukar pikiran. Maka dari itu, untuk menciptakan suasana belajar yang disenangi oleh siswa, guru perlu melakukan suatu inovasi. Salah satunya adalah dengan memilih pembelajaran yang menarik dan mempermudah proses pembelajaran, serta dapat memahami materi ajar yang akan disampaikan oleh guru.

Data yang diperoleh dari nilai siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 pada ulangan harian masih terlalu rendah yaitu nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30 dengan rata-rata kelas 63,4. Nilai ketuntasan minimal mata pelajaran IPA adalah 71. Dari 20 siswa terdapat 10 siswa yang belum tuntas nilainya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPA. Model pembelajaran ini akan membantu siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan sehari-hari dan mampu mendorong siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan nyata (Daryanto, Mulyo Rahardjo 2012: 153).

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan melalui pengamatan, percobaan dan pembuktian-pembuktian.

Permendiknas RI No 22 tahun 2006 mengatur Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1.   Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2.   Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3.   Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. (4)Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya

Permendiknas RI No 22 tahun 2006 mengatur Mata Pelajaran IPA di

SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1.   Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2.   Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.   Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4.   Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5.   Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6.   Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7.   Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Johnson (2011: 67) menyatakan bahwa sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, baik konteks pribadi, sosial dan budaya mereka. Di samping itu, Dharma Kesuma (2010: 5) menyatakan bahwa kontekstual adalah kata adjektif/sifat dari kata benda “konteks” yang berati kondisi, membentuk keadaan lingkungan atau dapat diartikan secara ringkas konteks lingkungan. Jadi, CTL adalah proses pembelajaran yang menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungan.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang situasi dan isinya khusus untuk memberi kesempatan kepada siswa agar dapat memecahkan masalah, latihan, dan tugas secara riil dan otentik (Jamal, 2012: 53). Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 109) menyatakan pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannnya dengan situasi kehidupan nyata. Contextual Teaching and Learning (CTL) menawarkan sebuah model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada kemampuan menghafal dan menerima pengetahuan saja melainkan menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menerapkan dalam kehidupannya. Wina Sanjaya (2008: 255). Berdasarkan urainan tersebut, maka yang dimaksud dengan Contextual Teaching and learning (CTL) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual yang membantu guru untuk mengkaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, social,dan kebudayaan mereka.

Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas PTK yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan desain (PTK) model menurut Hopkins (1993:49), Model penelitian ini terdiri dari empat tahap tindakan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat tahap tersebut saling berhubungan dan membentuk sebuah siklus yaitu rangkaian kegiatan yang akan selalu kembali ke langkah semula. Tahap perencanaan merupakan tahap untuk menjelaskan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Prasiklus

Hasil belajar prasiklus antara 30 – 84. Kondisi ini menjadi permasalahan pembelajaran yang terkait dengan hasil belajar. Dengan diperolehnya hasil belajar siswa yang mencapai KKM ≥71 hanya mencapai 50%, maka segera dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Siklus I

Hasil yang menunjukan peningkatan mencapai 80,00% (16 siswa) dari seluruh siswa (20), dan 20,00% (4 siswa) dari 20 siswa tidak tuntas dalam belajar IPA KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dengan KKM 71 (KKM ≥ 71). Keadaan ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar dari 50% meningkat menjadi 80,00.

Siklus II

pada siklus II mencapai 95,00% (19 siswa) dari seluruh siswa (20), dan 5,00% (1 siswa) dari 20 siswa tidak tuntas dalam belajar IPA KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. KKM yang ditentukan sebesar lebih dari atau sama dengan 71 (KKM ≥ 71). Keadaan ini menunjukkan peningkatan belajar yang signifikan, dari 80% meningkat menjadi 95,00.

PEMBAHASAN

Pembelajaran Prasiklus siswa tidak difokuskan pada pembelajaran yang kontekstual. Hasil belajar diukur melalui hasil tes yang merupakan aspek kognitif. Nampak hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017, untuk mata pelajaran IPA KD 4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda jauh

 

Peningkatan hasil belajar IPA siklus I dan siklus II terjadi setelah diberikan tindakan berupa model pembelajaran CTL, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suryanto (2002), bahwa pembelajaran dengan model Contextual Teaching Learning (CTL) yang menggunakan bermacam-macam masalah kontekstual sebagai titik awal, yang kemudian siswa dapat belajar sendiri untuk memecahkan berbagai masalah dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya. Pembelajaran IPA model CTL, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa difokuskan pada pengalaman yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata antar siklus menunjukkan bahwa hasil belajar meningkat. Hasil di atas membuktikan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran CTL siswa kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Temanggung terbukti, hal ini nampak pada perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan (1) ketuntasan hasil belajar, antara prasiklus 50% siklus I 80% siklus II 95%. (2) skor minimum, antara prasiklus 30,00 siklus I 42,00 siklus II 62,00. (3) skor maksimum, antara prasiklus 84,00 siklus I 90,00 siklus II 96,00. (4) skor rata-rata, antara prasiklus 63,40 siklus I 75,10 siklus II 83,10.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam PTK di kelas 5 SD Negeri 01 Bojonegoro Temanggung, maka saran yang diberikan sebagai berikut. (a) Bagi Sekolah, meningkatkan kualitas pengajar dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa demi kelancaran proses kegiatan belajar mengajar, Sekolah meningkatkan fasilitas media pembelajaran serta alat peraga yang beragam baik secara elektronik maupun non elektronik sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana secara interaktif dan efektif. (b) Bagi Guru, dapat menerapkan pendekatan CTL sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. (c) Bagi Siswa, siswa diharapkan lebih aktif dan partisipatif dalam mengikuti pelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan, siswa diharapkan tidak malu mengemukakan pendapat serta lebih memperhatikan ketika guru menerangkan materi pelajaran, Siswa diharapkan tidak hanya belajar dari buku saja tetapi bias belajar dari lingkungan sekitar, sehingga siswa lebih mudah mengaitkan pelajaran yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

BNSP. (2006). Peraturan Pemerintah Nomor. “Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan”. Jakarta: BNS

Dharma Kesuma. (2010). Contextual Teaching and Learning. Yogyakarta: Rahayasa.

Daryanto dan Mulyo Rahardjo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gala Media.

Darmansyah.2006. Penelitian Tindakan Kelas. (Padang:Universitas Negeri Padang)

Hendro Darmodjo dan R.E. Kaligis. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Jamal Ma’mur. 2012. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta. DIVA Press.

Johnson, Elaine B. (2011). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. (Penerjemah: Ibnu Setiawan) Bandung: Kaifa.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Widyasari Press. Salatiga.

Wina Sanjaya. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.