Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAME TOURNAMENT
PADA SISWA KELAS V
Tri Hariyadi
Setyorini
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Semarang semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini yaitu tindakan kelas (PTK). Model yang digunakan adalah model spiral dari C. Kenirnis dan Mc. Taggart, R yang dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengamatan, serta Refleksi. Variabel yang digunakan yaitu Model Teams Games Tournament (TGT) dan Hasil belajar. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes (tes formatif) dan Non tes (Penilaian Proses). Teknik analisis yang digunakan deskriptif komparatif yaitu perbandingan antar siklus. Hasil penelitian menunjukkan Model Teams Games Tournament (TGT) mampu meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dari kondisi awal siswa mencapai nilai tuntas dengan KKM ≥67 ada 3 siswa (20%). Pada perbaikan belajar siklus 1 siswa mencapai KKM ≥67 ada 11 siswa (73%) dan pada perbaikan siklus 2 siswa mencapai KKM ≥67 ada 15 siswa (100%). Dapat dikatakan “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament Pada Siswa Kelas V SD Negeri Watu Agung 01 Semester 2 2016/2017 Kabupaten Semarang dapat terbukti kebenarannyaâ€.Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar IPA melalui Model Teams Games Tournament (TGT) Peserta didik kelas 5 SD Watu Agung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten.
Kata-kata kunci : Hasil Belajar, Ilmu Pengetahual Alam, Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita sebagai manusia, setiap orang berhak mendapat dan mengharapkan untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum memiliki arti suatu proses dalam setiap hidup untuk mengembangkan diri agar dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan pertama kali didapatkan saat anak-anak yang diajari pendidikan sejak dini oleh orang tuanya. Dilingkungan keluarga juga mendapat pendidikan sosial berupa dihargai, dicintai, dilindungi, diterima dan dihormati sebagai manusia dari situlah keluarga mengajarkan pendidikan sosial untuk saling menghargai orang lain. Pendidikan kedua yang didapat anak berasal dari sekolah. Guru sebagai media pendidikan memberikan kemampuan sesuai apa yang dimilikinya ,guru berperan sebagai memberi bantuan dan dorongan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar dapat mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dilakukan. Disekolah siswa diberikan pembelajaran tentang kehidupan sosial, pembelajaran akademis dan psikologis. Pendidikan Sekolah Dasar sangat penting sebagai pondasi untuk melanjutkan kejenjang berikutnya.
Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kemampuan atau mutu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan adanya interaksi antara guru dan siswa serta kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran (Cece Wijaya,2000). Guru sebagai pendidik yang menduduki posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan (B.Suryosubroto,2002). Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah adalah salah satunya dengan cara perbaikan proses belajar mengajar atau pembelajaran. Keberhasilan proses belajar atau pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari metode atau model yang digunakan guru dalam menyampaikan materi ke siswa. Saat ini kenyataan dilapangan masih ada penggunaan metode ceramah atau pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) tapi ada guru yang sudah menggunakan metode yang bervariatif yang bertujuan agar siswa tertarik dengan pembelajaran.
Banyak masalah yang dihadapi seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran baik itu internal maupun eksternal. Masalah yang dihadapi berupa kondisi kelas yang kurang kondusif, minat siswa dalam pembelajaran yang kurang. Dari hasil wawancara saya di SD kelas 5 anak-anak sangat kondusif dalam pembalajaran tapi permasalahanya adalah kurangnya minat dalam salah satu mata belajaran dikarenakan siswa yang sangat aktif dari pada hanya mendengarkan penjelasan guru. Penggunaan metode ceramah atau dalam pembelajaran IPA masih banyak digunakan oleh beberapa guru, salah satu contohnya di SD Negeri 1 Watu Agung yang masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Dalam metode ini siswa masih cenderung pasif karena dalam mempelajari ilmu sebagian besar di peroleh dari guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri. Hal ini menyebabkan siswa kurang mandiri dalam belajar. Melihat kondisi tersebut perlu ada perbaikan dalam metode pembelajaran agar meningkatnya hasil pembelajaran IPA. Karena dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, pelajaran IPA diminati tetapi karena penggunaan metode yang kurang diminati sehingga siswa merasa tidak minat dalam pembelajaran. Oleh karena itu sering kali terjadi taraf ketuntasan pada pembelajaran IPA yang cukup rendah. Sehingga tujuan yang diharapkan tidak tercapai. Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalh untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 1995).
Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Usaha guru dalam mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih metode yang tepat. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Ada berbagai jenis metode pembelajaraan kooperatif, menurut Salvin (2008), metode pengajaran kooperatif ada 5, yaitu : 1) Student Team Achievement Divisions (STAD). 2) Teams Game Tournaments (TGT). 3) Team Assisted Individualization (TAI). 4) Cooperative Integrated Reading and Competition (CIRC). 5) Jigsaw. Model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) ini lebih kompleks dibanding dengan model kooperatif yang lain. Berdasarkan hasil penelitian, Kusumoningrum (2005:64) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif TGT lebih baik dari pada dengan metode konvensional.
Penulis mengambil model TGT (Team Game Tournament) untuk dijadikan bahan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Model pembejaran kooperatif TGT (Team Game Tournament) mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. Model pembelajaran TGT adalah model kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri 4-5 siswa heterogen, baik prestasi akademik, kelamin, ras, maupun etnis. Dalam TGT menggunakan turnamen akademik dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu.
Berdasarkan latar belakang masalah peneliti tertarik mengadakan Penelitian eksperimen judul : “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Konvensional dengan Metode Pembelajaran Jarimatika pada Materi Perkalian Siswa Kelas II di SD Gugus Muwardi Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.â€
BAHAN DAN MODEL
Hasil Belajar
Salah satu faktor yang diukur untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang baik dalam bidang studi, kerja,atau aktivitas apapun adalah hasil yang diperoleh. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Pendapat yang mendukung tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Mudzakir, (2007:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.Slameto (2010:54), faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelehan. Slameto (2010:60), faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Pendapat dari para ahli tentang definisi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang relatif dalam berprilaku dan dapat mempengaruhi interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan.
Pembelajaran Kooperatif
Robert E.Salvin (2008) berpendapat, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang dengan memperhatika keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain untuk memahami konsep yang di fasilitasi oleh guru. Stahl (Isjoni 2009:35) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Pembelajaran kooperatif mendorong siswa aktif dalam menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif (Lie 2004:41). Kelompok ini biasanya terdiri satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sendang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan (Salvin 1995:73)
Model Teams Game Tournament (TGT)
TGT adalah model yang menggunakan tutnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba-lomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya (Robert E. Slavin, 2010)
Dalam TGT peserta didik memainkan permainan-permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto, 2010).
A.Komponen Team Game Tournament (TGT): Penyajian kelas, Kelompok, Game, Tournament, Tim Recognize. B.Langkah-langkah Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) :1)Guru menyiapkan alat dan bahan, 2)Siswa dibagi atas beberapa kelompok, 3)Guru mengarahkan aturan pemainannya: a)Siswa ditempatkan perkelompok 4-5 orang yang memiliki tingkat prestasi, jenis kelamin yang berbeda-beda. b)Guru menyiapkan materi pelajaran dan siswa memastikan seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut. c)Seluruh siswa dikenai kuis, pada saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. C.Aturan Skenario dalam permainan terdiri dari kelompok pembaca, kelompok penantang satu dan kelompok penantang dua, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca bertugas:1)Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar pertanyaan. 2)Baca pertanyaan keras-keras. 3)Beri jawaban. Kelompok penantang satu bertugas menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda cek lembar jawaban.
UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS
Uji Validitas Tes
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuai instrumen. Sebuah instrument dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto 2006:168).
Uji coba soal evaluasi siklus 1 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal Maret 2017 di SD Negeri Wonokerso 01 Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Instrumens soal evaluasi siklus 1 dan siklus 2 berjumlah 30 butir dan jumlah peserta didik 24. Dari hasil test uji coba instrument soal evaluasi siklus 1 dan siklus 2 yang dialaksanakan di kelas V SD Negeri Wonokerso 01 tersebut maka dapat diukur ke validitasnya menggunakan SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation yang merupakan korlasi antar skor item dengan total skor item. Untuk menguji item intrument soal evaluasi siklus 1 dan siklus 2 diambil berdasarkan keputusan variable menggunakan r Product Moment. Taraf signifikan 5% dilihat dari jumlah jumlah siswa (responden) (Sugiyono 2011:373). Semakin banyak jumlah peserta didik maka semakin rendah tarah signifikannya. Uji soal evaluasi siklus 1 dan siklus 2 terhadap 24 peserta didik maka taraf signifikannya >0.4044 maka instrument dikatakan valid, sedangkan <0.4044 maka instrument dikatakan tidak valid. Pada soal evaluasi siklus 1 terdapat 16 butir soal valid, hanya 15 butir soal yang valid dijadikan soal evaluasi siklus 1. Pada soal evaluasi siklus 2 soal yang valid adalah 17 butir soal, hanya 15 butir soal yang valid dijadikan soal evaluasi siklus 2.
Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah konsistensi skor, dan stabilitas data dari instrumen penelitian (Fraenkel 1993:146) sedangkan menurut Sugiyono (2007:364) realibiltas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Menurut Naniek, dkk (2012: 346) “semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati 1), semakin tinggi pula keajegan/ketepatannyaâ€. Berdasarkan uraian diatas, suatu instrumen dikatakan reliable memiliki rentang indeks > 0,60. Hasil uji reliabilitas instrument siklus 1 dan siklus 2 menujukan indeks .886 pada siklus 1 dan .887 pada siklus 2 yang menujukkan memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Berdasarkan hasil pra siklus menunjukkan sebagian besar perserta didik belum mancapai kentutasan belajar. Peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥67 hanya sebanyak 3 peserta didik atau sebesar 20% sedangkan peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12 pseserta didik atau sebesar 80%, dengan ketercapaian nilali tertinggi adalah 76 sedangkan nilai terendah 32.
Skor hasil pra siklus ini disebabkan karena saat mengajar pembelajaran IPA, guru masih menggunakan model konvensional, dimana metode ceramah masih mendominasi saat proses kegiatan pembelajaran. Penyampaian materi masih cenderung membuat anak untuk menghafal, sehingga membuat pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa yang berakibat bosan, tidak aktif, kurang memperhatikan saat pelajaran, dan malas mengerjakan tugas yang diberikan guru pada saat pembelajaran. Maka peneliti mengambil Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1.
Deskripsi Hasil Siklus 1
Berdasarkan hasil uji tes siklus 1 menunjukkan sebagian besar perserta didik mancapai kentutasan belajar dan ada beberapa peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar. Peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥67 sebanyak 11 peserta didik atau sebesar 73% sedangkan peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar hanya sebanyak 4 pseserta didik atau sebesar 27%, dengan ketercapaian nilali tertinggi adalah 86 sedangkan nilai terendah 46.
Berdasarkan data diatas menunjukkan perbandingan dari hasil pembelajaran IPA saat pra siklus yang hanya mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥67 hanya 20% sedangkan pserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar sebanyak 80%, setelah melakukan perbaikan belajar pada siklus 1 yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥67 sebanyak 73% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 27%.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran tindakan siklus 1 di kelas 5 SD Negeri Watuagung 01 Kabupaten Semarang prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik diketahui nilai yang dicapai : nilai terendah 46, nilai tertinggi 86. Dengan demikian dapat disimpulkan perbaikan pembelajaran yang dilakukan di siklus 1 dengan model pembelajaran Teams Game Tournament sudah ada kemajuan, tetapi belum dapat muntaskan semua hasil belajar peserta didik. Karena itu, di rencanakan perbaikan pembelajaran siklus 2.
Deskripsi Hasil Siklus 2
Berdasarkan hasil uji soal siklus 2 menunjukkan seluruh perserta didik mancapai kentutasan belajar. Peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥67 sebanyak 15 peserta didik atau sebesar 100% sedangkan peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar tidak ada atau sebesar 0%, dengan ketercapaian nilali tertinggi adalah 100 sedangkan nilai terendah 73.
Berdasarkan data diatas menunjukkan perbandingan dari hasil pembelajaran IPA saat siklus 1 yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥67 sebanyak 73% dan yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 27%, sedangkan pada siklus 2 peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar sebanyak 100% dan yang tidak tuntas 0%.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran tindakan siklus 2 di kelas 5 SD Negeri Watuagung 01 Kabupaten Semarang prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik diketahui nilai yang dicapai : nilai terendah 73, nilai tertinggi 100. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebanyak 15 peserta didik yang melakukan perbaikan pembelajaran di siklus 2 dengan model pembelajaran Teams Game Tournament sudah mencapai KKM dan peserta didik 100% tuntas dalam melakukan perbaikan belajar.
Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di SD Negeri Watu Agung 01 Kabupaten Semarang dapat disimpulkan yaitu sebelum menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) saat pra siklus dari 15 peserta didik terdapat 12 peserta atau 80% yang belum mencapai KKM atau belum tuntas, sedangkan hanya 3 peserta didik yang sudah tuntas atau 20%. Kemudian setelah melaksanakan perbaikan belajar untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus 1 peserta didik yang belum tuntas hanya 4 peserta didik atau 27%, sedangkan pserta didik yang tutas diatas KKM sebanyak 11 pserta didik atau 73%. Pada siklus 2 semua pserta didik berhasil mendapatkan nilai di atas KKM, brati pada siklus 2 ini nilai semua pesrta didik 100% tuntas. Dari analisis data pra siklus sampai siklus 2 telah terbukti bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas 5 SD Negeri Watuagung 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.
Saran
Dari kesimpulan diatas beberapa saran ditujukkan :a)Bagi Guru memiliki peserta didik yang mepunyai karakteristik yang berbeda-beda hendaknya guru mencari cara bingung saat atau strategi tepat dalam pembelajaran sehingga peserta didik semangat dan termotivasi untuk belajar dan dapat meningkatkan prestasi siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan sangat baik.b)Bagi Sekolah setelah melakukan penelitian, peneliti berharap sekolah dapat mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) untuk mata pelajaran lainnya dan dapat meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik.c)Bagi peserta didik SD Negeri Watu Agung 01 Kabupaten Semarang diharapkan setelah diadakan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) peserta didik diharapkan mampu mengembangkan diri dalam menyampaikan pendapat, bekerja kelompok, berdiskusi, dan aktif. Diharapkan juga untuk terus belajar untuk menggapai cita-citanya.d)Bagi peneliti yanga akan melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran model kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) diharapkan memperhatikan karateristik setiap peserta didik saat penelitian agar peserta didik tidak merasa pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Edi Prayitno. 2011. Prosedur Pengelolaan Kelas Mengggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen. Bandung: Pustaka Setia.
Sinambela, Masdiana. 2009. Tahapan Kongkrit Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Siti, Fahroh. 2010. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Sifat-sifat Cahaya melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V MI Nurul Ulum Sebalong Nguling Pasuruan Tahun Pelajaran 2010/2011.Pasuruan: Universitas Yudharta
Dimyati dan Mudjiono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Priyanto. 2010. Metode Perhitungan Penelitian Tindakan Kelas Kuantitatif. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Wardani, Naniek Sulistya. 2010. Pengembangan model pembelajaran aktif (Hasil Penelitian). Salatiga: Widya Sari Press
Winkel, WS (2007). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia
Slameto. 2015. Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Isjoni. (2009). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learing Theory, Reasearch and Practice Massachusett. USA : Allymand & Baccond
Sudjana, D. N. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunarso, S. D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Saco. 2006. Akomodasi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Naniek Sulistya Wardani, M. P. (2012). Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.
Sapriati A, dkk. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka