UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

TENTANG MEMBACA GAMBAR ATAU DENAH BERSKALA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

DALAM KELOMPOK KECIL DI SD INPRES KODE

DESA NELE WUTUNG KECAMATAN NELE

 

Maria Walburga

Guru di SD Inpres Kode, Nele, Sikka, NTT

 

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya pada kelas VI SD Inpres Kode Nele Wutung Kecamatan Nele. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjeknya adalah siswa kelas VI SD Inpres Kode Nele Wutung yang berjumlah 16 siswa. Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan statistik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Tutor Sebaya dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Inpres Kode Nele Wutung. Peningkatan persentase hasil belajar ketuntasan KKM siswa dari kegiatan pra tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan sebesar 37,5%, pada siklus I pertemuan pertama sebesar 62,5%, pada pertemuan kedua sebesar 75%, pada pertemuan ketiga sebsar 93,75%, sedangkan pada siklus II sebesar 100%. Hal tersebut diiringi dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari pra tidakan sebesar 52,5, siklus I pertemuan pertama sebesar 70, pertemuan kedua sebesar 78,75, pertemuan ketiga sebesar 85,sedangkan pada siklus II sebesar 89,38.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Tutor Sebaya, Hasil Belajar Matematika

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang dianggap paling sulit oleh siswa sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar mata pelajaran tersebut. Padahal matematika merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan bagi siswa sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Jumlah jam mata pelajaran matematika cukup banyak dibandingkan dengan mata pelajaran IPA dan IPS. Kenyataan yang ada pada saat ini, masih banyak siswa sekolah dasar yang belum mempunyai keterampilan membaca gambar atau denah berskala. Masih banyak juga siswa yang belum memahami cara menyelesaikan soal-soal cerita yang berhubungan dengan satuan panjang dan luas pada denah berskala. Hal ini dapat dilihat setiap kali siswa diberi soal tentang denah berskala, sebagian siswa masih mengalami kesulitan. Kemauan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika tidaklah menyenangkan bagi guru. Seringkali semua soal matematika dianggap sulit baginya. Maka minat siswa perlu dibangkitkan dalam proses pembelajaran matematika dengan variasi belajar yang menarik, agar nantinya siswa dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Sebagaimana yang terjadi di kelas VI SD Inpres Kode Nele Wutung, di mana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan urutan yang terbawah dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas VI. Diketahui bahwa pada pokok bahasan membaca gambar atau denah berskala dari ulangan harian yang dilakukan selama dua kali, hasilnya baru mencapai rata-rata kelas 5,6. Hal tersebut masih sangat perlu diupayakan peningkatannya. Sehubungan dengan itu dari sekian banyak soal-soal latihan yang diberikan guru, pada bagian ini masih banyak siswa yang belum memahami dan mengalami kesulitan untuk menghitung luas bangun pada denah dengan bangun sebenarnya, terutama dalam menyelesaikan soal cerita pada denah berskala. Maka peneliti mempunyai alasan untuk terus mencari cara-cara yang baik dan benar dalam menyelesaikan soal cerita.

Dengan dipandu tutor sebayanya, kemudian siswa diharapkan mampu menggambar halaman sekolah dengan denah berskala. Siswa juga dituntut untuk bisa menyelesaikan soal-soal cerita yang berhubungan dengan satuan panjang dan luas, sesuai dengan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita yang benar. Menurut A. Kereng (2003:6) “Keberhasilan anak dalam belajar sangat dipengaruhi beberapa faktor seperti guru, alat atau fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan, juga lingkungan sekitar, meskipun sifatnya hanya sebagai pendukung atau penunjang dalam pengembangan potensi yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. Sedangkan faktor yang paling menentukan adalah kemampuan dan kemauan siswa itu sendiri”.

Mata     pelajaran Matematika berkaitan dengan kemampuan-kemampuan siswa mengenai pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempelajari keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum SD tahun 2004 menekankan mengapa dan bagaimana matematika melalui penemuan dan eksplorasi. Mata pelajaran matematika menerapkan prinsip-prinsip basic skill movement yang mencerminkan beberapa kemampuan dasar matematika bagi siswa SD. Menurut Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi Arikunto (2007: 3) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Model Kemmis & McTaggrat yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

Kegiatan dalam setiap siklus terdapat empat komponen yang terdiri dari:

1.    Planning (Perencanaan)

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tersebut dilakukan Perencanaan dalam penelitian ini meliputi:

a.     Memilih materi yang memungkinkan dapat dipelajari siswa secara mandiri

b.     Menyusun rencana pembelajaran

c.     Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, setiap kelompok beanggotakan 6 orang siswa

d.     Membagi kelompok belajar secara acak dan siswa pandai bertindak sebagai tutor sebaya

e.     Menentukan lokasi pembelajaran dan alat peraga sebagai sarana implementasi tindakan.

f.      Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai pengamat penelitian

e.     Merancang lembar kerja siswa.

g.     Merancang test formatif

2.    Acting (Tindakan)

Tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan kelas. Guru harus ingat dan menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan tetapi harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. Pelaksana tindakan pada penelitian ini adalah guru kelas sekaligus sebagai peneliti.

3.    Observing (Pengamatan)

Observasi (pengamatan) dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran Matematika berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengamatan dalam proses kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan Tutor Sebaya dilakukan oleh peneliti. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilaksanakan peneliti selanjutnya.

4.     Reflecting (Refleksi)

Refleksi merupakan kegiatan untuk melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru untuk selanjutnya mengenali hal-hal yang masih perlu dilakukan pada siklus berikutnya.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Inpres Kode Desa Nele Wutung Kecamatan Nele Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur, Penelitian dilaksanakan pada Semester Gasal pada bulan September-Oktober Tahun Pelajaran 2017/2018. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas VI Tahun Pelajaran 2017/2018, dengan jumlah 16 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005: 101). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes dan Lembar Observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka-angka untuk menganalisis hasil tes, sedangkan deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa kata-kata atau informasi yang berbentuk kalimat pada lembar observasi.

Rata-rata nilai post test dan prosentase siswa yang telah mencapai KKM. Hasil post test diakhir siklus pertama dinandingkan dengan hasil postt test selanjutnya, jika terjadi peningkatan maka dapat diasumsikan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Inpres Kode Nele Wutung. Penelitian ini dapat dikatan berhasil jika ada peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan taraf minimal yang ditentukan, yaitu 75% dari jumlah siswa mengikuti proses pembelajaran telah mencapai nilai KKM sebesar 60.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 Pada proses pembelajaran pada siklus I, peneliti telah menyiapkan beberapa alat peraga yang dibutuhkan. Sesuai indikator yaitu membaca gambar/denah berskala dan cara menggambar denah berskala. Sebuah gambar/susunan satuan ukuran panjang dan luas dikemas secara baik dan menarik agar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran. Masing-masing kelompok diberi alat untuk mengukur halaman sekolah, kemudian menggambarkannya dalam bentuk ukuran yang sebenarnya. Hasil tes pada siklus I pertemuan pertama sebanyak 10 siswa atau 62,5% dari jumlah siswa mendapat nilai diatas KKM yaitu ≥ 60 dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 6 siswa atau 37,5%.

Dari data tersebut sudah tampak peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kegiatan pra tindakan, namun penelitian ini belum dapat dikatakan berhasil karena peningkatan hasil belajar siswa belum sesuai taraf minimal yang ditentukan, yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah dikatakan mencapai nilai KKM sebesar 60 sehingga penelitian dilanjutkan ke pertemuan kedua dengan indikator yang sama. Pada proses pembelajaran pada siklus 1 Pertemuan kedua, peneliti telah menyiapkan beberapa alat peraga yang dibutuhkan. Sesuai pokok bahasan yaitu cara memecahkan soal cerita tentang membaca gambar/denah berskala dan cara menafsirkan hasil dari pemecahan soal cerita tentang membaca gambar denah berskala. Guru menyajikan sebuah contoh soal cerita yang dikemas dalam bentuk sebuah cerita disertai gambar/denah berskala dan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita dengan benar, agar siswa lebih memahami cara-cara menyelesaikan soal cerita dengan lengkah-langkah yang benar pula.

Hasil evaluasi siklus I pertemuan kedua diketahui bahwa sebanyak 12 siswa atau 75% siswa dari jumlah seluruh siswa mendapatkan nilai ≥ 60 dan sebanyak 4 siswa atau 25% dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai ≤ 60. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika ada peningkatan hasil belajar sesuai dengan taraf minimal yang ditentukan yaitu, 75% dari jumlah siswa mengikuti proses pembelajaran telah mencapai KKM sebesar 60, dikarenakan siswa yang mendapat nilai di atas KKM masih pada batas taraf minimal yang ditentukan, maka peneliti perlu melakukan tindakan lagi pada pertemuan ketiga dengan indikator yang sama agar hasil belajar siswa lebih meningkat lagi. Pada pertemuan ketiga sebanyak 15 siswa atau 93,75% siswa dari seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu ≥ 67, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas adalah 1 siswa 6,25% siswa dari seluruh siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu ≤ 67. Pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila presentase jumlah siswa yang sudah tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran lebih dari 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil evaluasi pada Siklus I pertemuan ketiga telah menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang sudah tuntas lebih dari 75% dari jumlah siswa yaitu sebesar 93,75%. Oleh karena itu penelitian sudah dapat dikatakan berhasil dan mengakhiri indikator tersebut.

Proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus II, peneliti telah menyiapkan beberapa alat peraga yang dibutuhkan Sesuai dengan indikator yang baru yaitu cara menghitung luas sebenarnya suatu bidang datar pada denah berskala dan cara menghitung luas sebenarnya suatu daerah atau kota pada peta berskala. Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Dengan menyajikan beberapa peta berskala, guru memberikan pejelasan cara menghitung luas pada peta dan luas sebenarnya. Diharapkan siswa akan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil penelitian siklus II menunjukkan sebanyak 16 siswa atau 100% siswa dari seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM yaitu ≥ 60, dan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila presentase jumlah siswa yang sudah tuntas atau mencapai Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran lebih dari 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil evaluasi pada siklus II telah menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang sudah tuntas lebih dari 75% dari jumlah siswa yaitu sebesar 100%. Oleh karena itu penelitian pada indikator cara menghitung luas sebenarnya suatu bidang datar pada denah berskala dan cara menghitung luas sebenarnya suatu daerah atau kota sudah dapat dikatakan berhasil dan peneliti mengakhiri tindakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan bekeja sama dalam setiap kelompoknya dapat ditingkatkan. Selain itu peran tutor sebaya merupakan teman bekerja sekaligus teman belajar sehingga dapat menambah keberanian siswa dalam bertanya, dan mengerjakan tugas guru di depan kelas. Serta ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VI SD Inpres Kode Desa Nele Wutung Kecamatan Nele tahun pelajaran 2017/2018 pada pokok bahasan membaca gambar atau denah berskala nilai rata-ratanya meningkat.

Saran

1.    Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil yang diterapkan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka pada proses pembelajaran bisa menggunakan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil.

2.    Siswa perlu diberi tugas secara individual untuk mempelajari materi, merangkum atau meringkas lalu mendiskusikan dengan tutor sebaya dalam kelompok kecilnya, dengan cara ini diharapkan kemampuan siswa dalam belajar mandirinya akan memingkat dan belajar merupakan kebutuhan siswa.

3.    Dalam proses pembelajaran guru disarankan lebih meningkatkan kemampuan profesionalismenya, dengan selalu mengamati siswa didik dalam setiap proses pembelajaran serta menjadi yang penuh dedikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Kereng, Achmad. 2003. Tenaga Kependidikan Profesional Menghadapi Tantangan. Jakarta: Suara Guru 7-9.

Ngalim Purwanto. (2006).          Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Zaini, Hisyam (dalam Suyitno, Amin). 2002. Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok Kecil. Semarang: UNNES.