Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS VI SDK 021 BRAI DESA WATUGONG
Maria Nona Lince
Guru di SDK 021 Brai Desa Watugong, Sikka, NTT
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa IPA kelas VI SDK 021 Brai, dari 23 siswa, hanya 9 siswa (39,13%) yang mencapai nilai KKM. Berdasarkan latar belakang tesrsebut peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Penelitian ini merupakan tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus yaitu terdiri dari dua pertemuan, penelitian dilakukan dengan empat fase, yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap observasi dan tahap refleksi. Studi ini menyatakan bahwa hasil belajar sains siswa telah meningkat dalam setiap siklus, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa rata-rata, data awal rata-rata hasil belajar siswa di 66,00 telah meningkat pada siklus pertama hingga 83,30, dan meningkat hingga 91,74. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDK 021 Brai pada mata pelajaran IPA.
Kata Kunci: Media Gambar, Hasil Belajar IPA
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan wadah pencerdasan kehidupan bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas yang dimaksud dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah kualitas guru selaku pendidik. Guru diharuskan untuk meningkatkan pengetahuannya untuk dapat melakukan perbaikan–perbaikan dalam pembelajaran. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh guru adalah melaksanakan kurikulum sekolah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Departement Pendidikan Nasional.
Keberhasilan atau kegagalan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh kemempuannya memilih metode dan melaksankannya dalam pembelajaran. Sering kali kita jumpai seorang guru yang telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggi dan mempunyai pengetahuan luas namun tidak berhasil dalam mengajar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh karena guru tidak menguasai metode mengajar. Metode mengajar menurut Werkanis, (2005) adalah cara yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan memudahkan peserta didik menerima bahan ajar atau materi pelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik dapat belajar secara optimal melalui proses pembelajaran, kualitas proses pembelajaran akan terlihat dari hasil belajar siswa. Jika hasil belajar tinggi bearti proses pembelajarannya baik, tetapi jika hasil belajar rendah berarti proses pembelajaran yang dilakukan belum optimal. Faktanya di kelas VI SDK 021 Brai Desa Watugong, Kecamatan Alok Timur (tempat peneliti bertugas) nilai hasil ulangan siswa kelas VI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menunjukkan bahwa dari 23 orang siswa, hanya 9 orang (39,13%) siswa yang tuntas dengan nilai rata–rata 65,00 sisanya 14 orang (60,87%) siswa dinyatakan gagal.
Dengan adanya temuan tersebut peneliti mencoba memikirkan bagaimana cara untuk memperbaiki hasil belajar siswa kelas VI SDK 021 Brai tersebut. Penulis mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan adanya PTK maka kesalahan dalam proses pembelajaran dapat diperbaiki sehingga kesalahan tersebut tidak berlanjut dan diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat.
Melalui hasil pengamatan, penulis mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran, terungkaplah bahwa beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu: (a) siswa kurang termotivasi terhadap materi pelajaran; (b) siswa kurang memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi; (c) model, metode, dan media kurang bervariasi; (d) media/alat peraga sering digunakan hanya sebagai selingan dalam proses belajar mengajar; dan (e) rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Selain itu, diketahui juga penyebab rendahnya nilai siswa dan kurangnya perhatian siswa dalam belajar disebabkan oleh: (a) guru kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan; (b) guru terlalu mendominasi pembelajaran tanpa melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar; (c) guru kurang berdialog dengan siswa; dan (d) guru masih memakai pola lama dalam proses mengajar sehingga siswa merasa jenuh.
Mengacu pada latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah â€Apakah penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SDK 021 Brai tentang beberapa upaya pelestarian hewan dan tumbuhan agar tidah terjadi kepunahan?†Tujuan penelitian ini dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang beberapa upaya pelestarian hewan dan tumbuhan agar tidah terjadi kepunahan.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
3. Melakukan perubahan pada cara mengajar guru dengan lebih sering menggunakan media dalam proses pembelajaran
4. Memotivasi minat siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Sebenarnya banyak sekali manfaat dari penelitian ini, tapi bila dirincikan dari objeknya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bagi siswa dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar serta memotivasi siswa untuk materi berikutnya.
2. Bagi guru sebagai peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam mengajar dan juga sebagai acuan untuk melakukan tindakan lebih lanjut dalam lingkup yang lebih luas.
3. Bagi sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
KAJIAN TEORI
Menurut Depdiknas (2003) “Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah prilakunyaâ€. Menurut Morgan (dalam Lie, 2006) mengatakan bahwa “Belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Salvin (dalam Lie, 2006) berpendapat bahwa “Belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. (Purwanto, 1987). Ahmadi (1991) mengatakan bahwa “Belajar sebagai proses dimana tingkah laku yang timbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman dimana siswa dapat berinteraksi langsung dengan obyek belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus–menerus (kontinu) secara sadar serta berdasarkan pengalaman sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dengan menggunakan berbagai cara.
Usman dan S. Praja (1985) mengemukakan prinsip–prinsip yang berhubungan dengan pengertian belajar yaitu:
1. Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku, dengan ciri-ciri perubahan yang disadari, perbuatan itu bersifat kontinu dan fungsional, perubahan yang bersifat positif dan aktif, perubahan yang bukan bersifat momental dan bukan karena pengaruh obat–obatan atau penyakit tertentu.
2. Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku.
3. Belajar adalah suatu proses.
4. Proses belajar terjadi.
5. Belajar merupakan bentuk pengalaman.
Hasil belajar merupakan hal yang tidak pernah dibahas secara terpisah dengan belajar. karena hasil belajar merupakan efek dari kegiatan belajar. Menurut Djamrah (1995) “Hasil belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.†Menurut Soedaryanto yang dikutip Warkanis (2000) “Hasil belajar adalah tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh seseorang siswa dalam rangka mengikuti proses belajar mengajar sesuuai dengan tujuan yang ditetapkan.†Djamarah (1995) berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Mujiono (2002) berpendapat bahwa “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar merupakan kapabilitas setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.†Sedangkan Ahmadi (1991) menyatakan bahwa “Hasil merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena usaha, meliputi pengetahuan keterampilan dan sikap yang merupakan hasil dari aktivitas siswa melalui proses.
Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah nilai akhir yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar berupa hasil skor yang diperoleh setelah mengikuti tes hasil belajar.
Faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Dimyati (1994) faktor- faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar adalah:
Faktor Eksternal
1) Guru
Tugas guru selain mentransfer ilmu pengetahuan juga membentuk sikap peserta didik. Untuk itu diperlukan figur guru yang berkualitas, baik pengetahuan yang luas, mental yang kuat dan mempunyai kecakapan didaktis, serta menguasai kurikulum
2) Sarana dan Prasarana
Agar dapat membantu meningkatkan hasil belajar yang optimal maka sangat diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.
3) Kebijaksanaan Penilaian
Secara kejiwaan sangat terpengaruhi oleh hasil belajar yang telah ia lakukan. Karena penilaian adalah puncak dari garapan siswa dan merupakan hasil yang ditunggu oleh siswa dari sekian proses pembelajaran maka diharuskan guru aktif dan bijaksana dalam penilaia
Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah Lingkungan sosial belajar yang kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku yang positif Faktor Internal
1) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemauan memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan waktu belajar yang diimbangi dengan istirahat. Vokal guru yang diselingi teknik kesenyapan untuk memancing atau menyatukan konsentrasi siswa.
2) Sikap Terhadap Belajar
Dalam proses belajar sikap siswa menanggapi materi belajar sangat beragam. Dapat menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap tersebut sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar.
3) Motivasi Belajar
Ada dua kemungkinan yang terjadi pada siswa dalam belajar. Semangat tinggi maka akan berpengaruh positif pada hasil belajar. Sebaliknya jika semangat melemah maka hasil belajar juga akan kurang baik.
4) Mengolah Bahan Ajar
Adalah kemampuan siswa untuk menerima dan memahami isi serta cara memperoleh ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
5) Rasa Percaya Diri
Muncul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
6) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan dalam mencapai tujuan.
Pada umumnya media kerab kali disebut dengan alat yang secara fisik dapat dilihat yang digunakan untuk membantu kelancaran suatu proses pekerjaan atau pengajaran. Menurut Donald P. Ely dan Vernon S Gerdach pengertian media ada dua bagian yaitu: “Arti sempit, bahwa media berwujud: grafik, foto, alat mekanik dan elektronika yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi. Arti luas, media adalah kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap yang baru. Sedangkan Brigg mengatakan “Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film, video). Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata–kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra seperti, objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita gambar, film bingkai atau film model. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai atau gambar. Gerak yang terlalu lambat atau cepat dapat dibantu dengan time lapse atau high speed photo grapy.
Putra, dkk (2001) mengemukakan banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam pembelajaran bukanlah guru, melainkan siswa. Hal ini mengandung pengertian perlunya berbagai media sebagai fasilitas belajar. Manfaat gambar sebagai media visual, menimbulkan daya tarik pada siswa, mempermudah pengertian siswa, memperjelas bagian–bagian penting, mengingat suatu uraian: Ciri-ciri gambar yang baik adalah cocok dengan tingakatan umur serta kemampuan siswa, bersahaja dalam arti tidak terlalu komplek, realistis, gambar dapat diperlakukan dengan tangan.
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan, yaitu: (a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka); dan (b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra seperti, objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita gambar, film bingkai atau film model. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai atau gambar. Gerak yang terlalu lambat atau cepat dapat dibantu dengan time lapse atau high speed photo grapy. Menurut pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa media gambar adalah sarana pendorong untuk diterimanya proses belajar mengajar atau alat perantara dengan memanfaatkan indra penglihatan siswa guna mengoptimalkan tujuan keberhasilan suatu proses dengan menggunakan alat bantu berupa gambar yang menyalurkan pesan atau gagasan, sehingga materi yang disampaikan bisa tercapai dengan optimal.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru pada waktu menggunakan media gambar dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Menetapkan tujuan pengajaran
Pada langkah ini guru hendaknya menetapkan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dengan menggunakan media gambar.
b. Persiapan Guru
Pada tahap ini, guru memilih dan menetapkan gambar apa yang akan digunakan sesuai dengan materi dan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
c. Persiapan Kelas
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat menilai, menganalisis, menghayati pelajaran dengan penggunaan media gambar.
d. Penyajian Pelajaran
Penyajian pelajaran dengan menggunakan media gambar adalah keahlian guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan gambar yang disajikan.
e. Kegiatan Belajar
Pada langkah ini, kegiatan belajar mengajar hendaknya berhubungan dengan media gambar yang digunakan.
f. Evaluasi
Evaluasi harus dilakukan pada akhir pengajaran, sempai sejauh mana tujuan pengajaran dapat tercapai dengan penggunaan media gambar.
Keunggulan penggunaan media gambar adalah: (a) meningkatkan daya tarik siswa terhadap pelajaran; (b) memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah mencerna pelajaran; (c) melengkapi dan memperkaya informasi dalam proses pembelajaran; (d) mendorong motivasi belajar siswa; (e) meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam menyampaikannya; (f) menambah variasi dalam menyajikan materi; dan (g) manambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan. Sedangkan kelemahan penggunaan media gambar, yaitu: (a) siswa sulit untuk membuat kesimpulan pelajaran; (b) sulitnya mencari gambar yang sesuai dengan materi pelajaran; (c) waktu sangat luas untuk pelaksanaannya; dan (d) membutuhkan biaya tambahan pembuatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dan pelaksanaan tindakan perbaikan ini dilaksankan di kelas VI SDK 021 Brai Desa Watugong, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. Penelitian ini dilaksanakan adalah pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 dilaksanakan selama 2 siklus untuk mata pelajaran IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang diteliti berjumlah 23 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki– laki dan 13 orang siswa perempuan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan media gambar. penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus yangmana masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. tahapan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Untuk lebih jelas mengetahui tentang pelaksanaan penelitian pada setiap siklusnya, yaitu sebagai berikut:
Siklus I
Tahap Persiapan
Perencanaan Siklus I dilaksanakan pada Senin 27 September 2018. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan: (a) rencana perbaikan pembelajaran; (b) menyiapkan buku paket/penunjang, silabus, serta lembar tugas siswa; (c) mempersiapkan media gambar yang akan digunakan; dan (d) lembar observasi/pengamatan untuk pengumpulan data.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah tahap perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan tahapan tindakan perbaikan yang telah direncanakan dan pada saat yang bersamaan juga diikuti dengan kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh pengamat/guru pengamat. Adapun tindakan perbaikan yang dilaksanakan adalah:
1. Kegiatan awal, pada kegiatan awal kegiatan yang dilakukan adalah guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan adalah: (a) guru memperagakan gambar hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan; (b) guru membagi siswa dalam lima kelompok; (c) siswa mendiskusikan upaya pelestarian hewan dan tumbuhan; (d) perwakilan kelompok menuliskan hasil diskusi di papan tulis; (e) guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk membahas hasil diskusi; dan (f) guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
3. Kegiatan Akhir,kegiatanyang dilakukan adalah: (a) guru menyimpulkan pembelajaran dan (b) siswa mengerjakan LKS
Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung. Pengamat adalah teman sejawat yang telah ditunjuk sebelumnya. Pengumpulan data berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh teman sejawat dari kesan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung, serta hasil tes tertulis yang dikerjakan siswa di akhir pembelajaran.
Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti setelah pelaksanaan tindakan perbaikan berakhir berdasarkan catatan–catatan atapun kesan yang timbul selama proses pembelajaran. Refleksi kali dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan–kelemahan ataupun kekurangan yang masih terjadi selain itu refleksi juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi tentang upaya pelestarian hewan dan tumbuhan dan ternyata dengan menggunakan media gambar cukup membantu siswa dalam memahami materi walaupun belum optimal betul, tapi sudah ada peningkatan dari sebelumnya.
Siklus II
Tahap Perencanaan
Pada persiapan Siklus II guru mempersiapkan pembelajaran (RPP, dan Silabus) buku paket/buku penunjang dan media gambar serta lembar tugas siswa yang akan gunakan pada pelaksanaan nantinya. pada persiapan tahap ini guru juga mempersiapkan gambar hewan dan tumbuhan langka.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini tindakan perbaikan sesuai dengan skenario yang telah disusun dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Kegiatan awal, pada kegiatan awal kegiatan yang dilakukan adalah guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan adalah: (a) guru memperagakan gambar hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan; (b) guru membagi siswa dalam 5 kelompok; (c) siswa mendiskusikan upaya pelestarian hewan dan tumbuahan; (d) siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan “ hewan dan tumbuhan langka yang perlu dilindungi dan dilestarikanâ€; (e) perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas; (f) guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk membahas hasil diskusi; dan (g) guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
3. Kegiatan akhir, kegiatan yang dilakukan adalah: (a) guru menyimpulkan pembelajaran; dan (b) siswa mengerjakan LKS.
Tahap Observasi (Pengamatan)
Pengamatan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Dalam pengamatan ini peneliti mengamati aktivitas dan kreatifitas siswa dalam menerima pelajaran. Alat pengumpul data adalah lembar pengamatan. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui apakah semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sedangkan instrument adalah berupa tes tertulis.
Tahap Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan berdarkan catatan-catatan serta kesan yang muncul selama proses pembelajaran. Refleksi dilaksanakan dengan tujuan untuk menemukan kelemahan–kelemahan dan kekurangan– kekurangan yang masih terjadi dalam pembelajaran dan juga untuk mengetahui sejauh mana materi ini dikuasai siswa, dan ternyata dengan menggunakan media gambar bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Per Siklus
Berdasarkan hasil dari pengamatan teman sejawat selaku pengamat di sekolah selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas VI SDK 021 Brai dapat kami sajikan melalui Siklus I dan Siklus II pada perbaikan pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam tentang beberapa upaya guna melestarikan hewan dan tumbuhan agar tidak terjadi kepunahan dan didukung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Hasil Belajar IPA pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Rentang Nilai |
Nilai Awal |
% |
Siklus I |
% |
Siklus II |
% |
1 |
< 50 |
2 |
8,69 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
51-60 |
9 |
39,132 |
1 |
4,34 |
0 |
0 |
3 |
61-70 |
6 |
26,10 |
3 |
13,04 |
0 |
0 |
4 |
71-80 |
5 |
21,73 |
2 |
8,69 |
7 |
30,43 |
5 |
81-90 |
1 |
4,35 |
12 |
52,20 |
5 |
21,74 |
6 |
91-100 |
0 |
0 |
5 |
21,73 |
11 |
47,83 |
|
Jumlah |
23 |
100% |
23 |
100% |
23 |
100% |
|
Nilai Rata Rata |
66 |
|
83 |
|
91 |
|
Berrdasarkan tabel di atas, hasil belajar IPA mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada data awal jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval 91–100 adalah 0 siswa (0,00%), pada interval nilai 81–90 berjumlah 1 siswa (4,35%), pada interval nilai 71–80 berjumlah 5 siswa (21,73%), pada interval nilai 61–70 berjumlah 6 siswa (26,10%), pada interval nilai 51–60 berjumlah 5 siswa (39,13%), dan pada interval nilai <50 berjumlah 2 siswa (8,69%). Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval 91–100 adalah 5 siswa (21,73%), pada interval nilai 81-90 berjumlah 12 siswa (52,20%), pada interval nilai 71–80 berjumlah 2 siswa (8,69%), pada interval nilai 61–70 berjumlah 3 siswa (13,04%),
Pada interval nilai 51–60 berjumlah 1 siswa (4,34%), dan pada interval nilai <50 berjumlah 0 siswa (0,00%). Pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval 91–100 adalah 11 siswa (47,83%), pada interval nilai 81–90 berjumlah 5 siswa (21,74%), pada interval nilai 71–80 berjumlah 7 siswa (30,43%), pada interval nilai 61–70 berjumlah 0 siswa (0,00%), pada interval nilai 51–60 berjumlah 0 siswa (0,00%), dan pada interval nilai <50 berjumlah 0 siswa (0,00%). Selain itu, pada data awal rata–rata hasil belajar IPA siswa sebesar 66,00, mengalami peningkatan pada siklus I hingga 83,30, dan mengalami peningkatan hingga 91,74. Untuk melihat peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pembahasan
Melihat hasil belajar siswa yang memprihatinkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Menjelaskan fungsi alat pencernaan manusia pada data awal maka peneliti memutuskan untuk melakukan Tindakan perbaikan pembelajaran. Pada perbaikan pembelajaran IPA Siklus I, penulis menggunakan media gambar berupa gambar alat pencernaan manusia. Pada siklus I ini keaktifan siswa sudah mulai muncul walaupun belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar IPA mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, Hasil belajar siswa sudah mulai meningkat dibanding pada data awal sebelum tindakan perbaikan. Pada data awal hanya 33.33% siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai rata–rata kelas 56.36, setelah diadakan tindakan perbaikan siklus 75% siswa telah mampu mencapai KKM yang telah ditetapkan dan nilai rata–rata kelas sebesar 71.82. Pada siklus II keaktifan siswa semakin muncul. Media Gambar yang digunakan berupa gambar rongga mulut dan kerongkongan. Pada siklus ini, kelompok yang sebelumnya masih malu–malu dan kurang aktif sekarang nampak lebih bersemangat dan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada Siklus ini ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai 100%, atau seluruh siswa telah mencapai KKM yang telah ditetapkan, peningkatan juga terjadi dengan nilai rata– rata kelas sebesar 85.91. Berdasarkan data dari nilai Tes Evaluasi Siswa 16.67% siswa berhasil mencapai nilai tertinggi (91–100) sedangkan untuk nilai terendah adalah (<53) yaitu sebanyak 5 orang atau 4,35% dari jumlah keseluruhan yang dinyatakan belum tuntas dalam belajar.
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan media gambar dapat meningkat hasil belajar IPA siswa kelas VI SDK 021 BraiKota.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran IPA tentang menjelaskan fungsi alat pencernaan manusia telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dari 12 siswa secara keseluruhan telah dinyatakan tuntas dalam belajar.
2. Rata–rata kelas mata pelajaran IPA pada data awal rata–rata hasil belajar IPA siswa sebesar 66,00, mengalami peningkatan pada siklus I hingga 83,30, dan mengalami peningkatan hingga 91,74.
3. Penggunaan media gambar telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDK 021 Brai pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) tentang menjelaskan fungsi alat pencernaan manusia.
Rekomendasi
Sebelum mengakhiri laporan ini, penulis ingin memberikan masukan dan saran–saran kepada para guru (pendidik dan pengajar) dalam pengelolaan kelas yang didesain dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah penulis rancang dan telah dilaksanakan dalam bentuk perbaikan pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Dalam kegiatan pembelajaran guru diharapkan menggunakan media gambar sebagai suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI pada materi menjelaskan fungsi alat pencernaan manusia.
2. Senantiasa melakukan perbaikan– perbaikan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Teknik Belajar yang Efektif. Jakarta. PT. Hilton Putra
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Depdiknas. 2003. KBK. Jakarta. Depdiknas
Dimyati & Mudjiono. 1994. Kiat Memotivasi Anak dalam Belajar. Jakarta. Gramedia
Djamarah, Bahri dan Syaiful. 1995. Strategi Belajar Mengjar. Jakarta. Rineka Cipta
Hudoyo, Herman. 1979. Belajar Merupakan Proses Aktif Dalam Memperoleh Pengalaman– Pengelaman Baru Sehingga Menyebabkan Perubahan Tingkah Laku. Surabaya. Usaha Nasional