MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH

MATERI KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA DENGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PADA SISWA KELAS XI-IPA.2 DI SMA NEGERI 2 BALIGE T.P. 2019/2020

 

Tiar Sihaloho

SMA Negeri 2 Balige

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Sejauhmanakah peningkatan prestasi belajar materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia dengan penerapan model problembased learning pada siswa Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige Tahun Pelajaran 2019/2020. Bagaimanakah pengaruh dengan penerapan model pengajaran problem based learning terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran Sejarah materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia kelas XI-IPA.2 Tujuan penelitan ini adalah untuk Mengetahui peningkatan prestasi belajar pendidikan Sejarah setelah diterapkannya pengajaran problem based learning materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia pada siswa Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige Tahun Pelajaran 2019/2020. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Sejarah setelah diterapkan pengajaran problem based learning pada siswa Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige Tahun Pelajaran 2019/2020.               Subyek Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige yang berjumlah 32 orang siswa pada semester ganjil Pada pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Tahun Pelajaran 2019/2020. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,15 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%). Setelah dilakukan penerapan Problem based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,07% dari nilai awal menjadi 57,22% dengan jumlah siswa yang tuntas 14 orang (51,85%) dan yang belum tuntas 13 orang (48,15%). Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Problem Based Learning

 

PENDAHULUAN

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Belajar aktif dimaksud dalam hal ini dimana dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa harus aktif atau berkontribusi, Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berpikir keras (moving about dan thinking aloud). Pembelajaran sedemikian dapat disebut pembelajaran kontekstual dimana siswa menjadi subjek pembelajaran bukan sekedar objek dimana pada prose belajar siswa dirancang untuk mengerjakan, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Setiap akan mengajar, guru harus membuat persiapan mengajar untuk mencapai tujuan mengajar, materi yang akan diajarkan, model mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan model mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi. Supaya pembelajaran yang dipersiapkan relevan dengan perkembangan maka setiap tenaga pendidikan harus dapat menguasai penggunaan media elektronik dengan penguasaan IPTEK salah satunya pemakain ICT dalam pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah menengah, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak.

Model pembelajaran merupakan sarana yang dapat merangsang siswa agar lebih senang dan tertarik belajar siswa dan untuk membantu proses belajar mengajar sehingga pengajaran dapat berhasil dengan baik. Penerapan problem based learning (pembelajaran berdasarkan masalah) merupakan model pembelajaran yang menarik perhatian siswa dalam belajar Sejarah dimana guru secara langsung menjadikan materi pembelajaran menjadi fokus sebagai contoh untuk diamati secara langsung oleh siswa. Proses belajar siswa perlu mengikuti aturan tertentu untuk mencapai tujuan yang menantang. Penerapan problem based learning dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Melalui model ini siswa dapat mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Pembelajaran merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dalam bentuk siswa langsung dengan keterlibatan siswa sebagai focus pembelajaran. Dimana siswa dihadapkan dengan permasalahan dalam materi pembelajaran dan membahas masalah yang diberikan secara tuntas dengan berkelompok

KAJIAN TEORITIS

Prestasi belajar merupakan umpan balik dari proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk penilaian Widodo Supriyono (1991:130) mengatakan “Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara guru dengan anak didiknya faktor yang mempengaruhi (faktor internal) maupun dan luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam proses pembelajaran hasil belajar (prestasi) siswa tidak tertepas oleh keadaan lingkuangan sekolah. Afektif, psikomotornya pada saat belajar, kwalitas pelajaran yang diterimanya dan cara pengelolaan proses, interaksi kelas yang dilakukan Lebih.lanjut, hasil betajar siswa yang diperoleh siswa dapat dikelompokkan kepada hasil yang bersifat penguasaan

Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar menurut Morgan (1978:86) adalah ” Setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman”.

Dengan demikian belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimayati (1997:8) mengemukakan, ” Bahwa siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidik dan tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu disekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.

Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar atau terdapat keragaman dan cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Diantaranya dapat dikemukakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan didalamnya. Sebelum dibahas mengenai apa yang dimaksudkan prestasi belajar ada baiknya lebih dahulu diketahui apa yang dimaksudkan dengan belajar.

Maka atas dasar ini untuk mengetahui apa yang menjadi prestasi belajar berikut penulis mengutip pendapat ahli Winkel (1987:39) mengemukakan: ”Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan seseorang siswa/siswi dalam usaha melaksanakan kegiatan”.

Prestasi belajar menurut Sardiman (1986:84) merupakan hasil belajar sipelajar yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan hal ini dapat diketahui berdasarkan tes atau tugas-tugas yang diberikan guru/dosen pada mereka. Pada Perguruan Tinggi, prestasi belajar adalah prestasi akademik yang merupakan tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi yang diajarkan, yang sering kali dinyatakan denga nilai rapot dan ujian semester.

Abdulrahman (1999: 37-38) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar, dimana perolehan tersebut dalam perubahan tingkah yang relative menetap”.

Hamalik (2008: 159) mengatakan bahwa “Prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa”. Jadi prestasi adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar maupun bekerja. Sedangkan menurut Benyamin S. Blom (Dalam Abdurrahman 1999: 38) menyatakan bahwa “ada tiga ranah (dominant) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengajaran Problem Based Learning

Pengajaran berbasis problem/masalah terstruktur (Problem-Based Learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa disain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan pemecahan masalah. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).

Siswa diberikan masalah yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secekupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untuk disajikan kepada forum pendengar yang sesungguhnya, dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyata, tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya.

Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.

Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.

Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Class action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti apa yang terjadi dalam kelas, penanggung jawab penuh penelitian ini ad alah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige, dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Tempat melakukan penelitian dan memperoleh data yang diinginkan adalah pada kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige pada mata pelajaran Sejarah pada pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia semester ganjil Tahun Pembelajaran 2019/2020. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan yakni pada bulan September sampai dengan November semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.

Subyek Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige yang berjumlah 32 orang siswa pada semester ganjil Pada pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Tahun Pelajaran 2019/2020.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sesuai jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebu, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat mengalami kemajuan.

Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dengan catatan: Apa bila siklus l berhasil sesuai kriteria yang diinginkan, maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi kalau siklus l tidak berhasil, maka dilakukan siklus II dengan cara menyederhanakan materi dan menambah media pembelajaran. Apa bila paa siklus II belum terjadi peningkatan, maka siklus III dapat di persiapkan jika dimungkinkan ada masalah yang berarti untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa.

Pra Siklus

Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan keiatan yang akan dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:

Membuat rencana pelaksanaan pembeljaran

  • Membuat skenario
  • Membuat alat evaluasi
  • Membuat lembar observasi

Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) pada bulan Oktober 2019, dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan sesuai dengan RPP yang terlampir

Pengamatan

Pada tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran model pengajaran berbasis masalah, mengobservasi tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa didalam kelas dilakukan dengan lembar pengamatan yan telah disiapkan (Lembar Pengamatan terlampir).

Refleksi

Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti bersama-sama observer mendiskusikan hasil tindakan, dari hasil tersebut peneliti dan guru dapat merefleksiknnya dengan melihat data pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan suatu observasi di lapangan

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap ini penelti merumuskan dan mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar, tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 2 x 45 menit (1x pertemuan) mulai dari bulan September sampai November disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir.

Pengamatan

Pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan tehadap perilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dean perilaku siawa terhadap pembelajaran Sejarah materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia model problem based learning. Pelaksanaan pengamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan apersepsi sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan terlampir

Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan

Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, diadakan kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah-langkah pada siklus I, tetapi ada beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II yakni penyempurnaan dari kelemahan pada proses siklus sebelumnya.

 

 

Perencanaan

Sebagai tindak lanjut siklus I,dalam siklus II dilakukan perbaikan, penulis mencari kekurangan dan kelebihan degan membuat ringkasan wacana pada siklus I. Kelebihan yang ada pada siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan kekurangannya diperbaiki peneliti dari rencana pelaksanaan pembelajran berdasarkan siklus I. Penulis juga menyiapkan pedoman wawancara, lembar observasi untuk mengetahui untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia model problem based learning dalam pelaksanaan tindakan

Pengamatan

Adapun yang diobservasi pada siklus II sama seperti siklus I, meliputi: hasil tes dan nontes (pengamatan dan wawancara) pedoman pengamatan pada siklus II memperhatikan instrumen serta kriteria yang terdapat pada siklus I.

Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpukan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan

Alat Pengumpul Data

Untuk mengetahui nilai ketuntasan belajar siswa dengan soal objektif tes yang sudah di programkan terdiri dari 4 (empat) option pilihan dimana jawaban benar diberikan skor:1 (satu) dan jawaban yang salah diberikan skor: 0 (nol). (sudjono, 2009:318) dengan rumus:

Nilai =

Kriteria Nilai Ketuntasan Belajar

N ≥ 75 Tuntas

N< 75 Belum Tuntas

PKK100%

PKK      : Persen Keberhasilan Klasikal

P          : Banyak Siswa Ketuntasan > 72

N        : Banyak Siswa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum perencanaan tindakan siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pre test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui gambaran kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada kegiatan diruang kelas dengan penerapan model Problem based learning di dalam kelas yang disajikan untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia di Kelas XI-IPA.2 semester ganjil pada SMA Negeri 2 Balige Tahun Pelajaran 2019/2020.

Dari tes awal yang dilakukan diperoleh tingkat ketuntasan yang dapat dilihat pada

Tabel 1.1 Hasil Tes Awal

No Kode Nama Siswa Skor Nilai Keterangan
Belum Tuntas Tuntas
1 Jumlah Nilai 2493
2 Rata-rata 77.89
3 Tuntas (persen) 23 71.87%
4 Belum Tuntas (pesen) 9 28%

 

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 77,89 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9 orang (28%) dan siswa yang tuntas sebanyak 23 orang (71.87%).  Persen klasikal siswa yang tuntas 23 orang dan yang belum tuntas 9 orang. Dengan ini dapat diketahui persen klasikal ketuntasan, yaitu:

PKK Tuntas. PKK Belum Tuntas

Hal ini menunjukkan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal masih rendah, maka selanjutnya dilakukan perbaikan dengan penerapan problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia di Kelas XI-IPA.2 semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.

Siklus I

Perencanaan

Selanjutnya setelah mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peneliti merancang suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi pembelajaran Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

(a)    Membuat lembar observasi, guru mengamati proses pembelajaran

  • Membuat Lembar Observasi, teman mengamati siswa selama proses pembelajaran
  • Mempersiapkan berbagai alat dan bahan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
  • Merancang pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi 6 kelompok
  • Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa di akhir pelajaran

Pelaksanaan

Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Selanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran sekaligus memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan penerapan model problem based learning. Peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan alat dan bahan serta model pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Selanjutnya dibagikan LKS yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia. Selanjutnya peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

Tabel 1.2. Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Siklus I

No Nama Siswa Skor Nilai Keterangan
1 Jumlah 259
2 Rata-rata 80.94 80.15
3 Tuntas (persen) 26 81.25%
4 Belum Tuntas (persen) 6 18.75%

 

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 3,95 dari nilai tes awal awal 77,89 menjadi 80.94 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang 81,25% dan yang belum tuntas 6 orang 18,75%

Siklus I di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 80,94. Siswa yang tuntas sebanyak 26 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) = serta siswa yang belum tuntas sebanyak 6 orang dengan PKK = . Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 80,94%. Namun demikian tingkat Ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai nilai maksimal yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan pembelajaran kembali dengan memperbaiki langkah-langkah yang dianggap belum efektif.

Siklus II

Perencanaan

Alternatif pemecahan masalah yang dirancang pada siklus II ini adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun RPP dan menentukan soal-soal latihan yang akan diberikan kepada siswa pada saat pelajaran berlangsung
  2. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
  3. Peneliti kembali membagi kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa per kelompok
  4. Peneliti bersama-sama dengan siswa akan menyaksikan peragaan langsung tentang materi pembelajaran.

Pelaksanaan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Diketahui bahwa siswa yang tuntas 26 orang (81,25) sedangkan yang belum tuntas 6 orang (18.75%) dengan nilai rata-rata 80,94 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45%.

Tabel 1.5 Hasil Tes Siklus II

No Nama Siswa Skor Nilai Keterangan
1 Jumlah 273.3
2 Rata-rata 85.39 84.58
3 Tuntas (persen) 31 97%
4 Belum Tuntas (pesen) 1 0.3

 

Dari data siklus II di atas terdapat peningkatan nilai secara klasikal , yaitu Nilai rata-rata belajar siswa 85.39 Siswa yang telah tuntas 31 orang dan yang belum tuntas 1 orang.

Dengan demikian dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal: yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada materi persamaan linier dua variable dengan penerapan model pembelajaran

PEMBAHASAN

Pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 71.87, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 orang dan belum tuntas sebanyak 9 orang.

Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 71.87%, siswa yang tuntas 26 orang, belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 85,39 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45%. Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia. Perbandingan observasi guru dalam mengajar pada siklus I mendapatkan 70,83% dengan kategori penilaian cukup dan siklus II mendapatkan 89,58% dengan kategori penilaian baik. Maka dapat kita lihat selisih penilaian hasil observasi guru dalam mengajar pada siklus I dan siklus II sebesar 19,75%. Dapat disimpulkan bahwa peneliti telah menerapkan model problem based learning dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia di Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 2 Balige Tahun Pelajaran 2019/2020.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan, Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,15 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%). Setelah dilakukan penerapan Problem based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,07% dari nilai awal menjadi 57,22% dengan jumlah siswa yang tuntas 14 orang (51,85%) dan yang belum tuntas 13 orang (48,15%). Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi perubahan peningkatan hasil belajar yang terlihat dari penelitian. Pembelajaran dengan menggunakan Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Balige Kabupaten Toba Samosir T.P 2019/2020.

SARAN

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

  1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar yang baik dapat dilaksanakan
  2. Hendaknya guru dapat menggunakan media dan model pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran menyenangkan dapat terwujud.
  3. Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama yang baik dengan sesama siswa, dengan guru demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik
  4. Dalam proses pembelajaran hendaknya harus diciptakan student centre yang berarti siswa menjadi pusat pembelajaran selama proses berjalan siswa memberikan kreatifitas dan peranan dalam pembelajaran, bukan sekedar pendengar yang baik
  5. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama, hendaknya dapat memperbaiki tahapan-tahapan dalam model ini serta mengkombinasikannya dengan model pembelajaran yang lain sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. JKT: Rineksa Cipta

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yoyakarta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.