PERANAN KEPALA SEKOLAH MENERAPKAN

PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN

DI SMP N.4 PINTU POHAN MERANTI

TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020

 

Tonggo Manurung

SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti

 

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah peran Kepala Sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru untuk dapat menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran dalam ruang kelas di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti Tahun Pembelajaran 2019/2020? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mencari alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru agar dapat menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran dalam kelas di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti Tahun Ajaran 2019/2020. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti sebagai salah satu sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 di Kecamatan Pintu Pohan Meranti. SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti memiliki luas lahan tanah 2501m² dengan Sk pendirian No.266 Tahun 2013. Lokasi sekolah terletak di Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.  Subjek penelitian ini guru-guru di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir, sejumlah 10 orang guru, terdiri atas guru mata pelajaran yakni 10 orang Bapak dan Ibu guru. Siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%.  Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya. Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%.

Kata Kunci: Peran Kepala Sekolah, Scientific

 

PENDAHULUAN

Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan, serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model model pembelajaran.

Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas tugas yang harus dilaksanakannya. Hal itu berarti bahwa guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran menjadi kunci atas keterlaksanaan kurikulum di sekolah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa factor diantaranya adalah faktor guru. Guru sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik tentunya akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik.

Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari ImamBarnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peranutama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan.

Strategi dan pendekatan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa maka kemapanan guru memilih dan menetapkan pendekatan mengajarnya juga sangat diperlukan karena pendekatan itu merupakan pelicin jalannya pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka pendekatan dan tujaun jangan bertolak belakang. Artinya, pendekatan harus menunjang pencapaian tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan. Sebaiknya menggunakan pendekatan yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. menggunakan pendekatan pembelajaran yang berkesan dan menyenangkan.

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui proses edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan”. Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan pencerminan sikap disiplin dan kesetian terhadap aturan yang berlaku.

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, pendekatan mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.

Menguasai teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek penting bagi seorang guru terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting dalam mencapai keberhasilan belajar. Setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah kejuruan, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti sebagai salah satu sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 di Kecamatan Pintu Pohan Meranti. SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti memiliki luas lahan tanah 2501m² dengan Sk pendirian No.266 Tahun 2013. Lokasi sekolah terletak di Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kab.Toba Samosir.

Yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir, sejumlah 10 orang guru, terdiri atas guru mata pelajaran yakni 10 orang Bapak dan Ibu guru.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan berupa identifikasi permasalahan.

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebu, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat mengalami kemajuan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara lain adalah: 1. Skala Penilaian 2. Lembar pengamatan 3. Angket dan wawancara secara langsung kepada guru-guru yang belum memahami menerapkan pendekatan scientific.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan scientific dalam pembalajaran di dalam kelas yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru yang belum menguasai penerapan pendekatan scientific, dalam pembelajaran di dalam kelas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini akan menyajikan bagaiman peran Kepala Sekolah untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembalajaran dengan menggunakan pendekatan scientific dalam pembelajaran di dalam kelas. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis anggap cukup untuk meningkatkan kemampuan guru menguasai pemahaman tentang menerapkan pendekatan scientific untuk dapat di terapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi. 1. Perencanaan Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang akan melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut: (a) Merumusan masalah yang akan dicari solusinya.

Dalam penelitian ini masalah yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya guru yang kurang disiplin dalam melaksanakan pembelajaran (b) Merumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan melakukan inovasi/tindakan. Dalam penelitian ini penulis mengambil rencana untuk melakukan tindakan memberikan Pembinaan kepada guru- guru untuk meningkatkan kedisiplinan guru dalam disiplin guru mata pelajaranpenerapan pendekatan scientific (c) Merumusan indikator keberhasilan penerapan Pembinaan dalam meningkatkan disiplin guru dalam disiplin guru mata pelajaran penerapan pendekatan scientific.

Untuk dapat menganalisi dan melaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur maka peneliti sudah menyediakan lembaran kuesioner untuk mengukur tingkat pemahaman guru terhadap penerapan pendekatan scientific, sebagai strategi pembelajaran anak, sehingga terjadi suasana yang menyenangkan bagi guru dan siswa. Dengan menggunakan perangkat infocus dan computer penggunaan pendekatan scientific untuk menyampaikan materi pelajaran akan lebih mudah dan dapat dilakukan, karena gambar dan teks dapat ditayangkan secara bersamaan.

Dari hasil pengamatan dan hasil angket yang di dapat dari siswa maka di berikan rincian sebagai berikut:

Tabel Kondisi Siklus I

No Kondisi Awal Pemahaman Guru Jumlah Guru Prosentase (%)
1 Jumlah guru /pegawai keseluruhan 12 100%
2 Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran 6 60%
3 Kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran 7 70%
4 Tidak Pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran 3 30%

 

Dari hasil siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% Kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 11%. Grafik kondisi guru Penerapan pendekatan scientific. Pendekatan scientific dalam Pembelajaran berdasarkan kenyataan yang terjadi pada siklus I. dari data iatas dapat kita simpulkan bahwa penggunaan media computer terlebih mengajar dengan menggunakan infocus dan tanyangan slide dengan sistim operasi menerapkan pendekatan scientific pada pembelajaran di kelas masih sangat kurang, sehingga pembelajaran masih di dominasi oleh pendekatan konvensional dimana duru sebagai subjek pembelajaran dan siswa hanya sebagai objek belum dapat berperan aktif yang disebut dengan student center.

Keberhasilan pembelajaran akan dapat dicapai jika dalam menyelesaikan masalah pembelajaran siswa dapat memecahkan sendiri dengan menemukan jawaban secara sendiri maupun secara kelompok.

Dari data diatas Jumlah guru /pegawai keseluruhan adalah berjumlah 12 orang, Penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 6,3 guru yakni 24%, guru yang hanya kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran 7,5 orang yakni 75% dan guru yang sama sekali belum penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific adalah 3,4 orang atai 34%.

Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi. 1. Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan membimbing guru menerapkan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama.

Berdasarkan hasil perolehan diatas , setelah dilaksanakan siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penerapan pendekatan scientific di dalam pembelajaran oleh guru maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi selisih peningkatan 25% guru penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran, terdapat 3,13% peningkatan guru kadang sudah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran dan 28% menurun untuk guru yang tidak pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran.

PEMBAHASAN

Siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% Kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan II

Pada Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87.50%, guru kadang sudah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6.25%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa peranan Kepala Sekolah dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas.

Siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman guru untuk Penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya. Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%.

KESIMPULAN

Siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya

Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah penerapan pendekatan scientific, pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan Kepala Sekolah dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaanpenerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas di SMP Negeri 4 Pintu Pohan Meranti Tahun Pembelajaran 2019/2020.

SARAN

Kepala sekolah hendaknya secara terus menerus melaksanakan bimbingan dan menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media agar guru dapat menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran di dalam kelas.

Hendaknya guru tetap belajar menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran supaya lebih menyenangkan dapat terwujud. Dalam setiap proses pembelajaran siswa dijadikan subjek pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran interaktif.

Bagi peserta didik

Hendaknya meningkatkan kesadaran untuk selalu berpartispasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar,

Berusaha untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh kesungguhan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal

Hendaknya selalu melatih kerjasama antar siswa, kemampuan berkomunikasi dan saling menghargai.

Bagi sekolah

Sekolah hendaknya selalu mendorong para guru yang berusaha mengguanakan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Bagi Bapak/ Ibu guru yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama, hendaknya dapat memperbaiki tahapan-tahapan dalam pendekatan ini serta mengkombinasikannya dengan penerapan penggunaan model pembelajaran sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang lebih baik dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi (2004) Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Grasindo Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan ________Dasar dan Menengah.

Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya, Usaha ________Nasional, 1981

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.