Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Keterampilan Komunikasi
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PERTANYAAN PROBING DENGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI KELAS V SDN KLAGEN KECAMATAN KEDUNGTUBAN
KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Amang Muslim
SD Negeri Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melalui model pembelajaran pertanyaan probing dengan keterampilan komunikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan kedungtuban Kabupaten Blora pada tahun akademik 2009/2010 yang terdiri dari 19 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dan ada satu pertemuan di setiap siklus. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dan memberikan tes (pre-test dan post-test). Penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menganalisis data dari hasil penelitian. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran pertanyaan probing keterampilan komunikasi mampu meningkatkan hasil belajari siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Hasil dapat dilihat dari nilai rata-rata pra-siklus adalah 45 dengan prosentase tingkat ketuntasan 32%. Pada siklus I, nilai rata-rata prestasi siswa adalah 56 dengan prosentase ketuntasan 74%. Sementara nilai rata-rata prestasi siswa pada siklus II adalah 68 dengan prosentase ketuntasan 100%.
Kata kunci: model pembelajaran pertanyaan probing dengan keterampilan komunikasi , hasil belajar siswa, pembelajaran bahasa Indonesia.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mengajukan pertanyaan adalah salah satu teknik mengajar yang sering dilakukan oleh guru. Pertanyaan adalah salah satu yang paling penting dari semua teknik mengajar. Kita menggunakan pertanyaan selama pembelajaran untuk merangsang siswa berpikir, menilai kemajuan siswa, mengecek penjelasa yang telah diberikan guru, memotivasi siswa untuk tetap perhatian pada pelajaran, mengontrol siswa tetap fokus pada pelajaran, dan banyak hal lagi. Cara siswa menjawab atau jawaban yang diharapkan dari siswa ditentukan oleh tingkat dan jenis pertanyaan yang diajukan oeh guru, apakah tingkat ingatan, pemahaman, analisis, atau evaluasi.
Pada umumnya kebanyakan orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari segi kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah. Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung,komperehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum.
Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, sehingga memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan lancar, mengembangkan bahan pembelajaran dengan baik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk memperhatikan pembelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai..Oleh karena itu guru harus mampu menggunakan seluruh perangkat pembelajaran baik itu berupa pendekatan, metode, media pembelajaran, dan hal lainnya yang relevan sehingga tercipta proses belajar mengajar yang kondusif.
Pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran pokok yang memiliki empat kompetensi / kemampuan yang harus dicapai anak, yaitu kemampuan membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Pelajaran bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai pelajaran pondasi, karena dalam pelajaran bahasa Indonesia . Dalam pembelajaran anak- anak merasa terpaksa, karena harus duduk berjam-jam dan diam mendengarkan guru ceramah, bahkan ketika diberi kesempatan untuk bertanya , mereka tidak tahu dan bahkan tidak berani apa yang harus ditanyakan. Demikian pula ketika ditanya oleh guru, mereka tidak tahu bagaimana menjawabnya. Pembelajaran juga hanya di ruang kelas. Guru kurang memahami bagaimana caranya agar siswa mengalami proses belajar yang optimal. Selain itu kurikulum yang sarat dengan berbagai materi pelajaran tidak akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengaktifkan siswa belajar. Guru merasa terbebani untuk menyelesaikan materi pelajaran yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum untuk diselesaikan pada waktu yang sudah ditentukan pula. Di sisi lain ada tuntutan dari masyarakat output dari sekolah yang bersangkutan memiliki nilai atau hasil ujian yang memuaskan orang tua.
Berdasarkan hasil pengalaman peneliti yang saat ini mengajar di kelas V SDN Klagen, pembelajaran Bahasa Indonesia yang sedang berlangsung masih menggunakan metode yang konvensional dan belum memanfaatkan pendekatan atau strategi pembelajaran secara maksimal. Hal ini membuat pembelajaran kurang efektif, karena siswa kurang fokus dan tidak memperhatikan dengan serius serta tidak merespon pelajaran yang di sampaikan, sehingga pengajaran semacam ini cenderung membosankan pada siswa. Hal ini terbukti pada saat mengerjakan ulangan harian, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat masih rendah dengan kata lain belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Dari 19 siswa dikelas V SDN Klagen yang dapat mencapai KKM ada 6 siswa atau 32%, sedangkan 13 siswa 68% yang lainnya masih belum tuntas atau berada di bawah KKM.
Untuk memecahkan masalah diatas guru melakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menekankan pada Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat melalui Model Pembelajaran Pertanyaan Probing bagi siswa kelas V Semester II SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya peningkatan penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan melalui pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui PTK dengan rumusan masalah yaitu “Apakah Penerapan pertanyaan probing dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD dalam menemukan pikiran utama bacaan secara cepat ?â€
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui pola PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menemukan pikiran utama bacaan secara cepat di kelas V SDN Klagen melalui Penerapan Model pembelajaran pertanyaan probing.
Manfaat Penelitian
Secara garis besar, perbaikan pembelajaran ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, selain itu perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini juga memberikan manfaat pada banyak pihak antara lain:
1. Bagi Siswa: Dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dan akan berdampak meningkatkan hasil belajar .
2. Bagi Guru: Dapat menambah pengetahuan mengenai metode permainan edukatif sebagai metode pembelajaran serta meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan.
3. Bagi Sekolah:Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Model Pembelajaran Pertanyaan Probing
Mengajukan pertanyaan adalah salah satu teknik mengajar yang sering dilakukan oleh guru ( Kim dan Kelloy, 1987). Pendapat ini didukung oleh Callahan dan Clarke (1998) yang mengatakan bahwa pertanyaan adalah salah satu yang paling penting dari semua teknik mengajar. Pertanyaan dalam proses pembelajaran memilik beberapa fungsi, yaitu:
1. Mendorong minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
2. Mengevaluasi persiapan siswa dan mengecek pemahaman siswa terhadap suatu tugas.
3. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa.
4. Mereviu apa yang telah diajarkan.
5. Mengarahkan siswa untuk menemukan kemungkinan-kemungkinanbaru dalam menggali permasalahan.
6. Merangsang siswa mencari bahan untuk data.
7. Mengembangkan dan membangun konsep diri siswa secara individu ( Carin dan Sund, 1971; Carin 1997: 97 ).
Sedangkan Chemprecha (1979: 11) dalam Siswoyo (1997: 13) menyatakan bahwa tujuan utama bertanya di dalam kelas adalah untuk membantu siswa mengembangkan cara belajar melalui penemuan diri dan bukan menguji sejauh mana siswa telah menghafal pelajaran yang telah diberikan.
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat diklasifikasikan ke dalam beberap bagian, ada yang dapat diklasifikasikan ke dalam pertanyaan divergen ( menyebar ) dan konvergen ( memusat ) atau sering disebut juga pertanyaan terbuka dan tertutup, ada pula yang mengklasifikasikan ke dalam taksonomi Bloom dan keterampilan proses. Dahar membaginya ke dalam jenis pertanyaan: 1) faktual dan deskriptif ( untuk memberian ), 2) pertanyaan membimbing, dan 3) pertanyaan tingkat tinggi. Sedangkan Carin mengelompokkan pertanyaan ke alam pertanyan tingkat rendah, tigkat menengah, dan tingkat tinggi. Bloom (1956: 6) mengklasifikasikan pertanyaan berdasarkab domain kognitif, yaitu pertanyaan ingatan (recall), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation).
Pertanyaan–pertanyaan yang termasuk klasifikasi keterampilan proses ditujukan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan konsep melalui proses membaca cepat yang mencakup: mengamati, membedakan, mengklasifikasi, memprediksi, menafsirkan, menerapkan konsep, merumuskan hipotesis, merencanakan penelitian, membuat model, berkomunikasi, dan menyimpulkan.(Carin, 1997: 105).
a. Pertanyaan mengamati diajukan apabila guru meminta siswa untuk dapat menggunakan alat indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap) atau alat ukur (misalnya penggaris, neraca) untuk menyatakan sifat suatu objek.
b. Pertanyaan mengklasifikasi dapat diajukan apabila guru meminta siswa untuk dapat menunjukkan kemampuan membedakan, mencari persamaan-persamaan dari suatu objek atau peristiwa.
c. Pertanyaan mamprediksi , diajukan apabila guru meminta siswa untuk dapat memberikan dugaan berdasarkan data atau informasi yang diperolehnya atau menggunakan pola yang ditemukan dari hasil pengamatan dan mengemukakan kemunginan-kemungkinan yang terjadi pada kejadian atau peristiwa.
d. Pertanyaan manafsirkan ditujukan apabila guru meminta siswa untuk dapat menghubungkan hasil-hasil pengamatan dan menemukan suatu pola dalam suatu seri pengamatan.
e. Pertanyaan penarapan konsep diajukan apabila guru menginginkan siswa untuk dapat menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
f. Pertanyaan merumuskan hipotesis diajukan apabila untuk melatih siswa agar mampu menghubungkan variabel-variabel, pertanyaan merencanakn penelitian menuntut siswa untuk dapat menentukan alat, bahan, dan sumber yang digunakan dalam penelitian, menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan yang dapat diubah-ubah, menentuan apa yang harus diamati, diukur, dan ditulis, menentukan cara dan langkah kerja, menentukan bagaimana hasil pengamatan untuk dibuat kesimpulan.
g. Pertanyaan komunikasi diajukan untuk meminta siswa agar dapat mendeskripsikan hasil pengamatan, menyusun, dan menyampaikanlapran secara sistematis, menggambarkan data dengan grafik, tabel, diagram, dan cara membacanya.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujdiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibanding pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasi lbelajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam ranga studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilaksanakan dari prestasi belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses pengukuran dan penilaian atau evaluasi dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar mempunyai arti atau kedudukan yang sangat penting yaitu dengan skor yang diperoleh dan itu dapat dijadikan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya usaha pendidikan yang sedang berlangsung.
Hasil belajar atau prestasi belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2009:46).Melalui proses belajar akan didapat suatu hasil yang biasa disebut dengan prestasi belajar. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar yaitu:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Howard Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar†(Alben, 2006:63). Sedangkan pembelajaran menurut Hamelik Trianto (2009:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskanâ€. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun karakter siswa kelas V SD sebagaimana yang disampaikan Nasition (Noname:2008) bahwa, siswa kelas V SD mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari- hari yang kongkrit.
b. Amat realistic, ingin tahu dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal- hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori factor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya factor-faktor.
d. Pada umumnya anak menghadapi tugas- tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri.
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
Hipotesis Tindakan
Melalui penerapan Model Pembelajaran Pertanyaan Probing dengan Penerapan Keterampilan Komunikasi dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat bagi siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2009/2010.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora selama 2 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2010. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat bagi siswa kelas V SDN Klagen. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada semester II tahun 2009/2010. Siswa kelas V tersebut berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
Hasil Tindakan
Prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat sebelum diadakan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan SDN Klagen adalah 65, sedangkan ketuntasan klasikal belajar siswa kelasIV pada pelajaran Bahasa Indonesia materi Menemukan Pikira Utama Bacaan Secara Cepat hanya 6 siswa yang tuntas (32%) dengan nilai rata-rata 45 hal ini belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I maupun pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat bagi siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada semester II Tahun 2009/2010. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 19 siswa, sebanyak 14 siswa tuntas (74%) dan 5 siswa belum tuntas (26%) dengan nilai rata-rata 56. Pada Siklus II dari 19 siswa semua dinyatakan tuntas KKM (100%) dengan nilai rata-rata 68.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Indonesia materi Menemukan Pikiran Utama Bacaan Secara Cepat bagi siswa kelas V SDN Klagen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada semester II Tahun 2009/2010 ternyata mengalami peningkatan. Hasil peningkatan tersebut dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan kreatifitas, kemauan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan permainan edukatif tersebut. Kegiatan belajar siswa walaupun dikerjakan dalam kelas siswa tetap antusias, lebih komunikatif, kreatif, dan menyenangkan.
Berdasarkan data yang diperoleh, pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan nilai rata-rata dan tingkat prosentase ketuntasan antara prasiklus dengan siklus I, dan siklus II. Sebelum diadakan penelitian siswa yang tidak mencapai KKM ada 13 anak (68%) dari jumlah 19, hanya 6 anak (32%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 45. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM ada 14 siswa (74%) denagn nilai rata-rata 56. Pada siklus II yang mencapai KKM ada 19 siswa (100%) dengan nilai rata-rata 68. Sehingga penelitian ini dihentikan sampai siklus II saja. Karena dalam siklus II sudah terjadi peningkatan dan hasil yang diharapkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa hal yang masih perlu dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan khususnya terdapat tingkat penguasaan materi pelajaran adalah:
1. Menerapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran pada siswa.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan KBM, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dan dengan memberikan penguatan-penguatan agar siswa termotivasi sehingga prestasi belajar menjadi meningkat dan berhasil optimal.
3. Berdasarkan pengalaman penulis, dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran perlu kiranya diadakan kelompok kerja antar guru.
DAFTAR PUSTAKA
Britton, J.1970. Language and Learning. Harmondsworth, England: penguin.
BSNP.2006. Standart Isi Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:BSNP.
Campbell, Linda. Dkk. 2006.Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence. Depok: Intuisi Press.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 102-124.
Depdiknas. 2006. Standart Kompetensi dan Kompetansi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Belajar dan Pembelajaran Mudjiono, , ( Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250- 251.
Dirjen PMPTK Depdiknas. 2002. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.