Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Inquiry Learning
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI BELAJAR
DARI TOKOH ALKITAB DENGAN PENERAPAN INQUIRY LEARNING DI KELAS VIII-A SMP NEGERI 4 BALIGE TP. 2019/2020
Tumbur Tambunan
SMP Negeri 4 Balige
ABSTRAK
Masalah dalam penelitian Tindakan kelas ini adalah Sejauh manakah terjadi peningkatan pemahaman siswa dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa pada materi Belajar dari Tokoh Alkitab dengan penerapan pembelajaran Inquiry Learning di Kelas VIII-a SMP Negeri 4 Balige Tahun Pelajaran 2019/2020.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, Sejauh manakah terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran serta pengaruhnya terhadap hasil belajar materi Belajar dari Tokoh Alkitab dengan penerapan Inquiry learning di Kelas VIII-a semester ganjil.Subjek penelitian ini adalah siswa dari Kelas VIII-a SMP Negeri 4 Balige yang berjumlah 33 orang terdiri dari 18 perempuan dan 15 orang laki-laki, dilaksanakan pada semester ganjil bulan September sampai Nopember 2019. Pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model inquiry learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada Belajar dari Tokoh-tokoh Alkitab. Sebelum dilakukan tindakan pada tes awal, Pra Siklus nilai rata-rata hasil belajar siswa 7.54 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang (54.5%) dan belum tuntas sebanyak 15 orang (45.45%). Diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa 7.54 ada 15 siswa belum lulus KKM. Maka masih diperlukan adanya tindakan selanjutnya untuk meningkatkan hasil kelulusan siswa. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.13 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 23 orang (69.69%) dan yang belum tuntas 10 orang (30.3%) nilai rata-rata siswa 79.67, Jika dinandingkan dengan siklus sebelumnya terjadi peningkatan nilai siswa secara signifikan. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang ( 90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%).
Kata Kunci: Hasil Belajar, Inquiry Learning
PENDAHULUAN
Profesionalisme guru dengan kemampuan dalam memanfaatkan berbagai metode dan model pembelajaran yang relevan dengan materi ajar yang sedang dibahas, sangat diperlukan sehingga mampu meninggalkan metode mengajar konvensional yaitu ceramah, dimana siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Setiap disiplin ilmu yang diintegrasikan dalam mata pelajaran itu memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk siswa yang ideal memiliki suatu spesifikasi bidang keahlian dan keterampilan, serta membentuk karakter yang diharapkan seperti halnya bidang studi pendidikan Agama Kristen (PAK). Pembelajaran PAK merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dimana materi pokok bahasannya merupakan bagian dari penjabaran ajaran kristiani. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran PAK di sekolah sekaligus memberikan pengaruh dalam kehidupan gereja, karena peraanan gereja dan sekolah pada prinsipnya sama yakni menjadikan umatnya hidup sebagai kristiani sejati.
Pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) diharapkan dapat memberikan warna tersendiri kepada bidang studi yang lain karena bidang studi PAK memiliki hubungan yang erat dengan pembentukan moral secara praktis. Pendidikan moral adalah suatu upaya pendidikan yang menyangkut pembentukan dan pengembangan kepribadian anak didik. Untuk mengoptimalkan hasil belajar PAK siswa, diharapkan guru memiliki keterampilan dalam proses pembelajaran PAK yakni keterampilan penerapan model dan metode pembelajaran yang tepat dengan melaksanakan pembelajaran yang menarik dan melibatkan peran aktif seluruh siswa. Dengan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran akan memberikan kemungkinan pemahaman yang lebih tinggi pada materi Belajar dari tokoh alkitab.
Kondisi relistis yang terjadi di SMP Negeri 4 Balige , pembelajaran PAK secara umum dilakukan masih menggunakan pembelajaran konsep konvensional dengan ceramah, kurang memberikan pemahaman kepada siswa. Hal itu dapat diamati setelah selesai pembelajaran siswa kurang mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kehidupan pergaulannya sehari-hari. Kondisi tersebut juga dapat di amati dari perolehan nilai ulangan mata pelajaran PAK yang masuh belum menonjol bahkan masih terdapat beberapa siswa yang tidak dapat memahami materi pelajaran secara baik sehingga tidak mencapai KKM mata peajaran yang sudah di tentukan pihak sekolah. Berpedoman akan kondisi tersebut sebagai guru PAK ingin melakukan perobahan dengan menciptakan model pembelajaran kontekstual dimana pembelajaran yang libatkan siswa selama proses pembelajaran dengan harapan sisiwa akan lebih dapat memahami materi pembelajaran yang disajikan oleh guru,
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadra oleh seseorang untuk mencapai suatu perubahan dalam berfikir dan berperilaku dengan terjadinya interaksi yang baik. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi kepada sesama ataupun dengan lingkungan. Interaksi dalam belajar lazimnya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu kearah tindakan yang bersifat positif. Perubahan yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar berupa penilaian dari tindakan berupa angka.
Pendidikan Agama Kristen
Mata pelajaran agama kristen merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya materi keilmuwan agama kristen dijabarkan beberapa konsep ilmu antara lain ilmu kerohanian, pembinaan mental, hirarki dan dogma gereja,dll.
Pendidikan agama kristen dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan filsafat ajaran agama nasrani. Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran agama kristen yang membentuk warga gereja yang mencerminkan hidup sebagai kristen sejati yakni memandang gereja sebagai tubuh allah, PAK juga selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran agama kristen ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan.
Inquiry Learning
Pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 keduanya disebutkan secara eksplisit terpisah, Discovery Learning dan Inquiry Learning. Namun dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, keduanya disebut secara bersamaan sebagai berikut: ”Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar-matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian(discovery/inquiry learning).”Jika dibandingkan penyebutannya, dalam buku-buku teks (misalnya Sutman et.al., 2010) dan tulisan-tulisan di jurnal terbitan luar negeri menuliskannya persis terbalik, yakni inquiry/discovery atau penelitian/penyingkapan. Mengapa? Dalam Webster’s Collegiate Dictionary inquiry didefinisikan sebagai “bertanya tentang” atau “mencari informasi dengan cara bertanya”, sedangkan dalam kamus American Heritage, discovery disebut sebagai “tindakan menemukan”, atau “sesuatu Sekolah Menengah Pertama yang ditemukan lewat suatu tindakan”. Jadi, pembelajaran ini memiliki dua proses utama. Pertama, melibatkan siswa dalam mengajukan atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan (to inquire), dan kedua, siswa menyingkap, menemukan (to discover) jawaban atas pertanyaan mereka melalui serangkaian kegiatan penyelidikan dan kegiatan-kegiatan
Sejenis (Sutman, et.al., 2008:x). Dalam kegiatan ini siswa memperoleh pengalaman berharga dalam praksis keilmuan seperti proses mengamati, mengumpulkan data, menganalisis hasil, dan menarik simpulan.Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa penggunaan terma inquiry/discovery – bukan discovery/inquiry – dipandang sebagai catatan pengingat bagi guru untuk selalu meningkatkan keterlibatan siswa pada kedua proses tersebut secara saling melengkapi.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan istilah Classroom Action research (CAR). dilaksanakan di Kelas VIII-a SMP Negeri 4 Balige dengan siswa berjumlah 33 orang terdiri dari 18 perempuan dan 15 orang laki-laki pada semester ganjil Tahun Ajaran 2019/2020.
Prosedur dalam penelitian ini direncanakan dua siklus. Adapun tahapannya sbb:
Siklus I
Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah merencanakan tindakan yaitu penyusunan skenario pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
- Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran Siswa Kelas VIII-a pada materi pokok bahasan Belajar dari Tokoh Alkitab
- Merancang pembagian kelompok dan Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam setiap siklus
Tahap Pelaksanaan Tindakan:
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
- Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa
- Guru meminta siswa melakukan pengamatan menganalisis mengkaji untuk menjawab soal yang ada di lembar kerja siswa (LKS).
- Guru memberikan kesimpulan bersama dengan siswa pada Pokok Bahasan Belajar dari Tokoh Alkitab
Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan membuat kesimpulan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelemahan maupun kekurangan dalam pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus II.
Setelah siklus I dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal, maka dalam hal ini dilakukan Siklus II dengan tahapan untuk dapat mengetahui sejauh mana terjadi suatu perubahan peningkatan nilai siswa dari tahapan demi tahapan yang sudah dilaksanakan sehingga secara nyata terdapat peningkatan
Siklus II
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II merupakan tahap refleksi dari siklus I. Pada tahap ini guru dapat mengetahui seberapa banyak siswa yang kurang berhasil dalam belajar dan mempokuskan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I.
Dari hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan pada tindakan pertama dengan menemukan alternatif permasalahan yang muncul pada siklus I yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan perencanaan yaitu:
- Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran baru sesuai dengan permasalahan yang muncul pada siklus I dengan materi pada Pokok Bahasan Belajar dari Tokoh Alkitab setelah dilakukan diagnose tentang kemampuan siswa.
- Sebelum masuk materi baru terlebih dahulu membahas soal mengenai tes pada siklus I sehingga siswa tentang pada pokok bahasan Belajar dari Tokoh Alkitab dan menyelesaikan soal
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap tindakan ini berusaha mungkin memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada siswa. Hasil yang diharapkan yaitu agar seluruh materi yang diajarkan kepada siswa dapat dipahami siswa dan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut Pelaksanaan siklus II:
- Membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa kurang memahami konsep pokok bahasan tersebut semakin mengerti.
- Menjelaskan tahap-tahap penggunaan Pembelajaran Inquiry learning pada materi Belajar dari Tokoh-tokoh Alkitab, sehingga siswa yang kurang memahami materi diatas dengan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang hal yang masih belum dipahami oleh siswa.
- Memberikan contoh dengan tahap-tahap penggunaan metode demonstrai
- Peneliti mengarahkan siswa yang tidak termotivasi untuk mempraktekkan cara melakukan eksplorasi keteladanan terhadap tokoh alkitab
- Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam melaksanakan berbagai nilai-nilai keteladanan yang baik dari Tolkoh Alkitab
- Memberikan pengarahan kepada siswa yang masih kurang memahami
- Memantau aktivitas siswa selama melakukan pembelajaran model inquiry learning dalam kelompok yang sudah ditentukan
Tahap Refleksi
Hasil dari tes yang diberikan, digunakan sebagai dasar pengembangan kesimpulan. Apakah kegiatan yang dilakukan telah berhasil. Jika pada siklus II ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kesalahan menyelesaikan soal, maka akan direncanakan siklus selanjutnya. Namun jika memenuhi indikator keberhasilan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.
Desain Penelitian
Menurut Arikunto (2008:16) mengemukakan secara garis besar terhadap empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindak kelas, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan Dan Refleksi. Adapun rancangan (desain) PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara untuk menggunakan model kemmis dan Mc.Tanggart. (depsiknas,2004), pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi 4 alur (langkah) Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Pengamatan dan Refleksi Alur (langkah).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kemampuan Awal Siswa
Sebelum perencanaan tindakan siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pre tets cerara objektif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui gambaran kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi pembelajaran. Dari tes awal yang dilakukan diperoleh tingkat ketuntasan yang dapat dilihat dibawah ini pada
Tabel 1: Hasil perolehan nilai pada saat Tes Awal
No | Kondisi Siswa | Nilai | Keterangan | |
Tuntas | Belum Tuntas | |||
1 | Jumlah | 23.93 | 18 | 15 |
2 | Rata-rata | 72.54 | – | |
3 | % Tuntas | – | 54.5% | |
4 | % Belum Tuntas | – | 45.4% |
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Pra Siklus nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.54 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang (54.5%) dan belum tuntas sebanyak 15 orang (45.45%). Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang (54.5%) dan belum tuntas sebanyak 15 orang (45.45%).
Siklus I
Perencanaan
Selanjutnya setelah mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peneliti merancang suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan Materi Belajar dari Tokoh Alkitab yang sudah di persiapkan sebelumnya,
- Membuat lembar observasi, guru mengamati proses pembelajaran
- Membuat Lembar Observasi, teman mengamati siswa selama proses pembelajaran
- Mempersiapkan materi ajar Profil berbagai Tokoh-tokoh Alkitab dengan mempersiapkan bacaan dan cerita seputar Tokoh dengan karya-karya besarnya bahan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model inquiry learning.
- Merancang pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi 6 kelompok
- Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa di akhir pelajaran
Pelaksanaan
Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Selanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran sekaligus memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan metode pembelajaran model inquiry learning. Pada akhir pelajaran, peneliti dan siswa sama-sama menyimpulkan pelajaran. Di akhir pertemuan siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.
Tabel 3. Hasil perolehan nilai pada saat Tes Siklus I
No | Kondisi Siswa | Nilai | Tuntas | Belum Tuntas |
1 | Jumlah | 26.29 | 23 | 10 |
2 | Rata-rata | 79.67 | – | |
3 | % Tuntas 18 | – | – | 30.30.% |
4 | % Belum Tuntas 7 | – | 69.69% |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 79,67 dari nilai awal 72.54, Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.13 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 23 orang (69.69%) dan yang belum tuntas 10 orang (30.3%).
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa yakni hasil belajar siswa meningkat menjadi 79,67 dari nilai awal 72.54, Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.13 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 23 orang (69.69%) dan yang belum tuntas 10 orang (30.3%). Kondisil ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada materi belajar dari Tokoh Alkitab dengan penerapan pembelajaran model inquiry learning. Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi siklus I, dapat diketahui Persentase Ketuntasan Klasikal semakin meningkat hingga mencapai 69.69%. Aktivitas siswa semakin meningkat dalam kerja kelompok
Siklus II
Perencanaan
Berdasarkan kondisi siklus sebelumnya sudah diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peneliti merancang suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi yang sudah di persiapkan sebelumnya,
1. Membuat lembar observasi, guru mengamati proses pembelajaran
2. Membuat Lembar Observasi, teman mengamati siswa selama proses pembelajaran
3. Mempersiapkan materi ajar belajar dari tokoh alkitab mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model inquiry learning
4. Merancang pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi 6 kelompok
5. Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa di akhir pelajara
Pelaksanaan
Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Selanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran sekaligus memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan metode pembelajaran model inquiry learning. Selanjutnya dibagikan LKS yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan materi dan metode pembelajaran. Di akhir pertemuan siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.
Tabel 3. Hasil perolehan nilai pada saat Tes Siklus II
No | Kondisi Siswa | Nilai | Tuntas | Belum Tuntas |
1 | Jumlah | 2816 | 30 | 3 |
2 | Rata-rata | 85.36 | – | |
3 | % Tuntas | – | 90% | |
4 | % Belum Tuntas | – | 10% |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 85.36 dari nilai pada siklus sebelumnya 79.67. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang ( 90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%). Secara klasikal sudah terdapat peningkatan tang cukup signifikan pada siklus II
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa yakni hasil belajar siswa meningkat nilai rata-rata siswa menjadi 85.36 dari nilai awal 76.27 pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 9.09 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang ( 90%) dan yang belum tuntas 3 orang ( 10%)
Kondisil ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Belajar dari Tokoh Alkitab dengan penerapan pembelajaran model inquiry learning. Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi siklus II, dapat diketahui, persentase Ketuntasan Klasikal semakin meningkat selisih nilai antar siklus sebesar 9.09. Peneliti sudah menerapkan pembelajaran model inquiry learning dengan baik Aktivitas siswa semakin meningkat, hal ini terlihat dari aktifnya siswa dalam kerjasama dalam kelompok
PEMBAHASAN
Pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model inquiry learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada Belajar dari Tokoh-tokoh Alkitab. Sebelum dilakukan tindakan pada tes awal, Pra Siklus nilai rata-rata hasil belajar siswa 7.54 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang ( 54.5%) dan belum tuntas sebanyak 15 orang (45.45%). Diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa 7.54 ada 15 siswa belum lulus KKM. Maka masih diperlukan adanya tindakan selanjutnya untuk meningkatkan hasil kelulusan siswa. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.13 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 23 orang (69.69%) dan yang belum tuntas 10 orang (30.3%) nilai rata-rata siswa 79.67, Jika dinandingkan dengan siklus sebelumnya terjadi peningkatan nilai siswa secara signifikan. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang ( 90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%).
Pada siklus II, terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang (90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%). Secara klasikal sudah terdapat peningkatan tang cukup signifikan pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi perubahan peningkatan hasil belajar yang terlihat dar penelitian.
Terdapat peningkatan nilai rata-rata serta jumlah siswa yang tuntas mulai dari tes awal hingga siklus II, dengan paparan sbb. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.13 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 23 orang (69.69%) dan yang belum tuntas 10 orang (30.3%). Nilai rata-rata siswa 79.67, Jika dinandingkan dengan siklus sebelumnya terjadi peningkatan nilai siswa secara signifikan. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang ( 90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%). Secara klasikal sudah terdapat peningkatan tang cukup signifikan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang (90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%).
Dengan demikian dapat di katakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inquiry learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Balige Kecamatan Paranginan Kabupaten Toba Samosir T.P. 2019/2020.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan
- Sebelum dilaksanakan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 7.54 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang (54.5%) dan belum tuntas sebanyak 15 orang (45.45%).
- Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.13 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 23 orang (69.69%) dan yang belum tuntas 10 orang (30.3%) nilai rata-rata siswa 79.67,
- Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 5.69 dari tindakan sebelumnya, dengan jumlah siswa yang tuntas 30 orang ( 90%) dan yang belum tuntas 3 orang (10%). Jika dinandingkan dengan siklus sebelumnya terjadi peningkatan nilai siswa secara signifikan.
SARAN
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
- Hendaknya guru dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dapat terwujud.
- Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran sehingga proses belajar mengajar yang baik dapat dilaksanakan
- Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmad. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV Amrico
Gunawan, Ary H., 1986, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Hort. 2005. Model Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Khadijah, Nyayu, (2009).Psikologi Pendidikan, Palembang, Grafika Telindo Press, Sumatera Selatan.
Miarso, Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah Seminar IKIP Jakarta.
Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Agama. Bandung: Trigenda Karya
Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Purba. 2002. Belajar Dan Pembelajaran PAK. Medan: Iniversitas Nergeri Medan