Pembuatan Isen-Isen Secara Langsung Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Metode Demonstrasi
PEMBUATAN ISEN-ISEN SECARA LANGSUNG
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBATIK
DENGAN METODE DEMONSTRASI
PADA SISWA SMP NEGERI 2 GEDANGSARI
Endriyani
SMP Negeri 2 Gedangsari
ABSTRAK
Tahun 2009 Yogyakarta dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia oleh UNESCO. Namun, berdasarkan berita Tempo, Rabu 15 September 2015, status tersebut terancam dicabut sebab regenerasi perajin batik di Yogyakarta terhambat dengan sedikitnya minat masyarakat menjadi perajin batik. Regenerasi adalah salah satu dari tujuh syarat pengukuhan Kota Batik. SMP Negeri 2 Gedangsari berada di wilayah Yogyakarta yang sebagian penduduknya bekerja di Bayat (Kabupaten Klaten) sebagai buruh batik. Mempertimbangkan kondisi demikian, SMPN 2 Gedangsari memasukkan Matapelajaran Prakarya potensi daerah berupa keterampilan membatik untuk menambah keterampilan siswa pada usaha batik karena siswa di Gedangsari sudah bisa membatik tetapi masih kurang terampil dalam praktik membatik membuat isen-isen. Untuk memecahkan masalah ini guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan cara mengajarkan kepada siswa membuat isen-isen yang kreatif dan inovatif. Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar membuat isen – isen motif batik pada siswa kelas VIIl C SMP N 2 Gedangsari dengan menggunakan metode demonstrasi dengan indikator capaian 80% siswa tuntas dengan KKM 75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Prasiklus siswa yang memenuhi KKM terdapat 10 siswa (31,2%). Siklus 1 dengan menerapkan metode demonstrasi membuat isen-isen secara langsung terdapat 14 siswa (43,7%) kemudian pada siklus 2 terjadi peningkatan siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa (87,5%). Penelitian dinyatakan berhasil dibuktikan dengan indikator capaian yang ditetapkan peneliti sebanyak 80% mencapai KKM 75. Dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi membuat isen-isen secara langsung dapat meningkatkan hasil belajar Prakarya pada siswa kelas VIII C SMPN 2 Gedangsari pada tahun ajaran 2017/2018,
Kata kunci: pembelajaran prakarya, metode demonstrasi, membatik, isen-isen
PENDAHULUAN
Pewarisan budaya batik di Yogyakarta menjadi sangat penting dan strategis, mengingat bahwa batik resmi diakui oleh UNESCO sebagai bagian diantara 76 tradisional budaya. Pada tanggal 30 September 2009, melalui keputusan komite 24 negara yang bersidang di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang membawa dampak perubahan terhadap pandangan dunia dan masyarakat Indonesia mengenai batik. Pada peringatan 50 tahun Dewan Kerajinan Dunia WCC (World Craft Council) di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, pada 18-23 Oktober 2014. Yogyakarta dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia, Namun demikian, berdasarkan berita Tempo, Rabu 15 September 2015, status tersebut terancam dicabut, sebab regenerasi perajin batik di Daerah Istimewa Yogyakarta terhambat dengan sedikitnya minat masyarakat untuk menjadi perajin batik. Regenerasi adalah salah satu dari tujuh syarat pengukuhan Kota Batik.
Paulina Pannen menyebutkan tiga tantangan pendidikan abad ke-21. Tantangan tersebut adalah (1) globalisasi, (2) keberpihakan kepada peserta didik dan belajar, dan (3) perkembangan teknologi yang pesat dan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Ketiga hal yang disebutkan oleh Pannen di atas menunjukkan bahwa pendidikan tradisional yang bertumpu kepada pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik di dalam kelas sudah harus dibuang jauh-jauh. Isi dan materi belajar harus disusun untuk menyiapkan peserta didik mampu hidup dalam era globalisasi dimana perjumpaan antarbudaya dan nilai-nilai terjadi sedemikian masif. Pendidikan harus diarahkan untuk memfasilitasi peserta didik daripada sekedar mengukur kemajuan akademik. Maksudnya adalah metode belajar klasikan dengan ketuntasan kompetensi seragam dalam satu kelas/angkatan menjadi ketinggalan zaman. Perkembangan teknologi menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Pannen menyoroti adanya “digital gap” antara peserta didik dengan guru. Perbedaan pemahaman dan keterampilan digital ini menyebabkan dunia pendidikan, khususnya para pendidik berupaya keras untuk menyesuaikan diri. Untuk itu guru memiliki tanggungjawab yang sangat kompleks dalam Abad ke – 21, tidak hanya peserta didik yang dituntut memiliki keterampilan kreatif dan inovatif, kritis, kolaboratif, komunikatif, dan digital literasi, tetapi justru guru harus memberikan keteladanan dalam memiliki keterampilan tersebut.
Wilayah kecamatan Gedangsari kabupaten Gunungkidul propinsi Yogyakarta terkenal sebagai salah satu sentra batik. Sebagai penghasil batik, maka batik menjadi salah satu mata pencaharian warga. Dari sisi konsumen, batik yang berkualitas atau yang unik memiliki harga jual tinggi. Sedangkan motif batik itu sendiri ditentukan oleh isen-isen. Menurut Tati Suroyo (2013), isen adalah gambar-gambar yang berfungsi untuk mengisi dan melengkapi gambar ornamen pokok dalam batik, bisa terdiri dari garis-garis atau titik-titik. Dari pembuatan isen – isen tersebut membuat citra batik meningkat dan dapat membedakan harga dari batik itu sendiri.
SMP Negeri 2 Gedangsari berada di wilayah sebelah utara Gunungkidul, sebelah selatan kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebagian penduduk Gedangsari bekerja di Bayat (Kabupaten Klaten) sebagai buruh batik, buruh gerabah dan konveksi. Mempertimbangkan kondisi demikian, SMPN 2 Gedangsari memasukkan Matapelajaran Prakarya potensi daerah berupa keterampilan membatik untuk menambah keterampilan siswa pada usaha batik karena pada dasarnya siswa di Gedangsari sudah bisa membatik tetapi keterampilan membatik mereka masih kurang terbukti mereka bila mendapat tugas dari guru dalam praktik membatik membuat isen – isen kurang konsentrasi. Hanya sebagian siswa yang tekun membatik, mengisi batik dengan isen – isen, sedang sebagian besar siswa monoton dan keterampilan siswa terbatas pada otodidak atau keterampilan secara turun temurun. Pengetahuan siswa tentang teori isen – isen berupa garis dan titik untuk menghias batik masih sangat kurang, padahal kualitas batik tulis ditentukan dari indahnya membuat klowong (bagian luar batik) dan mengisi isen – isen. Dalam hal sikap kemandirian, tanggungjawab. percaya diri masih kurang.
Untuk memecahkan masalah ini guru melakukan inovasi dengan cara membuat pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sekaligus memotivasi mereka untuk berinovasi melalui pembuatan isen-isen secara sistematis pada pembelajaran di kelas. Harapannya, siswa dapat mengembangkan kreativitas melalui literasi bacaan, lingkungan dan literasi berbasis teknologi informasi serta mampu berinovasi untuk menghasilkan isen-isen yang berkualitas. Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar membuat isen – isen motif batik pada siswa kelas VIIl C SMPN 2 Gedangsari dengan menggunakan metode demonstrasi. Yang dimaksud dengan hasil belajar disini adalah apabila seseorang mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya, perubahan-perubahan tersebut antara lain dari segi kemampuan berpikir, keterampilan, dan sikapnya (Wahidmurni, 2010: 18).
METODE
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis-Taggart yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan (2 x 40 menit), meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas dilakukan pada bulan Februari – Juni 2018. Subyek penelitian siswa kelas Vlll C SMP N 2 Gedangsari Tahun Ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 32 terdiri dari 19 laki – laki dan 13 perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes essay dan hasil karya siswa, lembar kegiatan siswa, serta dokumentasi foto-foto kegiatan. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel, data kualitatif berupa deskripsi temuan hasil penelitian dari pembahasan nilai-nilai hasil evaluasi pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Analisa dilakukan dengan menggunakan analisis uji ketuntasan dan analisis deskriptif komparatif. Analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tes antar siklus. Indikator capaian hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah 80% siswa tuntas sesuai dengan KKM yaitu 75, serta keterampilan siswa sudah berkembang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kondisi awal diperoleh data hasil ulangan Prakarya untuk materi Membatik berdasarkan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM = 75) masih sangat kurang (dibawah 80%). Hal itu ditunjukkan pada siswa yang belum tuntas hasil belajarnya yang memperoleh nilai kurang dari 75 sebanyak 22 siswa (68,8%) dan siswa yang tuntas hasil belajarnya dengan memperoleh nilai > 75 sebanyak 10 siswa (11,2%) dari total siswa 32. Berdasarkan hasil tersebut maka guru melakukan tindakan perbaikan pada Matapelajaran Prakarya dengan menerapkan metode demonstrasi pada materi Membatik. Pada Siklus 1, Guru menjelaskan kepada siswa tentang teori isen – isen berupa garis dan titik untuk menghias batik karena kualitas batik tulis ditentukan dari indahnya membuat klowong (bagian luar batik) dan mengisi isen – isen. Namun demikian ditemukan masih banyak siswa yang pengetahuannya masih kurang, siswa cenderung meniru gambar yang sudah ada (yang diberikan oleh guru). Guru melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dengan cara siswa: 1) melihat dan menyimak gambar di buku – buku perpustakaan, 2) melihat dan menyimak benda-benda yang ada di lingkungan sekitar, 3) melihat dan menyimak gambar melalui Smartphone dan internet di sekolah. Melalui kegiatan ini siswa menjadi lebih berminat dan tertarik pada materi pelajaran yang menghasilkan gambar berbagai variasi dalam membuat isen – isen dalam proses membatik. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Ketuntasan Belajar siswa Matapelajaran Prakarya Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Perolehan Nilai | Prasiklus | Siklus 1 | Siklus 2 | Ketuntasan | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | ||
> 75 | 10 | 31,2 | 14 | 43,7 | 28 | 87,5 | Tuntas |
< 75 | 22 | 68,8 | 18 | 56,3 | 4 | 12,5 | Tidak tuntas |
Jumlah | 32 | 100 | 32 | 100 | 32 | 100 | |
Rerata | 72,6 | 74,4 | 79 |
Ketuntasan belajar siswa pada Siklus 1 mengalami peningkatan dari kondisi awal. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM sebanyak 18 siswa dengan persentase 56,3% sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 14 siswa dengan persentase 43,7%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan sama atau diatas KKM lebih banyak dari yang tidak tuntas KKM tetapi indikator pencapaian hasil belajar Prakarya yang peneliti tentukan belum tercapai yakni 80%. Pada Siklus 2 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 4 siswa (12,5%), sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 28 siswa (87,5%). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar siswa lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas.
Keterampilan membatik siswa masih kurang terbukti apabila siswa mendapat tugas dari guru dalam praktik membatik membuat isen – isen kurang konsentrasi. Hanya sebagian siswa yang tekun membatik, mengisi batik dengan isen – isen, sedang sebagian besar siswa monoton dan keterampilan siswa terbatas pada otodidak atau keterampilan secara turun temurun, padahal kualitas batik tulis ditentukan dari indahnya membuat klowong (bagian luar batik) dan mengisi isen – isen. Pada Siklus 1 guru menerapkan pembelajaran Prakarya materi Membatik dengan metode demonstrasi. Beberapa siswa diberikan kesempatan untuk mempraktekkan membuat isen-isen seperti pada contoh gambar yang diberikan guru. Kemudian siswa diminta membuat isen-isen sendiri dengan batas waktu 40 menit. Hasil belajar siswa belum mencapai indikator 80% tuntas (minimal terampil). Siswa belum menunjukkan kemampuan mengembangkan keterampilan membuat variasi isen – isen. Guru kemudian melakukan perbaikan pada Siklus 2 dengan cara siswa: 1) melihat dan menyimak gambar di buku – buku perpustakaan, 2) melihat dan menyimak benda-benda yang ada di lingkungan sekitar, 3) melihat dan menyimak gambar melalui Smartphone dan internet di sekolah. Melalui kegiatan ini siswa menjadi lebih berminat dan menarik yang menghasilkan berbagai variasi dalam membuat isen – isen dalam proses membatik. Perbandingan nilai hasil belajar siswa untuk mengetahui terjadinya peningkatan keterampilan dalam membuat variasi isen-isen pada siswa kelas VIII C SMPN 2 Gedangsari pada Matapelajaran Prakarya sebagai berikut:
Tabel 2 Perbandingan keterampilan Membuat Isen-isen Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Perolehan Nilai | Prasiklus | Siklus 1 | Siklus 2 | Keterangan | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | ||
> 80 | 1 | 3,1 | 4 | 12,5 | 19 | 59,4 | Sangat terampil |
70-79 | 12 | 37,5 | 9 | 28,1 | 10 | 31,3 | Cukup terampil |
< 69 | 19 | 59,4 | 19 | 59,4 | 3 | 9,3 | kurang terampil |
Jumlah | 32 | 100 | 32 | 100 | 32 | 100 |
Melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa ada peningkatan keterampilan belajar siswa dalam membuat isen-isen. Indikator yang ditentukan oleh guru untuk nilai keterampilan meliputi kreativitas, kerapian dan variasi isen-isen. Pada Prasiklus dari jumlah siswa yang sangat terampil sebanyak 1 siswa (3,1%) dan kurang terampil 19 siswa (59,4%). Pada siklus i setelah diterapkan metode demonstrasi terjadi peningkatan yakni 4 siswa (12,5%) sangat terampil namun masih ditemukan siswa yang kurang terampil masih sama dengan Prasiklus yakni 19 siswa. Pada siklus 2 guru melakukan perbaikan pada proses pembelajaran sehingga terjadi peningkatan nilai keterampilan siswa sangat terampil 19 siswa (59,4%), terampil 10 siswa (31,3%) dan cukup terampil 3 siswa (9,3%). Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa pada pembuatan isen-isen dari Prasiklus sebanyak 13 siswa (40,6%), Siklus 1 terdapat 13 siswa (40,6%), dan pada Siklus 2 meningkat menjadi 29 siswa (90,7%).
Pada kondisi Prasiklus selama proses pembelajaran lebih dari sebagian siswa belum memiliki sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas meskipun guru sudah memberi waktu 40 menit untuk mengerjakan tugasnya, banyak waktu yang terbuang belum paham apa yang harus dikerjakan. Siswa masih banyak mencontoh gambar dan alat peraga yang dibuat guru, tidak mandiri dan sangat tidak percaya diri karena hasil yang dikerjakan tidak bagus. Untuk memperbaiki nilai sikap siswa, pada Siklus 1 guru melakukan perbaikan dengan cara 1) memberi jobsheet kepada semua siswa dan setiap siswa diminta memilih 5 gambar yang wajib dikerjakan dengan waktu 40 menit. Setelah selesai mengerjakan tugasnya siswa diminta menampilkan gambar isen-isen dan hasil pembuatannya. Namun hasilnya belum semua baik seperti yang diharapkan oleh guru. Guru kemudian melakukan perbaikan pada Siklus 2 dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk melihat gambar isen-isen dengan menggunakan alat handphone/tablet/komputer, lingkungan (daun yang sesungguhnya, koleksi batik di rumah), dan literasi di perpustakaan. Hasilnya ternyata lebih dari sebagian siswa melakukan semua yang ditugaskan guru dengan penuh tanggungjawab, saat mencari gambar isen-isen siswa memiliki kemandirian tanpa harus didampingi guru, serta saat menyampaikan hasil tugasnya siswa sudah memiliki rasa percaya diri. Hasil nilai sikap ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3 Perbandingan Hasil Nilai Sikap Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Keterangan | Prasiklus | Siklus I | Siklus II | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | |
Tanggungjawab | ||||||
a. Sangat baik | 1 | 3,1 | 10 | 31,3 | 20 | 62,5 |
b. Baik | 12 | 37,5 | 13 | 40,6 | 10 | 31,3 |
c. Cukup | 19 | 59,4 | 9 | 28,1 | 2 | 6,2 |
Mandiri | ||||||
a. Sangat baik | 5 | 15,6 | 15 | 46,9 | 23 | 71,9 |
b. Baik | 9 | 28,1 | 12 | 37,5 | 8 | 25 |
c. Cukup | 18 | 56,3 | 5 | 15,6 | 1 | 3,1 |
Percaya diri | ||||||
a. Sangat baik | 2 | 6,2 | 13 | 40,6 | 22 | 68,8 |
b. Baik | 5 | 15,6 | 8 | 25 | 8 | 25 |
c. Cukup | 25 | 78,2 | 11 | 34,4 | 2 | 6,2 |
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa ada peningkatan nilai sikap tanggungjawab siswa dari prasiklus 40,7% setelah dilaksanakan tindakan menjadi 71,9% pada Siklus 1 meningkat pada siklus 2 sebesar 93,8%. Demikian juga untuk sikap kemandirian dari 43,7% menjadi 84,4% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 96,9% pada Siklus 2. Untuk sikap percaya perolehan nilai prasiklus sebesar 21,8% meningkat pada Siklus 1 menjadi 65,6% dan pada akhir siklus 2 meningkat menjadi 93,8%. Berdasarkan data hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai sikap siswa pada tanggungjawab, kemandirian, dan percaya diri pada materi Membatik dengan membuat isen-isen secara langsung dapat meningkat pada siswa kelas VIII C SMPN 2 Gedangsari tahun ajaran 2017/2018.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan dari hasil belajar Prasiklus, Siklus 1, dan siklus 2 dengan nilai KKM 75 menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa pada siklus 1 ada 14 siswa dan pada Siklus 2 siswa tuntas menjadi 28 siswa. Pada setiap siklus terdapat peningkatan hasil belajar siswa dan terbukti bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi pada materi membatik membuat isen-isen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Matapelajaran Prakarya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya asil tes evaluasi dari tiap-tiap siklus. Berdasarkan data yang diperoleh pada Siklus 1, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 32 siswa, siswa yang tuntas berjumlah 14 siswa (43,7%) meningkat pada Siklus 2 menjadi 28 siswa (87,5%). Pada pembelajaran Siklus 2 ini indikator capaian yang peneliti tentukan sebesar 80%, untuk persentase ketuntasan telah tercapai yakni sebesar 87,5% dengan jumlah siswa yang tuntas KKM sebanyak 28 siswa.
Hasil belajar siswa meningkat seiring meningkatnya kinerja guru, aktivitas siswa selama pembelajaran dalam mengerjakan karyanya dan perubahan pada sikapnya yakni memiliki rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam mengerjakan tugasnya. Siswa yang tidak tuntas berjumlah 4, hal ini karena 1) siswa tidak bisa menyelesaikan tugas, 2) malas mengerjakan tugas, 3) siswa mengerjakan semaunya, 4) tidak mempunyai rasa tanggungjawab. Peran serta media berupa smartphone yang menampilkan gambar menambah daya tarik tersendiri dan mengaktivasi siswa melakukan pembelajaran aktif, hal ini sesuai dengan pernyataan Kristiyanto (2017) bahwa media pembelajaran aktif dapat mengaktivasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran aktif baik aktif fisik maupun kognitif.
Jadi ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa karena metode demonstrasi membuat isen-isen melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak hanya berpusat kepada guru tetapi juga menumbuhkan sikap tanggung jawab, kemandirian, dan kepercayaan diri siswa untk mengembangkan kreativitasnya yang menghasilkan motif batik yang inovatif. Dalam hal pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator. Penelitian ini guru mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dari suasana belajar yang demikian dapat mempengaruhi semangat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat lebih baik pada Siklus 1 dan lebih meningkat lagi pada Siklus 2. Dengan meningkatnya hasil belajar Prakarya mteri membatik berdasarkan data-data yang telah diuraikan di atas, maka penerapan metode pembelajaran demonstrasi membuat isen-isen secara langsung terbukti berhasil dapat meningkatkan hasil belajar Prakarya pada siswa kelas VIIIC SMPN 2 Gedangsari.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan baha dengan menggunakan metode demonstrasi membuat isen-isen secara langsung meningkatkan hasil belajar Prakarya Siswa kelas VIII C SMPN 2 Gedangsari pada Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat melalui hasil belajar yang diperoleh siswa dari pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran Prakarya. Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan dari jumlah sisa 32 hanya terdapat 10 siswa (31,2%) yang mencapai KKM. Pada siklus 1 terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa (43,7%), sedangkan pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 28 siswa (87,5%).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran pengaruh penggunaan metode demonstrasi membuat isen-isen secara langsung terhadap hasil belajar Prakarya sebagai berikut:
- Guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa bersemangat.
- Guru hendaknya memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran baik buku-buku yang ada di perpustakaan, peralatan teknologi informasi (Handphone/tablet) dan lingkungan sehingga siswa dapat menggunakannnya untuk mengembangkan kreativitas dan berinovasi dalam mengembangkan ilmu dan mengerjakan tugasnya.
- Siswa hendaknya senantiasa giat belajar dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berani bertanya kepada guru mengenai berbagai hal yang belum diketahui atau dipahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suroyo, Tati. Sumber Isen-isen. https://www.facebook.com/pg/AmayraBatik
Indonesia/photos/?tab=album&album_id=577639428967635
Wahidmurni, Alifin Mustikawan dan Ali Ridho. 2010. Evalausi Pembelajaran, Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Lentera
Kristiyanto, W.H. 2017. Implementasi Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Aktif dengan Pendekatan Baru sebagai Wujud Profesionalisme Guru di Era Global. Prosiding Seminar Nasional ALFA VII. Universitas PGRI Semarang