Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Number Head Together
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)
Tri Anitawati
MTs Negeri Lasem
ABSTRAK
Berdasarkan refleksi diri peneliti di MTs N Lasem ditemukan masalah dalam pembelajaran di kelas IXF semester 1 tahun 2015/2016: Guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang demikian menyebabkan aktivitas siswa kurang terlihat sehingga hasil belajar siswa rendah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS pada siswa kelas IXF MTs N Lasem?â€. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk Meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPSmelalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas IXF MTs N Lasem.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang diterapkan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IXF MTs N Lasem. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi/pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan guru dalam siklus I pertemuan pertama mendapat skor 23(baik), kemudian meningkat pada siklus I pertemuan kedua menjadi 27 (baik), siklus II pertemuan pertama mendapat skor 30 (sangat baik), dan siklus II pertemuan keduamendapat skor35 (sangat baik). (2) Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama mendapat skor 21,8 (cukup), kemudian meningkat pada siklus I pertemuan kedua menjadi 25,3 (baik), siklus II pertemuan pertama mendapat skor 28,6 (baik), dan siklus II pertemuan kedua mendapat skor 32 (sangat baik). (3) Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I pertemuan pertama sebesar 60%, kemudian meningkat pada siklus I pertemuan kedua menjadi 69%, siklus II pertemuan pertama sebesar 77%, dan pada siklus II pertemuan kedua sebesar 91%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 80% telah terpenuhi sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil.Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IXF yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Saran bagi guru adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran IPS di MTs.
Kata kunci: Hasil Belajar dan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan bekerjasama. Berdasarkan KTSP ( 2006 ), tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan wahana untuk menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam kehidupannya di masyarakat. Maka pada mata pelajaran IPS diupayakan mencapai hasil yang maksimal. Pada umumnya peningkatan prestasi belajar siswa merupakan tujuan yang diikuti upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mencakup materi yang sangat luas. Materi yang sangat luas tersebut cenderung bersifat hafalan. Dalam pelaksanannya dituntut untuk dapat mancapai target ketuntasan, sehingga perlu adanya perencanaan, metode dan media.
Sebagai peneliti dan juga guru mata pelajaran IPS di kelas IXF MTs Negeri Lasem menyadari dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang variatif, peneliti cenderung mengajar dengan metode ceramah di mana pembelajaran hanya berkutat pada siapa yang bicara dan siapa yang harus mendengarkan, hal ini berakibat terjadinya kegaduhan dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran menjadi kurang menarik yang mengakibatkan menurunnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.Siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bosan saat KBM berlangsung, sehingga hasil belajar siswa rendah. Kegiatan pembelajaran tersebut belum menunjukkan keterlibatan siswa, sehingga banyak siswa kurang berminat dalam pembelajaran IPS Hal ini ditambah dengan adanya anggapan bahwa mata pelajaran IPS bersifat hafalan dan materi yang ada dalam IPS sangat luas dan dalam untuk dipahami karena kurang sesuai dengan tingkat berfikir anak. Hal ini mengakibatkan pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan analisis data hasil belajar IPS siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem pada saat ulangan harian didapat 49% yaitu (17 dari 35 siswa) belum tuntas. N ilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30, dengan rata-rata 71. Adapun kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
Melihat permasalahan tersebut, untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa diperlukan suatu solusi yang tepat. Dengan berpijak pada teori belajar konstruktivisme, adapun solusi tersebut adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Number Head Together (NHT) pada saat pembelajaran IPS. Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran agar siswa dapat lebih aktif, meningkatkan hasil belajar siswa, serta menigkatkan keterampilan guru. Peneliti menerapkan model pembelajaran NHT untuk memecahkan masalah di atas. Model pembelajaran NHT ini didalamnya menekankan pada aktivitas sehingga siswa dapat melahirkan gagasan baru dalam menyelesaikan masalah yang disampaikan oleh guru. Dan diharapkan melalui model NHT siswa secara langsung bisa mengatahui contoh-contoh nyata masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggal. Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, dimana siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:1) Bagaimanakah penerapan model Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem Tahun Pelajaran 2015/2016? 2) Bagaimanakah penerapan model Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem tahun pelajaran 2015/2016? 3) Bagaimanakah penerapan model Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem tahun pelajaran 2015/2016?
Laporan penelitian ini ditulis bertujuan untuk: 1) Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem tahun pelajaran 2015/2016 melalui model Kooperatif tipe NHT. 2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem tahun pelajaran 2015/2016 melalui model Kooperatif tipe NHT. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi negara maju dan negara berkembang pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem tahun pelajaran 2015/2016 melalui model Kooperatif tipe NHT.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam (Poerwanti 2008) hasil belajar dalam rangka studi dapat dicapai melalui ranah kognitif. Hasil belajar intelektual dalam taksonomi Bloom,kita sering mengenalnya dengan C1 s.d. C6. Pada revisi ini, jika dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya, ada pertukaran pada posisi C5 dan C6 dan perubahan nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganti dengan Create. Lebih lanjut Anderson dalam e-learning gunadarma.ac.id (diunduh tanggal 20 Juli 2016, jam 14.00 WIB) menjelaskan:
a. Ranah Kognitif meliputi: Remember (mengingat), Understand (memahami), Apply (menerapkan), Analyze (menganalisa), Evaluate (mengevaluasi), Create (menciptakan)
b. Ranah Afektif, Hasil belajar ini berkenaan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (Organization), dan pembetukan pola hidup (organization by value complex).
c. Ranah Psikomotor, Tujuan pembelajaran psikomotorik adalah menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek, dan koordinasi obyek. Kategori jenis prilaku ranah psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), dan gerakan kompleks (complex overt response) Elizabet Simson dalam (Anni dkk 2007).
Pembelajaran Model Number Head Together
Slavin (2010) mengungkapkan bahwa menomori orang bersama (NumberHead Together) pada dasarnya adalah sebuah varian dari Grup Discussion; pembelokannya yaitu hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Metode Russ Frank ini adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab indivdual kepada diskusi kelompok. Secara singkat Hamdani (2011) menjelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah model belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai NHT, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT adalah sejenis model pembelajaran kelompok dengan ciri khususnya adalah setiap anggota kelompok mempunyai nomor. Nomor ini adalah identitas dari siswa. Penomoran tersebut akan dipanggil mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan memberikan tanggapan terhadap kelompok lain. Dengan catatan guru memanggil secara spontan, sehingga setiap siswa dituntut untuk menguasai tugas kelompoknya dan harus siap untuk mempresentasikan maupun memberikan tanggapan terhadap hasil dari kelompok lain. Sintaks model Cooperative Learning tipe NHT adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5) Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain.
6) Kesimpulan. (Hamdani, 2011)
METODE PENELITIAN
Penelitian yang telah dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010), PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tujuan PTK untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara. Penelitian Tindakan Kelas ini mempunyai tujuan meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. Pelaksanaan PTK terdapat 4 tahap di dalamnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempatnya harus terencana dengan sebaik mungkin agar pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan peneliti dan sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas itu sendiri (Arikunto 2009).
Rancangan dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, adapun langkah- langkah sistematisnya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menurut Suhardjono (Arikunto, 2009) pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan
Pelaksanan tindakan adalah implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah yaitu mengenai tindakan kelas. (Arikunto, 2009). Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Numbered Heads Together sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnyaPenelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu: (a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan akhir.
3. Pengamatan
Observasi / pengamatan adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan lembar pengamatan sebagai instrumen pengamatan (Arikunto 2010). Kegiatan observasi ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran IPS pada siswa kelas IXF MTs Negeri Lasem. Observasi ini menitik beratkan pada keterampilan guru, dan aktivitas siswa, dalam pembelajaran IPS melalui model Number Head Together yang menggunakan lembar pengamatan ketrampilan guru dan aktivitas siswa.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah kembali apa yang telah diamati dalam kegiatan pembelajaran seperti keterampilan guru dalam pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa, apakah sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam indikator keberhasilan pada siklus pertama, serta mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti melakukan beberapa perubahan pada siklus kedua dan seterusnya agar pelaksanaannya dapat berjalan lebih efektif dan sesuai harapan peneliti.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IXF tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MTs Negeri Lasem terletak di jalan Sunan Bonang Km.01 Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.
Sumber data: siswa, guru, dokumen , dan catatan lapangan. Jenis Data Data Kuantatif yaitu Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan (Herrhyanto dan Akib, 2008). Data kuantitatif berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian tindakan dengan lembar penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan Data Kualitatif, yaitu data kualitatif adalah data yang berbentuk kategori atau atribut (Herrhyanto dan Akib, 2008). Data kualitatif menerangkan minat siswa dalam belajar, suasana kelas, dan aktifitas siswa yang dapat diperoleh dari lembar observasi mengenai aktifitas siswa baik secara individu maupun dalam kelompok. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan keterampilan guru, aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Teknik Pengumpulan Data melalui Metode Observasi, metode Tes dan dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data antara lain analisis Data Kuantitatif yaitu Aspek-aspek yang di analisa pada penelitian ini adalah berupa jumlah jawaban yang benar, jumlah jawaban yang salah, nilai rata-rata kelas, ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada setiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi atau tes akhir siklus berupa soal tes tertulis,
Analisis Data Kualitatif yaitu Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa. Untuk menghitung nilai aktivitas siswa yang diperoleh melalui observasi menurut Poerwanti, dkk (2008) dalam mengolah data skor dapat dilakukan langkah sebagai berikut: a) Menentukan rentang skor, b) Menentukan skor terendah, c) Menentukan skor tertinggi, d) Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang.
HASIL PENELITIAN
a. Keterampilan guru
Rekapitulasi Keterampilan Guru Siklus I dan Siklus II
No |
Keterampilan guru |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
2 |
1 |
2 |
||
1 |
Keterampilan membuka pelajaran |
3 |
4 |
4 |
4 |
2 |
Keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjut |
2 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Keterampilan menjelaskan |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
Keterampilan mengadakan variasi |
3 |
3 |
3 |
4 |
5 |
Keterampilan mengelola kelas |
3 |
3 |
4 |
4 |
6 |
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil |
2 |
3 |
3 |
3 |
7 |
Keterampilan memberi penguatan |
3 |
3 |
3 |
4 |
8 |
Keterampilan mengadakan refleksi dan evaluasi |
2 |
3 |
3 |
4 |
9 |
Keterampilan menutup pelajaran |
3 |
3 |
3 |
4 |
Jumlah skor yang diperoleh |
23 |
27 |
30 |
35 |
|
Kategori |
Baik |
Baik |
Sangat Baik |
Sangat Baik |
|
Kualifikasi |
Tuntas |
Tuntas |
Tuntas |
Tuntas |
Keterampilan guru dalam penelitian ini meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat pada data siklus I pertemuan pertama keterampilan guru memperoleh skor 23 dengan kriteria baik. Pada siklus I pertemuan kedua meningkat menjadi 27 dengan kriteria baik. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 30 dengan kriteria sangat baik, dan pada siklus II pertemuan kedua meningkat dengan perolehan skor 35 termasuk dalam kriteria sangat baik.
b. Aktivitas siswa
Rekapitulasi Aktivitas Siwa Siklus I dan Siklus II
No |
Indikator |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
2 |
1 |
2 |
||
1 |
Kesiapan dan semangat siswa mengikuti proses pembelajaran (Emotional activities). |
2,6 |
3,2 |
3,4 |
3,6 |
2 |
Menanggapi apersepsi (Mental activities). |
2,4 |
2,8 |
3,2 |
3,5 |
3 |
Memperhatikan informasi yang disampaikan guru (Listening activities,Visual activities). |
2,4 |
2,8 |
3,2 |
3,5 |
4 |
Ketertiban pada saat pembentukan kelompok dan penomoran (emotional activities) |
2,4 |
2,9 |
3,2 |
3,6 |
5 |
Mendiskusikan lembar pertanyaan yang diberikan guru (Mental Activities, Motor Activities, writing Activities) |
2,2 |
2,7 |
3,0 |
3,4 |
6 |
Kerjasama dalam kelompok (guru (Mental Activities, Motor Activities, writing Activities)) |
2,6 |
2,7 |
3,1 |
3,5 |
7 |
Melaporkan hasil diskusi kelompok (Oral Activities) |
2,2 |
2,4 |
3,0 |
3,5 |
8 |
Ketertiban siswa ketika mendapatkanpenghargaan dari guru (emotional activities) |
2,6 |
2,9 |
3,2 |
3,5 |
9 |
Membuat kesimpulan diskusi/pembelajaran bersama guru (oral activities) |
2,4 |
2,9 |
3,3 |
4,0 |
Jumlah |
21,8 |
25,3 |
28,6 |
32 |
|
Kategori |
C |
B |
SB |
SB |
Aktivitas siswa dalam penelitian ini meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat pada data siklus I pertemuan pertama mendapatkan skor ratarata 21,8 dan dalam kategori cukup. Pada siklus I pertemuan kedua skor meningkat menjadi 25,3 dengan kategori baik. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama skor meningkat lagi menjadi 28,6 dengan kategori baik. Dan yang terakhir pada siklus II pertemuan kedua skor meningkat menjadi 32 dengan kategori sangat baik.
c. Hasil belajar siswa
Peningkatan hasil belajar
No |
Pencapaian |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
2 |
1 |
2 |
|||
1 |
Rata-Rata |
71 |
73 |
76 |
79 |
81 |
2 |
Nilai Tertinggi |
90 |
90 |
100 |
100 |
100 |
3 |
Nilai Terendah |
30 |
30 |
50 |
60 |
60 |
4 |
Jumlah Tuntas |
18 |
21 |
24 |
27 |
32 |
5 |
Jumlah Belum |
17 |
14 |
11 |
8 |
3 |
6 |
Prosentase Ketuntasan Tuntas |
51% |
60% |
69% |
77% |
91% |
7 |
Prosentase ketidaktuntasan |
49% |
40% |
31% |
23% |
9% |
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini meningkat pada setiap siklusnya. Data hasil belajar yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama di kelas IX F MTs N Lasem pada mata pelajaran IPS ini menunjukkan bahwa nilai terendah siswa adalah 30, nilai tertinggi 90 dengan rata- rata 73 dan ketuntasan klasikal 60%. Sedangkan pada siklus I pertemuan kedua rata-rata hasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata 76 dan ketuntasan klasikal 69%. Nilai ketuntasan belajar setiap siswa disesuaikan dengan Kategori Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran IPS yang sudah ditentukan oleh MTs N Lasem yaitu 75, sedangkan indikator keberhasilan yang ditetapkan untuk kategori ketuntasan klasikal adalah 80%. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal siswa belum mencapai 80% sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Rata-rata hasil belajar pada siklus II pertemuan pertama yang dicapai oleh siswa adalah 79 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 77%. Sedangkan pada siklus II pertemuan kedua hasil belajar ssiswa meningkat dengan perolehan rata-rata sebesar 81 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 91% Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian penelitian ini berhenti sampai di siklus II. Adapun pada siklus II pertemuan kedua ini masih terdapat 3 siswa yang belum tuntas. Untuk mengatasi masalah tersebut guru melaksanakan perbaikan dengan memberikan remedial berupa pemberian tugas perseorangan untuk mengerjakan soal yang bentuknya sejenis dengan tes formatifpada siklus II pertemuan kedua sehingga dapat mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75.
Pencapaian hasil belajar ini tidak terlepas dari upaya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang menarik serta mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran guru membimbing, memotivasi, serta menjadi fasilitator bagi siswa dalam proses pemerolehan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson dalam e-learning gunadarma.ac.id (diunduh tanggal 20 Juli 2016, jam 14.00 WIB)
Anni, Catharina Tri dan Ahmad Rifa’i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:Unnes Press.
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP.2006.Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Jakarta:BSNP
Hamdani. 2011. Model pembelajaranMengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas
Slavin, E.Robert. 2010. Cooperative Learning. Penerjemah Yusron, Narulita. Bandung: Nusa Media.