Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Metode Peta Konsep
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
MENGGUNAKAN METODE PETA KONSEP (MIND MAP)
Khofsah
SD Negeri Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan penggunaan metode peta konsep bagi siswa kelas III SD Negeri Bonang tahun pelajaran 2016-2017.Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Desain penelitian ini terdiri dari II siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Bonang yang berjumlah 24 siswa.Objek penelitian adalah meningkatkan hasil belajar IPS melalui metode peta konsep (Mind Map). Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan soal tes atau evaluasi hasil belajar. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diterapkannya metode peta konsep pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diperoleh sebanyak 5 siswa (20%) tuntas dan 20 siswa (80%) belum tuntas dan nilai rata-rata kelas 60%. Namun setelah pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siklus I dan II diperoleh data bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hasil tes siklus I diperoleh sebanyak 13 siswa atau 54% tuntas dan 11 siswa atau 46% belum tuntas. Kemudian pada hasil tes siklus II menunjukkan 21 siswa atau 88% tuntas dan 3 siswa atau 12%. Dengan adanya peningkatan yang terjadi pada siswa yang telah mencapai 88% maka dinyatakan bahwa standar keberhasilan telah mencapai 75% dan tuntas.
Kata Kunci: Hasil Belajar IPS, Metode Peta Konsep (Mind Map)
PENDAHULUAN
Menurut Khoir (2012) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan sebagai tujuan pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berperan untuk mengfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu yang bersifat teoritik ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat, dengan kata lain bahwa IPS secara general, mencakup upaya untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap siswa secara utuh.
Selama ini pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Negeri Bonang yang dilaksanakan cenderung ke arah pembahasan teori yang bersifat khusus (tematik teoritik) dan berdasarkan materi yang ada di dalam buku (text book oriented) sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari materi hafalan saja. Sebagai contoh pengamatan yang dilakukan di SD Negeri Bonang ini kebanyakan guru masih memberi materi tanpa adanya variasi dalam menyampaikan materi pada siswa. Siswa SD Negeri Bonang mengalami kesulitan untuk mencerna dan tidak dapat mengembangkan interaksi dengan sesamanya sebagai latihan hidup di masyarakat. Di sekolah siswa hanya memperoleh hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta, sementara pemahaman dan mengembangkan interaksi belum dapat mereka kuasai. Untuk itu pemerintah banyak melakukan usaha perbaikan melalui kurikulum yang lebih memberdayakan anak. Dalam kurikulum tersebut guru diharapkan untuk dapat memilih metode, strategi atau pendekatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Nurhadi 2004).Peneliti sekaligus sebagai guru mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menyadari bahwa selama ini dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dilaksanakan di SD Negeri Bonang yaitu menggunakan metode pembelajaran secara konvensional. Siswa kelas III SD Negeri Bonang diharuskan untuk menerima dan menghafal seluruh materi, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Selain itu peneliti masih kurang kreatif dan berinovasi dalam menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang dapat memberikan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga akan menarik siswa untuk dapat menangkap materi yang disampaikan.
Berdasarkan data hasil ujian semester genap di kelas II SD Negeri Bonang, menunjukkan data hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong rendah, yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 67. Dari hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada semester genap terdapat 11 siswa (44%) dari 24 siswa yang mencapai KKM, sedangkan 14 siswa (58%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata yang diperoleh 59,09. Guna mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti akan mencoba menggunakan metode yang dapat diterima dan mudah dipahami siswa kelas III SD Negeri Bonang. Metode yang digunakan oleh peneliti ialah metode peta konsep yang menarik bagi siswa dengan memberikan beberapa warna pada bagan peta konsep, kreatif dalam mendesain bagan peta konsep, dan inovatif dalam mengembangkan pemikiran serta imajinasi pada siswa itu sendiri, guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan karakteristik anak SD kelas III yang berimajinasi tinggi serta berfikir kreatif, maka metode peta konsep ini dirancang semenarik mungkin bagi siswa sehingga dapat mengembangkan kekreatifitasannya dan imajinasinya. Metode peta konsep dapat juga membantu guru dalam mengembangkan materi pelajaran melalui bagan konsep, sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar. Melalui bagan konsep siswa juga dapat lebih cepat dalam memahami materi yang disajikan oleh guru.
Masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pokok bahasan lingkungan alam dan buatan dengan menggunakan metode peta konsep (Mind Map) pada siswa kelas III SD Negeri Bonang Tahun Pelajaran 2016-2017.
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pokok bahasan lingkungan alam dan buatan dengan menggunaan metode peta konsep (Mind Map) pada siswa kelas III SD Negeri Bonang Tahun Pelajaran 2016-2017.
LANDASAN TEORI
Hasil Belajar
Menurut Nasution (1982) mengartikan belajar sebagai berikut. Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku, sehingga terjadi perubahan baik pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kelakuannya. Dengan kata lain ada perbedaan sikap dan tingkah laku antara sebelum dan sesudah belajar.
Pada proses belajar mengajar, hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor yang berasal dari luar (external).
a) Faktor dari dalam (internal)
Yaitu faktor yang berasal dari diri siswa yang sedang belajar. Faktor internal dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut.
ü Kondisi fisiologis, meliputi keadaan fisiologi secara umum yakni kemampuan, keutuhan anggota badan, keadaan gizi, dan kondisi panca indera.
ü Kondisi psikiologis, meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.
b) Faktor dari luar (external).
Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari luar diri siswa yang sedang belajar. Faktor external dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut.
ü Faktor lingkungan, meliputi lingkungan alami yakni suhu, udara, iklim, dan lingkungan sosial meliputi masyarakat dan teman belajar.
ü Faktor instrumental, yaitu yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai hasil belajar yang diharapkan.
ü Faktor instrumental meliputi kurikulum, metode, program, sarana, fasilitas, dan tenaga pengajar/guru. Faktor inilah yang dapat dimanipulasi untuk lebih meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus dapat memodifikasi sedemikian rupa faktor-faktor instrumental di luar seperti metode, program dan sarana, serta fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar.
Doran , dkk: Iskandar (2004) peta konsep adalah diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukan pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Peta konsep merupakan cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi dalam bentuk proporsi melalui proses belajar alamiah dan berfikir. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensi progresif dan penyesuaian integratif diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami.
Menurut Dahar (1988) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep:
1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep
2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
3. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
4. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama
Langkah-langkah dalam memperkenalkan metode peta konsep kepada siswa sebagai berikut:
1. Siswa bersama guru memahami suatu ide, hal ini merupakan cara yang baik untuk menolong siswa belajar yang bermakna, yaitu membimbing mereka untuk melihat peranan konsep dan hubungan antara konsep yang terdapat di dalam pikiran dan lingkungan eksternal mereka,
2. Siswa dibimbing oleh guru untuk mencari konsep-konsep yang spesifik, baik dari segi materi tertulis maupun dari segi materi yang akan disampaikan secara lisan, kemudian mencari hubungan diantara konsep-konsep itu. Konsep-konsep yang dirangkaikan oleh kata-kata penghubung (linking words) merupakan unit-unit bahasa yang mengungkapkan makna yang penting,
3. Siswa ditekankan dan dibimbing guru bahwa peta konsep mengungkapkan suatu cara menggambarkan konsep-konsep, dan hubungan diantara konsep tersebut.
Secara aplikatif, strategi penerapan peta konsep dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa, memiliki strategi memperkenalkan peta konsep mencakup dua aktivitas menurut Alief (Novak dan Gowin, 1985) mempersiapkan peta konsep yang meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) buatlah daftar kata-kata yang cukup dikenal oleh siswa pada papan tulis untuk objek-objek dan kejadian/peristiwa misalnya kata lingkungan alam dan lingkungan buatan; (2) tanyakanlah kepada siswa, bagaimanakah mereka menggambarkan hubungan apabila mereka mendengarkan kata lingkungan alam dan lingkungan buatan. (3) buatlah daftar kata-kata penghubung seperti adalah, dengan, berupa, sehingga, dapat. Tanyakan kepada siswa, apa saja yang mereka pikirkan tentang kata-kata tersebut. Kata-kata tersebut bukan kata-kata konsep melainkan kata penghubung bila mana dirangkaikan dengan kata konsep akan membentuk kalimat yang bermakna. (4) buatlah beberapa kalimat pendek yang menggambarkan rangkaian kata-kata konsep dan kata penghubung sehingga dapat bermakna. (5) siswa ditugaskan untuk membuat kalimat-kalimat pendek dari konsep-konsep dan kata penghubung yang diberikan. (6) pilihlah materi dari buku yang sesuai dengan penggunaan metode peta konsep, kemudian materi tersebut dibaca oleh siswa, selanjutnya siswa ditugaskan untuk mencari konsep kunci, kemudian siswa akan ditugaskan untuk mencatat konsep yang mereka temukan serta menghubungkan dengan kata penghubung yang sesuai sehingga terbentuklah suatu kalimat yang bermakna
METODE PENELITIAN
Dalam rencana penelitian tindakan kelas ini metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif. Metode deskritif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan sunjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagimana adanya.Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas/PTK menurut Suharsimi Arikunto dkk (2007) perencanaan dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, di mana, oleh siapa, dan bagaimana. Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan kelas. Pengamatan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusntya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan berlangsung pada waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan bersifat kolaboratif/kolaborasi dalam penelitian ini peneliti dan kolaborator atau teman sejawat sesama guru bekerja sama dalam proses pelaksanaan penelitian, dalam penelitian kolaborasi pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, yang dinilai oleh kolaborator guru/teman sejawat. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Bonang, khususnya bagi siswa kelas III semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2016-2017 yang berjumlah 24 orang, terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 11 orang dan siswa perempuan berjumlah 13 orang perempuan. Tahap Perencanaan Kegiatan yang disiapkan antara lain: mengidentifikasi kebutuhan siswa, mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran, merumuskan indikator yang akan dicapai, merancang pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep, menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, membuat lembar observasi siswa dan guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan berlangsung dan membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil yang telah dilakukan. Tahap Pelaksanaan Tahap ini peneliti melakukan pembelajaran di kelas III SDN Bonang dengan guru kolabolator yaitu Ibu Maelani, S.Pd dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode peta konsep (mind Map). Tahap Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborasi. Pengamatan dilakukan ketika guru sedang melakukan tindakan.Selama kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam kelas, guru kolaborasi melakukan pengamatan baik terhadap siswa maupun guru peneliti yang melaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan format observasi dan Lembar Nilai siswa. Tahap Refleksi Pada siklus ini peneliti melihat hasil belajar siswa dalam pelajaran masih belum maksimal karena masih ada siswa yang di bawah KKM. Untuk perbaikan, peneliti menyusun tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Data berupa skor kemampuan guru merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada SDN Bonang.Data berupa skor kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN Bonang.Data berupa hasil belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep untuk menigkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran lingkungan alam dan buatan kelas III SDN Bonang.Tehnik pengumpul data pada pelaksanaan penelitian ini Observasi langsung, pengukuran pada pelaksanaan pembelajaran dikelas. Lembar observasi untuk tehnik observasi langsung lembar observasi untuk guru dan siswa. Dan tes untuk tehnik pencermatan dokumen dengan teknik ini mengumpulkan hasil tes yang digunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar setelah proses pembelajaran. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai, pra siklus, siklus I dan siklus II. Berdasarkan perbandingan nilai tersebut, juga akan diketahui perbandingan ketuntasan klasikal setelah siklus I dan setelah siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pra tindakan tersebut, 19 siswa atau 79% siswa belum tuntas dan 5 siswa atau 21% siswa tuntas. Dengan ini bahwa perolehan hasil belajar siswa pada pra siklus masih menunjukkan hasil yang sangat kurang. Hasil deskriptif ini memberikan makna bahwa masih terdapat siswa yang masih mendapat perhatian dalam peningkatan hasil belajar. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan perbaikan hasil menggunakan metode peta konsep terutama siswa yang nilainya masih di bawah nilai KKM yaitu 67. Berdasarkan hasil tabel harus mendapat perlakuan yang lebih baik dalam siklus I.
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
No |
Nilai |
Siswa |
Prosentase |
Kategori |
1 |
X Ë‚ 67 |
19 |
79 |
Tidak Tuntas |
2 |
X ≥ 67 |
5 |
21 |
Tuntas |
Persentase observasi keterlaksanaan pembelajaran
No |
Kegiatan |
Keterlaksanaan (%) |
1 |
Pra Pembelajaran |
83,3 |
2 |
Awal Pembelajaran |
50 |
3 |
Inti Pembelajaran |
70 |
4 |
Penutup |
75 |
Secara keseluruhan guru telah mampu menyiapkan pembelajaran dengan baik tetapi dalam pelaksanaannya masih terjadi kurangnya kesesuaian dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru belum begitu memperhatikan motivasi belajar siswa yang seharusnya mampu dikembangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pada kegiatan inti di mana guru belum sepenuhnya melibatkan siswa dalam penggalian atau penempatan ide-ide yang digunakan dalam pembelajaran. Perhatian siswa akan pembelajaran masih kurang, ini dibuktikan dengan masih adanya siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga sampai dengan pelaksanaan eksperimen pun siswa masih belum maksimal dalam mencari jawaban. Hal ini ditunjukan dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang belum mampu melakukan rangkai pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat diam saat kebingungan untuk mngerjakan peta konsep tersebut.
Selain hasil observasi yang berupa aktivitas kegiatan siswa dan guru, peneliti akan memaparkan tingkat hasil belajarsiswa yang telah diperoleh pada siklus I sebagai berikut.
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No |
Nilai |
Siswa |
Prosentase |
Kategori |
1 |
X Ë‚ 67 |
13 |
46% |
Tidak Tuntas |
2 |
X ≥ 67 |
11 |
54% |
Tuntas |
Hasil dari indikator tersebut maka dibandingkan kategori keberhasilan yaitu 75% pada kategori tuntas dan siklus I.
Persentase observasi keterlaksanaan pembelajaran
No |
Kegiatan |
Keterlaksanaan |
1 |
Pra Pembelajaran |
100 |
2 |
Awal Pembelajaran |
100 |
3 |
Inti Pembelajaran |
100 |
4 |
Penutup |
100 |
Berdasarkan hasil observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru mampu membimbing dengan baik dan siswa memperoleh keluasaan serta kesempatan penuh dalam mengidentifikasi dan menggali ide-ide pembelajaran.
Pertemuan pertama adalah materi lingkungan alam dan buatan. Pada kegiatan awal, guru mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi kepada siswa. Tahap selanjutnya, guru memberikan pertanyaan mengenai masalah yang terjadi pada kita tentang lingkungan alam dan buatan. Guru membimbing siswa dalam mencari ide pokok dan sekunder untuk dapat melengkapi peta konsep yang telah disediakan.
Secara garis besar keterlaksanaan pembelajaran dari pertemuan tersebut, guru melakukan semua aktivitas yang ada dalam lembar observasi. Pada siklus ini pelaksanaan pembelajaran dengan metode peta konsep hampir memperoleh hasil yang masimal. Terlihat dari proses dan tahap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa lebih baik. Keaktifan siswa lebih baik dalam mencari ide pokok dan ide sekunder yang ada pada lingkungan sekitarnya dan melengkapi peta konsep.
Selain hasil observasi yang berupa aktivitas guru, peneliti akan memaparkan tingkat ketuntasan belajar siswa yang telah diperoleh pada siklus II sebagai berikut.
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No |
Nilai |
Siswa |
Prosentase |
Kategori |
1 |
X Ë‚ 67 |
3 |
12% |
Tidak Tuntas |
2 |
X ≥ 67 |
21 |
88% |
Tuntas |
Persentase perbandingan jumlah siswa tuntas hasil belajar pada siklus I dan Siklus II
Siklus |
|
|
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
Rata-Rata |
|
Siklus I |
11(54%) |
13 (46%) |
67 |
Siklus II |
3 (12%) |
21 (88%) |
79 |
Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas meliputi 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada siklus II tahap-tahap yang dilakukan merupakan perbaikan pada siklus sebelumnya. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data tes yang berupa hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi setelah melakukan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode peta konsep. Hasil dari kedua siklus tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan metode peta konsep pada pembelajaran IPS siswa kelas III SD Negeri Bonang.
Data yang diperoleh sebelum dan setelah dilaksanakan tindakan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes yang diperoleh. Sebelum diterapkannya metode peta konsep pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diperoleh sebanyak 5 siswa atau 20% tuntas dan 20 siswa atau 80% belum tuntas. Namun setelah pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siklus I dan II diperoleh data bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hasil tes siklus I diperoleh sebanyak 13 siswa atau 52% tuntas dan 12 siswa atau 48% belum tuntas.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 32% pada siklus I. Kemudian pada hasil tes siklus II menunjukkan 22 siswa atau 88%tuntas dan 3 siswa atau 12% belum tuntas. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 68% dibandingkan dari pra siklus dan sebesar 56% dibandingkan pada siklus I.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki ketuntasan hasil belajar minimal pada siklus I, dan siklus II. Dengan adanya peningkatan yang terjadi pada siswa yang telah mencapai 88% siswa telah tuntas dan melebihi 75% indikator keberhasilan maka dinyatakan bahwa perbaikan pembelajaran ini telah berhasil.
Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode peta konsep ini juga dapat meningkatkan motivasi belajardan peningkatan partisipasi serta keaktifan belajar siswa yang berlangsung di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Pada saat observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas III SD Negeri Bonang, pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan materi pembelajaran yang hanya lebih mengarahkan terhadap pengalaman siswa saat berangkat sekolah dan tidak memberikan padangan yang lebih luas sehingga pola pikir siswa akan semakin berkembang dengan mengamati kondisi lingkungan sekitar kehidupannya.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: Penggunaan Metode Peta Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas III SD N Bonang Tahun Pelajaran 2016-2017 mengalami peningkatan, yaitu sebelum diterapkannya metode peta konsep pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diperoleh sebanyak 5 siswa atau 21% tuntas dan 19 siswa atau 79% belum tuntas. Namun setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode peta konsep dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang efektif dapat memperbaiki pola pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar disetiap siklusnya. Keberhasilan ini disebabkan dengan penerapan metode peta konsep dengan menanamkan konsep-konsep pokok sehingga aktivitas siswa menjadi aktif dan senang mengikuti pembelajaran. Berarti siswa ceenderung positif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan guru maupun dalam melakukan diskusi serta tanya jawab di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar pada siklus I dan II diperoleh data bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hasil tes siklus I diperoleh sebanyak 13 siswa atau 54% tuntas dan 11 siswa atau 46% belum tuntas. Kemudian pada hasil tes siklus II menunjukkan 21 siswa atau 88% tuntas dan 3 siswa atau 12% belum tuntas. Dengan adanya peningkatan yang terjadi pada siswa yang telah mencapai 88% siswa telah tuntas dan melebihi 75% indikator keberhasilan maka dinyatakan bahwa perbaikan pembelajaran ini telah berhasil.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai peningkatan Penggunaan Metode Peta Konsep Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas III SD N Bonang Tahun Pelajaran 2016-2017, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan masukan/pertimbangan:
1. Bagi guru penerapan model pembelajaran peta konsep dapat dijadikan suatu alternatif dalam pembelajaran karena model peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga sangat bagus digunakan dalam pembelajaran yang lain,
2. Bagi siswa, setelah penerapan model peta konsep ini diharapkan lebih aktif dalam belajar dan lebih memahami apa yang dipelajari,
3. Penerapan model pembelajaran peta konsep dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran di SD Negeri Bonang, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan, dan
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempergunakan waktu sebaik mungkin untuk menerapkan model pembelajaran peta konsep terhadap peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi Dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. (Cetakan ke-4) Jakarta: Bumi Askara.
BSNP. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
Dahar. (1988). Pengertian Konsep. http://dc351.4shared.com/doc_rdh dvg/preview.html diunduh pada tanggal Ju10 Juni 2016.
Doran, dkk. Iskandar. (2004). Peta Konsep. Fe.um.ac.id/wpcontent/ uploads/2010/03/Nur-Fatimah-Edit.pdf diunduh pada tanggal 10 Juni 2016
Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.
Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. (2008). Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khoir, Mazidatul. (2012). Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia. https://mazidatulkhoir.wordpress.com/category/sosial diunduh pada tanggal 25 Juli 2016.
Nasution, S. (1982). Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jemmars
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo