Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PADA MATERI MOBILITAS SOSIAL DI KELAS VIII A
SMP NEGERI 2 DOLOKSANGGUL TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Uli Yanti Simbolon
SMP Negeri 2 Doloksanggul
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di kelas VIII-A melalui Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada materi Mobilitas Sosial di SMP Negeri 2 Doloksanggul Tahun Pelajaran 2020/2021 Metode Penelitian dengan menggunakan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Doloksanggul sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah menggunakan test, angket dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan hasil sebagai berikut: terjadi peningkatan meningkat lagi menjadi 72,75, jumlah siswa yang tuntas hanya 27,50%, meningkat menjadi 42,50% pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 82,50 pada siklus II.Penelitian ini menunjukkan penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP N. 2 Doloksanggul.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran, CTL.
PENDAHULUAN
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Konsep belajar mengajar dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Konsep itu terjadi interaksis siswa dengan guru. Kemampuan yang dimiliki sisswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil, bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah menerima perlakuan dari pengajar (guru). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Ada tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampuan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22).
Hasil belajar adalah yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran berupa data kuantitatif ataupun data kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
Peranan strategi pengajaran lebih penting apabila guru mengajar siswa yang berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan serta minat. Hal tersebut karena guru harus memikirkan strategi pengajaran yang mampu memenuhi keperluan semua siswa. Di sini, guru tidak saja harus menguasai berbagai kaidah mengajar, tetapi yang lebih penting adalah mengintegrasikan serta menyusun kaidah-kaidah itu untuk membentuk strategi pengajaran yang paling berkesan dalam pengajarannya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran kontekstual. Pertama, strategi kontekstual menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi kontekstual menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri (Sanjaya, 2008:194).
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan dmeikian, strategi pembelajaran kontekstual menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa (Sanjaya, 2008: 195). Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan kontekstual.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran kontekstual adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektial sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran kontekstual siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran (Sanjaya, 2008: 194).
Strategi pembelajaran kontekstual merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran yaitu strategi pembelajaran kontekstual akan efektif manakala: (1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi kontekstual penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar, (2) jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi kontekstual akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir, (5) jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru, (6) jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa (Sanjaya, 2008: 194).Pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi kontekstual bukan ditenatukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
Materi Mobilitas Sosial
Berdasarkan buku “Ilmu Pengetahuan Sosial Kurikulum 2013”Mobilitas sosial pada dasarnya adalah perubahan susunan status orang-orang dalam masyarakat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Mobilitas sosial menggambarkan gerakan perubahan kedudukan dan peran dari orang-orang yang ada dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Secara epistomologis kata mobilitas sosial berasal dari kata mobilis (bahasa Latin) yang berarti bergerak dan social (bahasa Inggris) yang berarti masyarakat. Jadi mobilitas sosial berarti gerakan masyarakat. Pada umumnya mobilitas sering diartikan sebagai suatu proses perpindahan, atau juga suatu pergerakan lapisan atau strata sosial seseorang maupun kelompok. Mobilitas sendiri ialah sebuah istilah yang memiliki asal dari bahasa latin, mobilis yang artinya mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sedangkan sosial melibatkan seseorang ataupun kelompok warga.
Mobilitas sosial vertikal dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Mobilitas sosial vertikal naik = social climbing mobility = upward mobility
Mobilitas sosial vertikal naik terjadi apabila seseorang mengalami peningkatan kedudukan menuju tingkatan yang lebih tinggi. - Mobilitas sosial vertikal turun = social sinking Mobilitas sosial vertikal naik terjadi apabila seseorang mengalami penurunan kedudukan
Mobilitas Sosial Horisontal
Yaitu perpindahan individu atau obyek dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang sederajad.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur pelaksanaan tindakan kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan wawancara (Armai Arif, 2002: 40). Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Doloksanggul tahun ajaran 2020/2021. Indikator keberhasilan dari data kuantitatif yakni hasil belajar siswa, ditetapkan bahwa peningkatan hasil belajar dianggap berhasil jika rata-rata nilai siswa setelah melakukan proses akhir setiap siklus mencapai minimum 10%. Sedangkan presentasi siswa yang dinilai berhasil dan tuntas mencapai 85%.
Pembahasan
Berdasarkan data hasil belajar siswa, penerapan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II berikut:
- Terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa, dimana pada tes awal rata-rata hasil belajar siswa adalah 36,32 pada siklus I meningkat menjadi 72,89, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 77,33.
- Terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas, dimana pada tes awal jumlah siswa yang tuntas hanya 0%, meningkat menjadi 53,33% pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 80% pada siklus II.
- Terdapat penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas dimana pada tes awal jumlah siswa yang tidak tuntas mencapai 100%, pada siklus I menurun menjadi 46,66% kemudian pada siklus II menurun lagi menjadi 20% dengan kata lain hanya 6 siswa saja yang memperoleh nilai 65 ke bawah dan selebihnya (24) siswa memperoleh nilai di atas 70. Hal tersebut di atas dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Dari data siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan rincian sebagai berikut:
- Nilai rata-rata siswa
- Jumlah siswa yang tuntas
- Jumlah siswa yang belum tuntas
- siswa saja yang memperoleh nilai 65 ke bawah dan selebihnya (24) siswa memperoleh nilai di atas 70. Hal tersebut di atas dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram Hasil Belajar, Tes Awal, Siklus I, Siklus II
Kesimpulan
Berdasarkan hasil belajar siswa di atas, maka disimpulkan bahwa: hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkat, terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa, dimana pada tes awal rata-rata hasil belajar siswa adalah 36,32, pada siklus I meningkat menjadi 72,89 kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 77,33, terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas, dimana pada tes awal jumlah siswa yang tuntas hanya 0%, meningkat menjadi 53,33% pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 80% pada siklus II, terdapat penurunan julah siswa yang tidak tuntas, dimana pada tes awal jumlah siswa yang tidak tuntas mencapai 100% pada siklus I menjadi 46,66%, kemudian pada silus II menurun lagi menjadi 20% dengan kata lain hanya 6 siswa saja yang memperoleh nilai 65 ke bawah dan selebihnya (24) siswa memperoleh nilai di atas 70.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kharisma Putra Utama
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: Remaja Rosda Karya
Sugandi, A. 2004. Teori Pembelajaran, Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Malang
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press
Zein, Muhammad. Metodologi Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum, Konsep Imp;ementasi Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta: Tera