PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR FPB DAN KPK

MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MODEL

GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA KOTAK PERSEKUTUAN

PADA KELAS IV SDN 02 POPONGAN SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Jum Irawati

SDN 02 Popongan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi FPB melalui penerapan model Group Investigation dengan media kotak persekutuan. Hasil penelitian Peningkatan hasil belajar siklus I nilai rata- rata 63,2. Presentase ketuntasan sesuai SKBM 53,4%. Siklus II nilai rata- rata 73,4. Presentase ketuntasan sesuai SKBM 86,4%. Secara kuantitatif, hasil yang dicapai yaitu hasil belajar secara klasikal meningkat 25,5%. Peningkatan hasil belajar secara individu semakin merata. Tercapainya SKBM matematika secara klasikal. Secara kualitatif, semangat mengikuti pelajaran. Tumbuh jiwa kooperatif, demokratis dan kompetitif. Keberanian dan ketepatan menjawab soal. Terpacunya prestasi hasil belajar. Pembelajaran matematika melalui realistic model group investigation dengan media kotak persekutuan telah meningkatkan hasil belajar matematika kelas VI. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari hasil observasi maupun angket diketahui bahwa siswa menunjukkan perhatian dan dan minat belajar yang tinggi.

Kata kunci: pendekatan realistic dan model group investigation

 

PENDAHULUAN

Undang- undang nomor 20 Tahun Pelajaran 2003 pasal 4 ayat 4 menjelaskan bahwa “ Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kekreatifan siswa dalam proses pembelajaran.” Berdasarkan hal tersebut kreatifitas siswa perlu ditumbuhkembangkan dalam proses pembelajaran. Kualitas ini dapat berkembang apabila pendidik memberikan stimulus dan motivasi dengan menggunakan alat peraga dan media dalam pembelajaran kompetensi dasar FPB dan KPK sesuai standar isi pada kelas IV dipelajari dalam awal semester I. Pada pembelajaran matematika belum semua siswa menguasai konsep persekutuan baik FPB maupun KPK, dari 15 orang siswa ada 8 orang masih rendah dalam penguasaan konsep. Hal ini terlihat dari pos tes pertemuan I hanya dapat nilai 40-60 yang diduga karena siswa belum seluruhnya menguasai konsep persekutuan, selain motivasi yang rendah.

Berdasarkan hasil refleksi terungkaplah masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran antara lain: (1) Pembelajaran bersifat guru sentries, (2) Kurangnya keaktifan siswa, (3) Siswa lebih banyak menghafal konsep, (4) Motivasi belajar rendah karena pembelajaran berjalan monoton, (5) Fasilitas pembelajaran kurang memadai.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah pendekatan realistic model group investigation dengan media kotak persekutuan dapat meningkatkan hasil belajar matematika kompetensi dasar FPB dan KPK pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Popongan? ”

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi FPB melalui pendekatan realistictik model group investigation.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingka laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut CA Kimble dalam Simanjuntak (993:38). “ Belajar adalah perubahan yang relative menetapkan pada potensi tingkah laku yang menjadi, sebagai akibat dari latihan dengan penguasaan dan tidak termasuk perubahan pada kematangannya”. Mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar. Pengertian belajar juga dijelaskan atas Nana Sudjana (1998:23) bahwa ”belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari belajar”.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Darsono (2005:15) dalam aliran Gestalt yang menyatakan bahwa belajar adalah bagaimana seseorang memandang suatu obyek (persepsi) dan kemampuan mengatur atau mengorganisir obyek yang dipersepsi, sehingga menjadi suatu bentuk yang bermakna atau mudah. Selanjutnya menurut Burner, ada 3 tahapan dalam belajar matematika yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tahap enactive (kegiatan), (2) Tahap iconic (gambar bayangan), (3) Tahap symbolic (simbolik).

Hasil belajar

Dalam buku The condition of learning, Gagne mengelompokkan tentang hasil belajar menjadi lima kategori yaitu ketrampilan motorik, sikap, kemahiran intelektual, komunikasi verbal, dan pengaturan kegiatan intelektual. Kelima kategori di atas merupakan suatu proses tersendiri, artinya setiap kategori berdiri sendiri dan berbeda sifatnya. Meskipun kerap terjadi penggabungan hasil belajar. Sedangkan hasil belajar menurut taksonomi bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 bagian yaitu kognitif domain, afektif domain dan psikomotor domain. Kognitif domain meliputi 3 aspek berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Afektif domain mencakup tujuan yang kaitannya dengan sikap dan apresiasi. Sedangkan psikomotor domain meliputi aspek ketrampilan motorik.

Dalam proses pembelajaran ketiga aspek domain tersebut di atas tidak berdiri sendiri melainkan merupakan satu kesatuan yang dapat berjalan bersama- sama. Sehingga siswa tidak hanya ditekankan pada salah satu aspek saja.

Hakekat Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “matheina atau mathenein” yang artinya mempelajari, namun diduga kuat kata itu berkaitan erat pula hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, dan intelegensi (Andi Hakim Nasution 1980: 12). Menurut Ruspendi (1989: 23) mengatakan sebagai berikut:

“Matematika itu terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi- definisi, aksioma dan dalil- dalil, dimana dalil itu telah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif”.

Dalam Ruspendi (1988:2) Johnsons dan Rishing (1972) menyatakan bahwa “ Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat- sifat atau teori- teori dibuat secara deduktif berdasar kepada struktur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya”.

Sedangkan menurut Kline (1973:48) bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu untuk membantu manusia dalam mengetahui dan memahami permasalahan social, ekonomi dan alam.

Berdasarkan bebrapa pernyataan para ahli matematika diatas dapat disimpulkan bahwa matematka merupakan ilmu deduktif yang berhubungan dengan penelaahan bentuk- bentuk atau struktur yang abstrak, aksidentik dan tidak menyendiri untuk membantu manusia menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam.

Hakekat Belajar Matematika

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgart dan Bower belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang- ulang dalam situasi itu (M. Ngalim Purwanto, 1997: 84). Sesuai dengan Permendiknas nomor 22 Tahun Pelajaran 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa matematika perlu diberikan pada peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik mempunyai kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Pendekatan realistic

Pendekatan realistic merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Realistic mathematic education dikembangkan oleh Freudental Institute Belanda pada Tahun Pelajaran 1977. Menurutnya matematika harus berhubungan dengan kenyataan, berada dekat dengan manusiawi. Matematika harus dipandang sebagai aktivitas manusia, pendidikan harusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk “re- invent” (menemukan/ menciptakan kembali) matematika melalui praktek. Menurut Leen Streflend (1990: 23) terdapat lima prinsip belajar mengajar dalam RME yaitu: (1) Konstruksi yang distimulasi dengan kekonkretan. (2) Pengembangan alat matematika untuk membawa dari konkret ke abstrak, (3) Penyetimulasian frree production dan refleksi, (4) Menyetimulasi aktivitas social pada interaksi belajar (5) Pemandu (intervining) antara pokok bahasan untuk mendapatkan struktur materi secara sistematis.

Model Group Investigation

Model pembelajaran group investigation adalah salah satu bentuk model pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning sedangkan langkah- langkahnya sebagai berikut:

  1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok secara heterogen
  2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas kelompok
  3. Guru memanggil masing- masing ketua untuk satu materi tugas, sehingga satu kelompok mendapat tugas dan satu lagi mendapat materi/tugas yang berbeda dengan kelompok lain.
  4. Masing- masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan.
  5. Setelah diskusi lewat juru bicara menyampaikan hasil kelompok.
  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus bersama- sama siswa memberikan kesimpulan.
  7. Guru memberikan evaluasi.
  8. Mencocokkan dan menutup proses pembelajaran.

Pengertian media

Kata media berasal dari kata latin medius yang berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media merupakan wahana penyalur insformasi belajar atau penyalur pesan ( Djamarah dan Jain 1996: 136). Gerlach dan Elly (Arsyad 2000: 3) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang mampu membangun siswa, membangun pengetahuan, ketrampilan dan sikap guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan ( Suparman 1995:177).

Dengan demikian media adalah alat- alat atau sarana yang dapat dipergunakan untuk kelancaran proses belajar mengajar sehingga siswa dapat memahami dan menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru sesuai dengan tujuan khusus yang diharapkan.

Pengertian Media Matematika

Belajar matematika tidak hanya sekadar menghafal angka- angka saja, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Dengan penggunaan media dalam pembelajaran anak belajar dari mengalami, melakukan percobaan dan pengamatan kemudian mengaplikasikan pengamatan itu dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Banyak jenis media yang digunakan dalam pembelajaran. Media yang digunakan seyogyanya merupakan media yang tepat dengan kompetensi yang ingin dicapai juga media yang praktis, sederhana dan mudah di dapatkan dilingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa.

Media menurut Gagne (1970) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan Brings (1970) berpendapat bahwa media adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Dalam penelitian ini media/alat bantu pembelajaran yang dipergunakan adalah benda nyata berupa kotak terbuat dari gabus dan diberi nomor dengan pertimbangan peralatan tersebut mudah didapat dan dibawa ke kelas sebagai alat peraga pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran

Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pemnbelajaran akan lebih efektif dan efisien. Menurut Kemp dan Dayton (1985) mengiedentifikasi manfaat media dalam pembelajaran yaitu: a) Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan, b) Proses pembelajaran,menjadi lebih jelas dan menarik, c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, dan e) Meningkatkan kualitas hasil belajar.

Penelitian yang relevan

Penelitian yang berkaitan dengan model group investigation dengan pendekatan realistic pada pelajaran matematika telah dlakukan Sarwono Edy (2007) terhadap kelas IV SDN Karang Tengah Demak, melalui demonstrasi instan KPK. Hasil pemnelitian ini menunjukkan bahwa motivasi dan presentasi hasil belajar matematika mengalami peningkatan. Hal ini tergambar dari perolehan nilai ulangan harian yang mencapai rata- rata 78,8, berarti mengalami peningkatan dari kondisi awal yang hanya mencapai rata- rata 58. Penelitian lainnya dalam pembelajaran matematika yang dilakukan oleh Murwanto guru SMP N Dukuhwaru Slawi dengan pendekatan realistic juga mampu merubah kondisi belajar siswa, baik dari motivasi keaktifan dan prestasinya menunjukkan peningkatan.

Dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan pendekatan realistic pada pembelajaran matematika diatas memotivasi penulis untuk mengadakan penelitian lanjutan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic serta penggunaan kotak persekutuan diharapkan penelitian ini akan mengkaji lebih dalam lagi tentang pendekatan realistic.

Kerangka berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka para pakar matematika dan beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti, dapatlah dibuat kerangka berfikir. Penguasaan konsep dalam belajar matematika dapat dicapai apabila dalam pembelajarannya melibatkan seluruh indra serta keaktifan secara fisik dan psikis. Agar pembelajaran melibatkan indra secara keseluruhan serta mengalami sendiri, maka diperlukan media sebagai alat pembelajaran matematika sebagai ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, dan abstrak bahasa symbol yang padat makna, maka agar pembelajaran matematika di SD siswa dapat menguasai konsep matematika dengan baik dipandang perlu penggunaan media pembelajaran yang menunjang. Penggunaan media yang konkret pada pembelajaran matematika pada siswa SD sangatlah tepat karena anak usia SD berada dalam taraf berfikir intuitif dan konkret operasional.

Hasil belajar matematika dengan tingkat penguasaan konsep pada kompetensi dasar FPB dan KPK yang tinggi dapat dilakukan dengan upaya proses pembelajaran yang melibatkan aktifitas siswa secara menyeluruh baik fisik maupu psikis serta melibatkan seluruh indra. Berdasarkan uraian diatas kerangka berfikir penulis adalah sebagai berikut: Apabila pembelajaran matematika dengan media konkret berupa kotak persekutuan pada kompetensi dasar tentang FPB dan KPK maka akan mampu meningkatkan kemampuan penguasaan kemampuan konsep FPB dan KPK serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB dan KPK dalam kehidupan sehari- hari.

Hipotesis tindakan

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto 1992: 62). Berdasarkan kerangka berfikir yang penulis paparkan, diduga bahwa penggunaan media konkrit berupa kotak persekutuan dapat meningkatkan penguasaan konsep FPB dan KPK pada siswa Kelas IV SD Negeri 02 Popongan. Adapun hipotesis yang diajukan adalah: “ Melalui media kotak persekutuan dapat meningkatkan penguasaan konsep FPB dan KPK serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan FPB dan KPK”.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 02 Popongan. Adapun dipilihnya kelas IV sebagai obyek penelitian karena peneliti adalah guru di SD Negeri 02 Popongan sehingga memudahkan proses penelitian. Penelitian ini dilakukan pada hari senin, 6 Agustus 2019 dan selasa 7 Agustus 2019 sesuai dengan kalender pendidikan dan program semester.

Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 15 orang siswa terdiri dari 8 laki- laki dan 7 orang perempuan. Adapun objek penelitian adalah hasil belajar matematika konsep persekutuan baik FPB dan KPK masih rendah.

Sumber data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data pendukung. Sumber data utama adalah guru Kelas IV SD Negeri 02 Popongan, buku daftar nilai sedangkan data pendukung berasal dari teman sejawat.

Alat Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto dalam PTK (2006:36) mendefinisikan variable sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah obyek penelitian yang bervariasi. Jadi variable adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua hal yang menjadi variable penelitian ini, yaitu variable bebas dan variable terikat.

 

 

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu dengan melalui metode tes, metode observasi, metode dokumentasi, dan metode catatan lapangan.

Alat pengumpulan data

Butir soal tes

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa butir soal yang khusus untuk mengetahui pencapaian aspek ranah kognitif.

Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati perilaku siswa dalam diskusi kelompok saat pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran. Hal yang diamati antara lain aktifitas dan kreatifitas siswa dalam penggunaan kotak persekutuan, mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman sekelompok. Hasil pengamatan ini sebagai dasar pemberian tindak lanjut pada siklus II.

Validitas data

Validasi instrument tes

Validasi merupakan ukuran dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, karena yang diukur adalah tes perbuatan dan tertulis maka validasi data melalui validasi teoritik maupun empirik.

Validasi proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran validasi data melalui triangualasi sumber dan triangualasi metode.

Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian karena dengan anlisis data yang diperoleh pada penelitian yang dilaksanakan dapat memberi arti yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif yaitu deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tes antar siklus dan indicator kinerja. Analisa data dilakukan sejak awal sampai akhir yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antar tahap dan analisa data (Sayekti Purjosuwarno, 1995: 6). Analisa data dilakukan dengan model deskriptif prosentase. Data hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi.

Indikator kinerja

Indicator keberhasilan PTK ini adalah apabila tujuan penelitian ini sudah tercapai yaitu sebagai berikut: Peningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan realistic model group investigation dengan media kotak persekutuan pada kompetensi dasar FPB dan KPK pada Kelas IV SD Negeri 02 Popongan Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 mencapai ketuntasan klasikal minimal sebesar 75% siswa dengan KKM ≥ 60.

 

Prosedur penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode PTK yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas dua kali pertemuan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi awal

Sesuai dengan analisis materi pelajaran (AMP) dan program semester I kelas IV mata pelajaran matematika kompetensi dasar FPB dan KPK diberikan pada minggu pertama Agustus 2019. Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

  1. Jumlah siswa sebanyak 15 orang yang terdiri dari 8 orang laki- laki dan 7 perempuan;
  2. Tingkat kehadiran siswa selama penelitian sebanyak 100%;
  3. Dari hasil ulangan tingkat formatif kompetensi dasar FPB dan KPK diperoleh data rata- rata 58;
  4. Berdasarkan pengamatan peneliti motivasi belajar rendah;
  5. Kreatifitas siswa belum muncul, ditandai denan sikap pasif siswa serta pemahaman konsep persekutuan masih rendah;
  6. Pembelajaran bersifat guru sentries dan monoton;
  7. Kurang memanfaatkan alat/ media pembelajaran sebagai penunjang;
  8. Belum cukup sikap kompetitif karena tidak ada pemecahan masalah dalam kelompok;
  9. Kecenderungan perhatian anak satu arah ke papan tulis karena pembelajaran bersifat konvensional dengan metode tunggal ceramah.

Sedangkan nilai ulangan siswa yang telah dikerjakan dengan model konvensional adalah sebagai berikut: dari sejumlah 15 siswa, yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 (enam) siswa (40%). Yang belum tuntas belajar sebanyak 9 siswa (60%).

Hasil Penelitian Tiap Siklus

Siklus I

Hasil observasi selama pembelajaran berlangsung terlihat siswa aktif secara fisik maupun psikis. Setelah waktu yang ditentukan selesai peneliti penunjuk masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas sesuai dengan tugas yang ada pada LKS. Hasilnya ternyata belum sesuai seperti yang diharapkan karena ada beberapa soal yang belum diselesaikan dengan benar, serta belum semua siswa mampu menentukan FPB. Dari hasil pengamatan, paa akhir siklus I hasilnya adalah: Dari 15 siswa yang menjadi subjek penelitian, tuntas belajar ada 8 (delapan) siswa (53,4%), belum tuntas 7 (tujuh) siswa (46,6%).

Untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep FPB dan KPK peneliti memberikan tugas rumah dan memberikan pesan moral pentingnya FPB dan KPK dalam kehidupan sehari- hari. Disamping evaluasi sebagai alat ukur aspek kognitif, peneliti juga mengamati aspek psikomotor dan afektif.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus I, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, dapat disimpulkan bahwa peneliti pada siklus I masih belum optimal karena belum mencapai indicator seperti yang telah ditetapkan. Oleh karena itu peneliti dengan bantuan teman sejawat melakukan refleksi untuk menantukan kelemahan dan kekurangan yang ada untuk menindaklanjuti pada siklus II.

Siklus II

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman sisa selanjutnya peneliti menawarkan kepada siswa untuk mendemonstrasikan cara menetukan KPK dari 2 bilangan yang lain di depan kelas. Tugas ini diberikan kepada siswa secara acak yang berdaya serap tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil pengamatan, kecepatan siswa dalam menyelesaikan soal sangat bervariatif. Namun dari cara menentukan KPK sudah terlihat ada kemajuan terutama bagi siswa berdaya serap rendah.

Kegiatan akhir pada siklus II ini diawali dengan bersama siswa mengadakan kesimpulan dari hasil pembelajaran, dilanjutkan dengan memberikan pesan moral pentingnya FPB dan KPK dalam kehidupan sehari- hari. Selanjutnya peneliti memberikan evaluasi sejumlah 5 soal yang harus diselesaikan dalam waktu 15 menit. Dari evaluasi tersebut diketahui nilai rata- rata mencapai 73,4 dengan rincian seperti tampak pada laporan sebagai berikut: dari 15 siswa, yang tuntas belajar sebanyak 13 siswa (86,7%), belum tuntas belajar sebanyak 2 (dua) siswa (13,3%).

Pembahasan Tiap Siklus

Siklus I

Pemberlajaran pada siklus I secara umum berlangsung cukup baik, dalam arti semua fase telah berjalan runtut. Meskipun demikian masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Salah satu hal yang perlu diadakan perbaikan adalah dalam diskusi kelompok dan penggunaan media sebagai peraga pembelajaran, beberapa siswa masih bersikap pasif, peran ketua kelompok dan siswa berdaya serap tinggi masih menempati nkerja kelompok baik dalam berpendapat, mampu demonstrasi kotak persekutuan untuk menentukan FPB dan KPK. Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah bentuk LKS sebagai bahan diskusi kelompok serta media yang digunakan sebagai peraga pembelajaran. Pada siklus I penggunaan media kotak persekutuan secara bergantian antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya sehingga menyulitkan jalannya diskusi kelompok. Untuk itu perlu diupayakan satu kelompok satu media. Namun dari beberapa kekurangan yang ada pada pembelajaran dengan model konvensional dapat diatasi pada siklus I yang telah menggunakan media dan model pembelajaran dengan pendekatan realistic model group investigation. Hal ini terlihat dari nilai rata- rata ulangan siswa mengalami kenaikan dari 56,3 menjadi 63,2.

Ditinjau dari aspek afektif dan psikomotor juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran terutama dalam diskusi dan demonstrasi memasukkan kartu pada kotak persekutuan dalam mengaplikasikan konsep FPB dan KPK. Walau demikian pada siklus I tingkat ketuntasan klasikal belum mencapai 75%, sehinggga perlu diadakan tindakan siklus II.

 

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari kamis, 9 Agustus 2019 dalam waktu 3 jam pelajaran. Dengan merujuk pada refleksi pembelajaran siklus I, pembelajaran pada siklus II dengan pendekatan realistic model group investigation dan media kotak persekutuan, pembelajaran berjalan lebih hidup. Hal ini karena siswa telah memiliki modal dasar pemahaman konsep FPB dan KPK dengan media kotak persekutuan pada siklus I.

Diinjau pada aspek kognitif, pada siklus II mengalami kenaikan yang signifikan dari rata- rata 63,2 menjadi 73,4. Walau demikian masih ada 2 siswa yang baru mencapai batas ketuntasan minimal. Keberhasilan ini bukan hanya pada aspek kognitif belaka, tapi juga peningkatan pada aspek afektif dan psikomotor. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktifitas dan kreatifitas siswa dalam diskusi serta keberanian untuk mengerjakan tugas di depan kelas dengan mendemonstrasikan kotak persekutuan. Untuk mengurangi monopoli kerja kelompok oleh siswa yang mempunyai daya serap tinggi, peneliti melakukan tindakan menunjuk secara acak terutama pada siswa yang dipandang rendah dalam daya serap untuk mengerjakan tugas di depan kelas dengan soal- soal yang lebih rendah tingkat kesukarannya. Secara klasikal pembelajaran pada siklus II melalui pendekatan realistic.

Refleksi

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata- rata 63,2 menjadi 73,4 atau meningkat sebesar 10,4%.

PENUTUP

Simpulan

Pembelajaran matematika dengan menggunakan media kotak persekutuan di Kelas IV SD Negeri 02 Popongan Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat disimpulkan bahwa:

  1. Penggunaan media benda konkrit berupa kotak persekutuan efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika kompetensi dasar FPB dan KPK siswa Kelas IV SD Negeri 02 Popongan.
  2. Penggunaan media benda konkrit berupa kotak persekutuan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar, interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa menjadi lebih hidup karena semua aktif dalam belajar.
  3. Penggunaan media benda konkrit berupa kotak persekutuan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar, penguasaan konsep serta suasana belajar yang menyenangkan sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

Saran

  1. Guru perlu merancang pembelajaran yang baik, meliputi perencanaan penggunaan media pembelajaran yang diperlukan agar pembelajaran lebih efektif.
  2. Pemahaman konsep dasar dalam matematika perlu dilakukan dengan peragaan baik menggunakan benda konkrit maupun model.
  3. Perlu metode pembelajaran yang bervariasi selama pembelajaran berlangsung.
  4. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk meningkatkan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Permendiknas 22 tentang standart isi (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Karso, dkk. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: UT.

Nasution, Andi Hakim. 1980. Landasan Matematika. Jakarta: Bharata Aksara.

Poerwodarminto, W.J.S. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi, ET. 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Untuk Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito.

Surya. HM. 2005. Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: UT

Winata Putra, Udin. S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UT

. 2006. Mengembangkan Media Pembelajaran. Semarang: LPMP Jawa Tengah.

. 2006. KTSP dan Silabus Kelas VI Dinas P dak K Kabupaten Tegal.