UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII A

SMP NEGERI I BALAPULANG

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2017 /2018

 

Urip

SMP Negeri I Balapulang

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yang dicapai model pembelajaran Make A Match dengan harapan meningkatkan keaktivan dan ketuntasan hasil belajar pada siswa. Untuk tes dilakukan dua kali. Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Besarnya peningkatan belajar siswa dapat diketahui pada siklus I rata-rata hasil ulangan harian adalah 74 dan 19 siswa tuntas dengan prosentase 59% dan 13 siswa belum tuntas dengan prosetase 41%. pada siklus 2 rata-rata hasil ulangan haria adalah 84 dan 28 siswa tuntas dengan prosentase 88% dan 4 siswa belum tuntas dengan prodentase 12%.Dengan demikian ada peningkatan 29%. Aktivitas siswa dapat diketahui pada siklus I rata rata 70% dan siklus 2 rata-rata menjadi 87% , ada peningkatan17%. Dengan demikian disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi struktur bumi.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Make A Match.

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Peranan Pendidikan sangat penting dalam kehidupan seseorang maupun suatu bangsa. Kemajuan pembangunan di suatu negara, baik lahir maupun batin, dapat di capai melalui pendidikan yang terarah dan berkesinambungan, melalui pendidikan dapat menciptakan manusia yang cerdas, trampil, berwawasan luas, disiplin beriman, bertaqwa serta bertanggung jawab Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang benar maka harus dibuat suatu arah yang dibuat oleh pemerintah sebagai pengatur dan paling bertanggung jawab dalam pendidikan..

 Pada kenyataan yang pernah dilakukan guru sekaligus sebagai peneliti melalui pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran IPA pada pokok bahasan sebelum materi “Struktur Bumi” di mana penggunaan metode ceramah ternyata masih belum cukup meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan siswa VII A SMP Negeri 1 Balapulang Tahun Pelajaran 2017 / 2018. Pengamatan terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran tersebut diperoleh data bahwa sebanyak 32 siswa kelas VII A, sebanyak 13 siswa atau 41% aktif mengikuti pembelajaran IPA dan 19 siswa atau 59% belum bisa aktif. Padahal rata-rata keaktifan siswa jika telah mencapai sama atau diatas 76%, hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran masih rendah.

 Rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut berdampak terjadinya kecenderungan hasil belajar yang juga rendah terbukti dari hasil belajar sehari-hari yang hasilnya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Padahal KKM kelas VII A di sekolah SMP N 1 Balapulang adalah 76 dengan ketuntasan belajar klasikal sama atau diatas 80% diperoleh data dari hasil nilai ulangan harian bahwa dengan jumlah 32 siswa kelas VII A sebanyak 14 siswa atau 44% nilai masih belum tuntas dan 18 siswa atau 56% nilai sudah tuntas.

 Berdasarkan pengalaman tersebut penulis merasa tertantang mencari cara bagaimana agar pembelajaran IPA menjadi menyenangkan sehingga siswa menjadi tertarik dan terangsang untuk belajar IPA serta berani menyampaikan pendapat, bertanya dan menjawab serta menyimpulkan permasalahan yang hal ini membawa dampak positif pada hasil belajar IPA.. Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru harus dapat menyesuaikan antara model dan media pembelajaran yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan sarana yang ada. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar.

Maka focus penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Bumi Melalui Model Pembelajaran Make A Match di Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai beriku t: (1) Apakah model pembelajaran Make a match dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi Struktur Bumi pada siswa Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ? (2) Apakah model pembelajaran Make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Struktur Bumi pada siswa Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ?(3) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Struktur Bumi pada siswa Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Meningkatkan keaktifan belajar IPA materi Struktur Bumi pada siswa Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang melalui model make a match Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Meningkatkan hasil belajar IPA materi Sturktur Bumi pada siswa Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang melalui model make a match Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a match untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Stuktur Bumi pada siswa Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dalam proses belajar.

Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010:35) menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.Dengan demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar.

Hakekat Belajar dan Hasil Belajar

 Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui berbagai aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik.

Nana Sudjana (2005:111) bahwa hasil belajar adalah bentuk tingkah laku yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Bentuk tingkah laku sebagai hasil belajar dapat berupa memberi reaksi terhadap rangsangan, asosiasi verbal, mengemukakan konsep, prinsip dan memecahkan masalah. Berdasarkan teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil kegiatan pembelajaran yang dicapai oleh siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan intelektual (kognitif), keterampilan motorik (psikomotor) dan sikap (afektif) setelah siswa menyelesaikan kegiatan atau program pembelajaran dalam waktu tertentu dengan menggunakan alat ukur berupa tes hasil belajar.

Keaktifan Belajar.

Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, Jadi keaktifan adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti saat mendengarkan penjelasan guru, diskusi, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya.

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan ajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, bak secara individual maupun secara kelompok.. (Syafaruddin, Irwan Nasution, 2005: 182-183) Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran bahan kajian atau pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu dengan menggunakan waktu, dana tak begitu banyak dan mendapatkan hasil yang dapat diserap siswa secara maksimal.

Pengertian Pembelajaran Make A Match

Menurut Rusman (2011: 223-233) Model Make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic, dalam suasana yang menyenangkan.

Anita Lie (2008:56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe Make a match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran make a match, adalah suatu teknik pembelajaran mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan tingkatan kelas diharapkan siswa akan mampu menemukan dan belajar secara mandiri tentang materi yang diberikan oleh guru.

Kerangka Berfikir

Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal. Yaitu rendahnya hasil belajar dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang disebabkan karena guru tidak menggunakan model pembelajaran sehingga membuat siswa merasa malas dan bosan untuk belajar, hal ini ditandai dengan rendahnya hasil belajar IPA sehari-hari sebelum penelitian tindakan kelas di kelas VII A dengan jumlah 32 siswa sebanyak 20 siswa atau 60% nilai masih belum tuntas dan 12 siswa atau 40% nilai sudah tuntas sehingga hasil belajar yang meningkat hanya didominasi pada siswa-siswa tertentu saja.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penggunaan model pembelajaran Make a match dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Struktur Bumi di kelas VII A SMP Negeri 1 Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 20017/2018.

METODE PENELITIAN

Obyek Tindakan

 Objek tindakan dalam penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Materi Struktur Bumi Melalui Model Pembelajaran Make A Match di Kelas VII A SMP Negeri I Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Dengan ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran IPA sebesar 76 sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai 80%. Sedangkan keberhasilan penelitian berdasarkan keaktifan belajar siswa telah mencapai sama atau diatas 80% dengan kriteria sangat aktif

Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal. Pada siswa kelas VII A Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018, Penelitian dilakukan oleh guru IPA dan dibantu teman sejawat yaitu seorang guru IPA kelas lain. Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dimulai dengan penyusunan instrumen dan perangkat penelitian, membuat media kartu sedangkan pengumpulan data siklus I dan siklus II dilaksanakan sejak awal bulan 3 Januari 2018 sampai dengan bulan 30 Juni 2018. Subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 berjumlah 32 siswa terdiri dari siswa putra sebanyak 14 orang dan siswa putri sebanyak 18 orang.

 

Metode Pengumpulan Data                                  

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini peneliti pengumpulkan data menggunakan beberapa metode yaitu: (1) Metode Tes (2) Metode Observasi (3) Metode Dokumen (4 ) Metode Catatan Lapangan.

Analisa Data

 Penelitian tindakan kelas ini adalah data keaktifan dan hasil belajar yang dikumpulkan peneliti untuk selanjutnya dianalisis. Analisis data yang diukur dengan obervasi keaktifan dan tes hasil belajar kemudian dianalisis. Hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran model Make a match dengan menggunakan lembar observasi. Data hasil belajar yang diukur dengan instrumen tes, hasilnya kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah nilai masing-masing siswa nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal. Kedua analisis data di atas selanjutnya dibuat perbandingan hasil antar siklus pada penelitian ini, perbandingan dengan menggunakan tabel dan grafik serta dideskripsikan secara kualitatif.

Cara Pengambilan Simpulan

Dalam mengambilan simpulan penelitian ini ditetapkan peneliti dengan menentukan indikator capaian sebagai berikut:

1.       Keaktifan siswa dalam pembelajaran ditetapkan indikator keberhasilannya adalah jika keaktifan siswa dalam pembelajaran telah mencapai ≥ 76% dengan kriteria sangat aktif.

2.       Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencakup ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau ≥ 76 di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal Mapel IPA sebesar 76 sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai ≥ 80%.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan empat tahapan penelitian sebagaimana daur ulang atau spiral penelitian yang disampaikan Hopkins (1993) dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2008:104). Keempat tahapan penelitian tersebut meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Tentang Kondisi Awal

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Balapulang. Dengan subjek penelitian pada siswa kelas VII.A yang terdiri dari siswa putra sebanyak 14 orang dan siswa putri sebanyak 18 orang. Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Adapun aktivitas siswa masih kurang dan mencapai nilai hasil belajar IPA di atas Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ),44% siswa mendapat nilai hasil belajar IPA masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ). Alat untuk Mencermati permasalahan di atas, peneliti mencoba menghadirkan model pembelajaran Make a match agar proses pembelajaran lebih aktif dan menarik siswa, sebagaimana pemaparan berikut ini. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah: (1) Oservasi, yaitu dilakukan selama proses belajar berlangsung yang dilakukan oleh peneliti dan temen sejawat sebagai observernya sekaligus sebagai kolaboratar yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan langkah-langkah dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. (2)Tes, yaitu digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar yang dilakukan pada akhir pembelajaran setiap siklus penelitian.

Uraian Penelitian Secara Umum

Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal, khususnya kelas VII.A. Setidaknya hal ini kelihatan dari kondisi awal hasil tes materi pemanasan global pada mata pelajaran IPA Semester Genap Tahun Pelajaran 2017 – 2018 ( tes tertulis ). Dari data yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes tertulis, hanya ada 56% dari 32 siswa yang mendapat nilai 76 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan 44% siswa mendapat nilai di bawah 76.

Penjelasan Hasil Siklus 1

Hasil Observasi Dan Hasil Belajar

 Pada siklus pertama ini, pembelajaran materi IPA dilakukan pada Kompetensi Dasar: ” Memahami lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan pengurangan risiko sebelum, pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman bencana di daerahnya.”. Sedangkan materi pokok yang dibahas karakteristik atmosfer,litosfer,gempa bumi dan hidrosfer “ Pembelajaran siklus I ini dilakukan dalam tiga kali pertemuan tatap muka yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 pebruari 2018, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 pebruari 2018 dan pertemuan ketiga dilaksanakan tes atau evaluasi pada tanggal 24 maret 2018 untuk mendapatkan data hasil belajar.

 Jumlahj 32 siswa dalam Proses Belajar Mengajar pada siklus I Keaktipan mengikuti pembelajaran 72%, Tanggung jawab individu 72%, Keaktivan siswa dalam mencari pasangan kartu soal /jawaban 63%, Ketepatan dalam memasangkan kartu/jawaban 66%, Bekerjasama menyelesaikan tugas dengan kelompok 72%,

 Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa yang terdapat pada tabel siklus pertama menggambarkan 19 siswa mengalami tuntas dalam pembelajaran dan prosentase sebesar 59% dari jumlah 32 siswa dan 13 siswa mengalami tidak tuntas dalam pembelajaran dan prosentase sebesar 41% dari jumlah 32 siswa. Dengan demikian siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya prosentasenya 44%.

Refleksi Tindakan Siklus 1

 Berdasarkan analisis hasil observasi, nilai tes hasil belajar, hasil observasi dengan teman sejawat diperoleh gambaran refleksi sebagai berikut:

1.   Situasi kegiatan pembelajaran di kelas sudah mulai berpusat pada siswa dan kelas jadi hidup, siswa aktif ,semangat dalam belajaran.

2.   Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan membimbing kegiatan pembelajaran siswa.

3.   Belajar siswa mulai merasa senang dengan pembelajaran make a match menggunakan media kartu dimana siswa merasa lebih mudah memahami materi pembelajaran.

4.   Dilihat dari sisi proses dan hasil belajar yang diperoleh siswa telah menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa berupa nilai rata-rata sebesar 74 padahal KKM IPA yang ditetapkan sebesar 76.

5.   Dilihat dari sisi guru itu sendiri terlihat adanya suatu proses optimal dalam tugas dengan memberikan pembelajaran yang menarik, kreatif dan bermakna bagi pencapaian hasil belajar siswa.

Kelebihan-kelebihan yang ditemukan pada siklus I ini akan tetap dipertahankan dan diupayakan untuk lebih ditingkatkan lagi.

Penjelasan Hasil Siklus II

Hasil Observasi Dan Hasil Belajar

 Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II masih membahas materi IPA dengan Kompetensi Dasar: ” Mengomunikasikan upaya pengurangan risiko dan dampak bencana alam serta tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi bencana sesuai dengan jenis ancaman bencana di daerahnya”, Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 1 maret 2018, pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 3 maret 2018 dan pertemuan ketiga dilaksanakan tes atau evaluasi untuk mendapatkan data hasil belajar pada tanggal 8 maret 1918.      

 Jumlah 32 siswa dalam Proses Belajar Mengajar pada siklus II Keaktipan mengikuti pembelajaran 84%, Tanggung jawab individu 84%, Keaktifan siswa dalam mencari pasangan kartu soal/jawaban 91%, Ketepatan dalam memasangkan kartu soal/jawaban 87%, Bekerjasama menyelesaikan tugas dalam kelompoknya 87%,

 Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa yang terdapat pada tabel siklus kedua menggambarkan 28 siswa mengalami tuntas dalam pembelajaran dan prosentase sebesar 88% dari jumlah 32 siswa dan 4 siswa mengalami tidak tuntas dalam pembelajaran dan prosentase sebesar 12% dari jumlah 32 siswa. Dengan demikian siswa dalam pembelajaran siklus kedua mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus pertama yang hanya prosentasenya 59% berarti meningkat 29%. Dan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus pertama 41% menjadi 12% mengalami penurunan sebesar 29%. Demikian juga rata – rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus 1 sebesar 74 menjadi 84 pada siklus 2 ini berarti mengalami peningkatan.

Refleksi Tindakan Siklus II

Refleksi tindakan pembelajaran pada Siklus II yang diperoleh berdasarkan analisis hasil observasi, dokumentasi nilai hasil belajar dengan teman sejawat diperoleh gambaran refleksi sebagai berikut:

1.   Proses pembelajaran make a match menggunakan media kartu yang diterapkan pada siklus II cukup efektif dalam membangun pemahaman dan kerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisifasi dalam kegiatan pembelajaran dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Proses Belajar Mengajar mampu membangun pemahaman dan kerjasama untuk menyelesaikan tugas mengajukan dan menjawab pertanyaan yang semula didominasi siswa-siswa tertentu telah dapat dilakukan secara merata dan menyeluruh bagi siswa.

2.   Meningkatnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dalam suasana yang menyenangkan dengan menggunakan model pembelajaran make a match menggunakan media kartu.

3.   Ketuntasan klasikal sebagai hasil belajar siswa dalam pembelajaran Siklus II telah tercapai sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 28 siswa di atas KKM atau 87%.

Proses Menganalisis Data

   Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kedua siklus sebagaimana diuraikan pada deskripsi di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus sebagai berikut:

1.   Hasil Observasi keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang diobservasi menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dari jumlah 32 siswa dalam pembelajaran Make a match mengalami peningkatkan pada setiap siklus penelitian tindakan ini. Peningkatan keaktifan siswa pada indikator keaktifan mengikuti pembelajaran dimana siklus I sebesar 72% atau 23 siswa dan siklus II mengalami peningkatan 84% atau 27 siswa pada indikator tanggung jawab individu pada siklus I sebesar 72% atau 23 siswa dan siklus II mengalami peningkatan 84% atau 27 siswa pada indikator keaktivan siswa dalam masangan kartu soal/jawaban, dimana pada siklus I sebesar 63% atau 20 siswa dan siklus II mengalami peningkatan 91% atau 29 siswa pada indikator ketepatan dalam memasangkan kartu soal /jawaban dimana pada siklus I sebesar 66% atau 21 siswa dan siklus II mengalami peningkatan 87% atau 28 siswa pada indikator bekerjasama menyelesaikan tugas dengan kelompoknya juga mengalami peningkatkan, dimana pada siklus I sebesar 75% atau 24 siswa dan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 87% atau 28 siswa.

2.   Nilai tes hasil belajar siswa

 Hasil nilai tes yang berhasil dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan selama proses penelitian. Proses menganalisis data melalui tes dan dokumen. Nilai hasil belajar siswa yang diukur melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian tindakan ini. Peningkatan terdapat pada lima indikator nilai hasil belajar. Hasil belajar siswa pada siklus 1 yang tuntas 19 atau 59% dari jumlah siswa 32 orang dan pada siklus 2 yang tuntas 28 atau 88% dari jumlah siswa 32 orang ini berarti hasil belajar pada siklus kedua meningkat sejumlah 9 siswa atau 29%. Dan sebaliknya hasil belajar yang belum tuntas siklus pertama 13 orang atau 41% dari jumlah 32 orang dan siklus kedua 4 orang atau 12% dari 32 orang ini berarti hasil belajar pada siklus kedua penurunan sebesar 9 siswa atau 29%. Secara klasikal prosentase hasil belajran siswa 87%.

Pembahasan dan Pengambilan Simpulan

 Dengan menggunakan model pembelajaran Make a match ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar, Siswa yang berjumlah 32 sesuai dengan kelima indikator observasi keaktifan pada siklus I rata-rata sebesar 70%. Pada siklus II keaktifan siswa mencapai persentase rata-rata sebesar 87% atau meningkat sebesar 17% jika dibandingkan dengan siklus I meningkatnya keaktifan siswa berdampak pada hasil belajar dimana siswa yang tuntas belajar pada siklus I adalah 19 siswa atau 59% dan siklus II adalah 28 siswa atau 88% meningkat 29%, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara siklus I dengan siklus II maka tuntas belajar terdapat peningkatan sebesar 29%. Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada siklus I adalah 13 siswa atau 41% dan pada siklus II adalah 4 siswa atau 12%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Besarnya peningkatan keaktifan siswa dapat diketahui pada siklus I rata rata 70% dan siklus 2 rata-rata menjadi 87%.Dengan demikian ada peningkatan 17%.

2.   Penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Besarnya peningkatan belajar siswa dapat diketahui pada siklus I rata-rata hasil ulangan harian adalah 74 dan 19 siswa tuntas rata rata prosentase tuntas 59% sedangka pada siklus 2 rata-rata hasil ulangan haria adalah 84 dan 28 siswa tuntas rata-rata prosentase 88%. Dengan demikian ada peningkatan 29%.

3.   Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match siswa dapat membangun sendiri pengetahuan , menemukan cara dalam mencari penyelesaian dari suatu materi struktur bumi yang harus dikuasai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

4.   Penelitian dengan judul upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi struktur bumi melalui model pembelajaran make a match pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Balapulang Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 telah berhasil.

Saran

Setelah dapat dibuktikan bahwa model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1.  Guru lain perlu menerapkan pembelajaran model make a match sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2.  Guru dalam menerapkan pembelajaran model make a match tetap memperhatikan kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, karakteristik siswa dan ketersediaan sarana prasarana.

3.  Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran mata pelajaran IPA maupun pembelajaran mata pelajaran lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alfabeta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Anni. Tri Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES                                

Anita Lie.2008.Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Arsyad. Azhar. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

 http://lppm.ut.ac.id diakses 9 Pebruari 2018

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit

Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Nana Sudjana. 2005. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rosalia. Tara 2005 Aktivitas Belajar http://id.shovoong com/social-sciences

 1961162 aktifitas belajar / diakses tanggal 10 Pebruari 2018                                       

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman. 2001 Interaksi dan Motivasi Melajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

 Grafindo Persada

Sumaji.dkk.1998. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius

Suyoso,Abdullah.1998.Pengembangan Pendidikan IPA SD. Jakarta:Dirjendikti Depdiknas

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syarifudin,Irwan Nasution.2005. Menajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching

Thohari.1978.Program Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Kanisius