Meningkatkan KeaktiFan dan Hasil Belajar IPS

melalui Model Snowball Throwing Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Suruh Semester 2 Tahun Ajaran 2018/2019

 

Bety Tulaeni

SMPN 1 Suruh Kabupaten Semarang

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik kelas VII E SMPN 1 Suruh. Dengan subyek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII E yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 16 peserta didik laki-laki dan 16 peserta didik perempuan. Teknik pengumpulan data dengan test dan nontest serta observasi. Hasil penelitian pembelajaran dengan model Snowball Throwing dapat meningkatkan keaktifan siswa yaitu 63,75 pada siklus I menjadi 75,38% pada siklus II. Hasil belajar siswa meningkat dari nilai rata-rata kelas yang semula 71,41 menjadi 77,34 melampaui indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75. Jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM meningkat pada siklus I sebesar 68,75% menjadi 81,25% pada siklus II.

Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar IPS, model snowball throwing

 

Latar Belakang

Upaya pelaksanaan pendidikan terus ditingkatkan yaitu dengan pemerataan pendidikan ke seluruh pelosok tanah air Indonesia, membangun sarana prasarana fisik maupun mental peningkatan mutu pendidikan dengan perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan sebagainya. Tak kalah penting adalah menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan, karena tak jarang masih ada masyarakat yang kurang mengerti akan tujuan pendidikan.

Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian yaitu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku. Kurikulum 2013 ini berbasis karakter dan kompetensi yang mewajibkan anak untuk aktif dalam pembelajaran. Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan Kurikulum 2013, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Dalam kegiatan pembelajaran guru masih banyak menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang menunjukkan bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang berpartisipasi dan pasif. Berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 pada kelas VII E belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS pada ulangan harian masih di bawah KKM yaitu 69 ( < 75 ).

Terkait belum optimalnya keaktifan dan hasil belajar IPS siswa maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pemilihan model pembelajaran snowball throwing dianggap tepat, dikarenakan model pembelajaran ini mampu melibatkan keaktifan siswa melalui permainan menggulung dan melemparkan “bola salju”. Selain itu model pembelajaran ini juga akan menggali kreativitas siswa untuk menuliskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan sekaligus.
LANDASAN TEORI

Keaktifan Siswa

Menurut Dimiyati (2009: 114) keaktifan siswa dalam pembelajaran mengambil beraneka kegiatan dari kegiatan fisik hingga kegiatan psikis, artinya kegiatan belajar melibatkan aktivitas jasmaniah maupun aktivitas moral. Keaktifan menurut Rusman (2012: 101) dapat berupa kegiatan fisik dan psikis. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan–keterampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

Khanifatul (2012: 37) menyatakan bahwa seorang guru hendaknya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang mampu mendorong siswa aktif belajar guna mendapatkan pengetahuan (knowledge), menyerap dan memantulkan nilai–nilai tertentu (value) dan terampil melakukan keterampilan tertentu (skill). Siswa akan lebih mudah mengikuti pembelajaran jika pembelajaran berada dalam suasana yang menyenangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru agar terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan adalah mendorong siswa terlibat aktif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keaktifan siswa adalah aktivitas siswa yang melibatkan kegiatan fisik maupun psikis dalam memahami suatu pelajaran. Aktivitas fisik dapat berupa membaca, mencatat, menulis. Sedangkan aktivitas psikis dapat berupa berfikir, memahami, dan menyimpulkan suatu konsep.

Sudjana (2013: 61), keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dalam hal:1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah atau mengemukakan pendapat. 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mempelajari materi pelajaran, mencari, dan mencatat berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan siswa itu sendiri dan hasil–hasil yang diperolehnya, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mengerjakan soal secara mandiri. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun siswa lain. 8) Menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas hal ini dapat dilihat dari kemauan, semangat,dan antusias siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2010: 84) yang menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam belajar lebih kompleks dan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut: 10 Kegiatan–kegiatan visual: membaca, melihat gambar–gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan–kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Kegiatan–kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4) Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. 5) Kegiatan–kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola. 6) Kegiatan–kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat–alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7) Kegiatan–kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor–faktor, melihat, hubungan– hubungan, dan membuat keputusan. 8) Kegiatan–kegiatan emosional: minat, membedakan, berani tenang dan lain-lain.

Belajar adalah suatu aktivitas, aktivitas yang dimaksud menuntut gerak siswa dalam belajar. Seseorang dapat dikatakan beraktivitas apabila ia terlibat atau ikut serta dalam proses pembelajaran. Gerak siswa atau aktivitas siswa dapat berupa kegiatan fisik yang melibatkan kegiatan lisan, kegiatan menulis, mendengarkan, menggambarkan, metrik, mental dan emosional.

Hasil Belajar

Menurut Siregar & Nara (2010:141) “Hasil belajar adalah suatu proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif”. Sedangkan menurut Mulyasa, (2008:23) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

Menurut Majid (2013:335) “Hasil belajar adalah rangkaian kegiatan untuk menentukan pencapaian kompetensi siswa terhadap suatu mata pelajaran”. Hasil belajar menurut Sudjana (2002:111) “adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu”.

Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi (Arikunto, 2006: 114-115). Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif.

Menurut Sudjana (2005: 3) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Sudjana (2005: 38-40) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu proses pembuatan keputusan untuk menentukan nilai pencapaian kompetensi siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya.

Model Snowball Throwing

Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa. Metode Snowball Throwing juga untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Saminanto, metode pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Menurut Komalasari (2013: 67) dalam bukunya pembelajaran kontekstual konsep dan aplikasi, Model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

Sedangkan menurut (Kisworo, dalam Mukhtari, 2010: 6). metode pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain. Model Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa. Metode Snowball Throwing juga untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian model pembelajaran snowball throwing, dapat diambil kesimpulan bahwa model snowball throwing memiliki ciri–ciri sebagai berikut: a) Berkelompok, b) Membuat sebuah pertanyaan pada sebuah kertas yang kemudian digulung menyerupai sebuah bola. C) Throwing artinya melempar. Kertas yang telah digulung menyerupai bola yang kemudian kertas berbentuk bola

METODOLOGI PENELITIAN

Seting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019, dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2019. Penelitian ini dilakukan di kelas VII E SMP Negeri 1 Suruh. Subyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VII E yang berjumlah 32 siswa yang terdiri 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pada penelitian ini yang diteliti yaitu aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berbentuk tes dan nontes (observasi, dokumentasi). Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dengan dengan teknik deskriptif komparatif. Yaitu dengan membandingkan hasil belajar pada kondisi awal dengan hasil belajar setelah siklus 1 dan hasil belajar setelah siklus 2.

Selanjutnya membandingkan data yang diperoleh pada aktivitas belajar siswa pada kondisi awal yang diperoleh melalui kegiatan observasi dengan membandingkan aktivitas belajar siswa pada siklus 1, Kemudian membandingkan aktivitas belajar pada siklus 1 dengan aktivitas belajar pada siklus 2, Tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar IPS setelah dianalisis kemudian diklasifikasikan menjadi klasifikasi tinggi, sedang dan rendah. Setelah itu diadakan refleksi.

Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis mulai dari kondisi awal (prasikllus), siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan Kemudian dilanjutkan dengan refleksi, menarik kesimpulan berdasrkan deskriptif komparatif, membuat ulasan berdasarkan kesimpulan dan menentukan tindak lanjut

Prosedur Tindakan

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, dkk. 2006: 3). Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggota maka penelitian ini berbentuk individual, artinya peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) di satu kelas saja. Penelitian tindakan kelas dibagi dalam dua siklus. Prosedut PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan McTaggart yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observe), serta refleksi (reflect).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus Pertama

Kegiatan tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan yaitu menggunakan model Snowball Throwing. Materi pembelajaran siklus l, konsep-konsep yang diajarkan yaitu jenis-jenis kebutuhan. Dalam siklus 1, siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang untuk berdiskusi sesuai pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa.

Model Pembelajaran Snowball Throwing ini cenderung ramai namun tetap dalam suasana belajar yang menyenangkan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, pada tiap siklus guru menggunakan model Snowball Throwing dan media yang disesuaikan materi pelajaran. Selanjutnya diberikan evaluasi tiap siklus yang hasilnya sebagai bahan perencanaan dan perbaikan untuk siklus selanjutnya.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas peserta didik.

Pada tiap aspek penilaian, observer memberikan skor (nilai) sesuai dengan sikap yang ditunjukkan oleh siswa saat pembelajaran berlangsung. Pemberian skor tersebut tergantung dengan kriteria–kriteria tertentu yang telah peneliti tulis pada lembar instrumen. Skor tersebut memiliki kategori yakni (1) sangat kurang, (2) kurang baik, (3) cukup baik, (4) baik, dan (5) sangat baik.

Dari hasil observasi keaktifan siswa menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas VII E pada siklus I terkategorikan cukup. Tidak ada siswa yang menunjukkan sikap aktif dengan kategori sangat baik yakni dengan interval 21–25. Model pembelajaran snowball throwing dapat dikatakan berhasil apabila keaktifan siswa selama proses pembelajaran kelas mencapai 75% dari keseluruhan siswa. Sedangkan presentasi keaktifan siswa pada siklus I adalah 57,25%.

Berdasarkan presentase di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan peningkatan aktivitas pada siklus selanjutnya karena hasil presentase belum mampu mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti, yakni sebesar 75%. Hal ini, dapat disebabkan karena siswa masih belum bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik dikarenakan sebagian siswa keberatan dengan model pembelajaran pembagian kelompok. Saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang menunjukkan aktivitas negatif di dalam kelas seperti menganggu teman yang lain dan bermain dan bersenda gurau.

Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I yang masih rendah menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pada siklus berikutnya agar model pembelajaran snowball throwing terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Pada hasil belajar yang dicapai siswa dalam kegiatan penelitian siklus I pada materi jenis- jenis kebutuhan diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 90 dan nilai terendah adalah 40. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 71,41 dan ketuntasan individual baru mencapai 68,75%. Hal ini memberikan indikator bahwa proses pembelajaran belum mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja yaitu 75% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan individual. Batas nilai ketuntasan adalah 75. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih atau sama dengan 75 adalah 22 siswa, yang berarti 68,75% dari sejumlah 32 siswa memiliki nilai diatas taraf penguasaan konsep yang diberikan, dengan demikian perlu dilaksanakan tindakan pada siklus II.

Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I yang masih rendah menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Demikian juga pada hasil belajar di mana jumlah siswa yang tuntas KKM baru 65,63% belum mencapai 75% sesuai yang ditetapkan peneliti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus yang kedua.

Penelitian Siklus kedua

Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model Snowball Throwing. Dalam pembelajaran siklus l, konsep-konsep yang diajarkan yaitu kegiatan ekonomi. Dalam siklus 2, siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang untuk berdiskusi sesuai pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa.

Selama pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas peserta didik.

Pada siklus II, siswa lebih aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal ini disebabkan karena peneliti memberikan penghargaan kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maupun kepada siswa yang memberikan pertanyaan. Penghargaan tersebut adalah berupa pemberian nilai di depan siswa. Artinya, siswa secara sadar bahwa sikapnya selama proses pembelajaran diamati oleh peneliti.

Adanya peningkatan yang cukup signifikan:

  • Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat.
  • Keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah berani untuk mengungkapkan pendapat, mengomentari ataupun mengungkapkan ide-idenya.
  • Semakin meningkat dalam keberaniannya untuk membuat pertanyaan ataupun untuk menjawab pertanyaan. Para siswa berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawab pertanyaannya dengan tepat.
  • Peningkatan ini juga terlihat pada kemampuan siswa untuk tampil di kelas dengan sebaik-baiknya.

Dapat diketahui hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II. Siswa yang mendapatkan skor kurang tidak ada, yang masuk pada kategori cukup sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,25% dari total 30 siswa. Siswa yang menunjukkan sikap aktif dengan kategori baik ada terdapat 27 orang siswa dengan presentase sebesar 84,38% dan yang termasuk kategori sangat baik terdapat 3 orang siswa dengan presentase sebesar 9,4%. Keaktifan siswa tergolong cukup tinggi, dimana terlihat dari tabel di atas bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan skor keaktifan dengan kategori sangat kurang dan kurang.

Siswa memiliki kemampuan yang sangat baik untuk membuat pertanyaan yang bagus, mudah dipahami dan sesuai dengan materi, sehingga pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna dan menyenangkan. Secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa 75,38% termasuk kategori baik. Dengan suasana kelas yang demikian, ternyata siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran partisipatif dengan teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi siswa kelas VII E SMPN 1 Suruh untuk belajar pada materi Aktivitas Manusia dalam Memenuhi Kebutuhan.

Nilai rata-rata siswa adalah 77,34 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 95. Batas nilai ketuntasan adalah 75. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 75 ada 26 siswa, yang berarti 81,25% dari sejumlah 32 siswa memiliki nilai di atas taraf penguasaan konsep, sedangkan 6 siswa atau 18,75% belum tuntas menguasai konsep. Hal ini memberikan indikator bahwa proses pembelajaran sudah mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja lebih dari 75% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan individual, sehingga penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil dan tidak perlu mengadakan siklus berikutnya.

Hasil penelitian pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah berhasil mencapai apa yang sudah ditargetkan, yaitu adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas prestasi siswa secara menyeluruh.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran partisipatif dengan teknik Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII E SMPN 1 Suruh pada materi Aktivitas Manusia dalam Memenuhi Kebutuhan. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas. Pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat semakin meningkat dari siklus I sebesar 63,75% dalam kategori cukup menjadi 75,38% pada siklus II dalam kategori sangat baik. Demikian pula dalam hal hasil belajar siswa, terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I sebesar 71,41 menjadi 77,34 pada siklus II. Sedangkan pada ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 sebesar 68,75% terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu sebesar 81,25%.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada siklus II, peneliti dapat merefleksikan kegiatan yang sudah dilakukan sebagai berikut:

  • Presentasi tiap kelompok/individu sudah lebih baik dibandingkan presentasi pada siklus 1.
  • Persaingan antar kelompok sudah terlihat, sehingga suasana kelas dinamis.
  • Secara klasikal, hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar.

Pembahasan

Pengamatan keaktifan siswa pada model pembelajaran snowball throwing ini melalui lembar observasi. Aspek penilaian yang dinilai pada pengamatan keaktifan siswa terdiri dari keberanian siswa bertanya, keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa di dalam kelompok, dan perhatian siswa selama proses pembelajaran.

Hasil pengamatan keaktifan siswa secara keseluruhan pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Pada Tiap Siklus.

Siklus Jumlah Siswa Presentase Kriteria Keberhasilan
Siklus 1

Siklus 2

32

32

63,75%

75,38%

75%

75%

 

Dilihat dari hasil belajar pada nilai ualangan pada siklus 1 dan siklus 2, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran ini sudah berhasil. Kekurangan yang terdapat pada Siklus l, sudah diperbaiki pada siklus 2. Sehingga pada saat observasi dan refleksi pada siklus 2, sudah diperoleh gambaran yang menunjukkan peningkatan kualitas belajar siswa.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dengan diberikan perlakuan-perlakuan tertentu yang sesuai dengan materi materi yang harus dipelajari oleh siswa. Kegairahan belajar siswa juga ditunjukkan dengan partisispasi mereka yang meningkat selama diskusi berlangsung.

Siswa yang memiliki kekurangan juga dapat belajar pada temannya, ini adalah suatu hal yang menguntungkan, karena dengan belajar melalui temannya resistensi seperti rasa segan, malu untuk bertanya jika tidak mengerti akan dapat dikurangi jika dibandingkan mereka harus bertanya langsung kepada pada guru. Belajar bersama teman sebaya memang lebih efektif jika potensi intelektual siswa tinggi, namun demikian dengan dibiasakan siswa melakukan diskusi akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Indikator yang jelas terbaca dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya nilai rata-rata kelas, tingkat pemahaman siswa, serta nilai tertinggi dan terendah yang berhasil dicapai oleh siswa selama dalam penelitian. Hasil belajar pada tiap siklus dapat dilihat pada table di bawah ini:

Siklus Nilai Rata-rata Nilai Ketuntasan Kriteria Ketuntasan
Siklus 1

Siklus 2

71,41

77,34

68,75%

81,25%

75%

75%

 

PENUTUP

Simpulan

Melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing untuk mata pelajaran IPS dalam penelitian ini menunjukkan:

  1. Bagi siswa, model pembelajaran Snowball Throwing untuk mata pelajaran IPS ini dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VII E di SMPN 1 Suruh dalam memahami materi mata pelajaran IPS mampu menarik dan meningkatkan prestasi belajar IPS.
  2. Penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing untuk mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VII E di SMPN 1 Suruh dalam mengikuti proses KBM di kelas yaitu 63,75 pada siklus I menjadi 75,38% pada siklus II. Hasil belajar siswa kelas VII E di SMPN 1 Suruh menjadi lebih meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran Snowball Throwing, yaitu dari nilai rata-rata kelas yang semula 71,41 menjadi 77,34 melampaui indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75. Kemudian pada jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 68,75% menjadi 81,25% pada siklus II.

Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan dalam laporan penelitian ini adalah:

  1. Penggunaan model pembelajaran dengan model Snowball Throwing ini dapat digunakan oleh para pendidik/ guru dalam kegiatan pembelajaran IPS maupun pembelajaran lainnya. Melalui model ini guru dapat membimbing siswa untuk melihat penerapan konsep dari materi yang diajarkan.
  2. Sebaiknya model snowball throwing dapat diterapkan oleh guru IPS dan guru bidang studi lain sebagai alternatif peningkatan keaktifan dan hasil belajar di kelas. Karena penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model snowball throwing pada mata pelajaran IPS lebih efektif.
  3. Diharapkan guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses dan keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
  4. Guru perlu menambah wawasannya tentang teori belajar dan model-model pembelajaran yang inovatif. Oleh karena perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini efektif digunakan dalam mengajarkan IPS, maka disarankan agar juga dikembangkan bagi sekolah-sekolah lainnya.
  5. Melalui penggunaan model yang masih memakai pendekatan ekspositori dengan metode ceramah bervariasi mulai dapat merubah metode pembelajarannya dengan model pembelajaran atau metode pembelajaran lainnya yang lebih bervariatf salah satunya model pembelajaran Snowball Throwing bisa dijadikan model pembelajaran alternatf bagi para pendidik. Karena model pembelajaran ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dapat mendorong siswa untuk berfikir kritis, kreatif dan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Model Pembelajaran IPS Terpadu, Departemen Pendidikan Nasional

Dimyati dan Mudijono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Erna Febru Aries S. (2011). Assesmen dan Evaluasi. Yogyakarta: AM Publishing.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Khanifatul. (2014). Pembelajaran Inovatif: Startegi Mengelola Kelas Secara Efektif dan Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual, konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudjianingsih (2016) dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 33 Surabaya pada Mata Pelajaran IPS Materi Pranata Sosial dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing. Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016

Purwanto, M. Ngalim. (2013). Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.132

Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Restu. (2010). Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Penerbit Alfabeta

Rusman. 2014. Model – Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. (2002). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

__________ (2005). Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung: Tarsito

__________. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, Nursid, dkk. 2007. Konsep dasar IPS. Jakarta. Universitas Terbuka

Sumantri, Numan. 2005, Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung, Rosda

Supriyono, A. (2009). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Pakem). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.Jakarta. Kencana

Trimo, S.Pd.,M.Pd. dan Rusantiningsih, 2008. Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing:

Yamin, Martinis & Bansu I. Ansari, (2009). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.