Peningkatan Kecepatan Lari 50 Meter Dengan Bermain Betengan
PENINGKATAN KECEPATAN LARI 50 METER
DENGAN BERMAIN BETENGAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER 1 SMPN 5 AMBARAWA
Asih Susatyo
SMPN 5 Ambarawa Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan lari 50 meter pada siswa kelas VIII-A. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Prasiklus diberikan dengan topik bermain betengan. Siklus I diberikan teknik dasar start jongkok dan teknik lari cepat. Siklus II diberikan dengan penguasaan rangkaian teknik dasar lari cepat. Sikap start dan keterampilan unjuk kerja hasil pembelajaran dinilai dan diamati melalui kuisioner, wawancara, pengamatan dan penilaian tes unjuk kerja/psikomotorik. Hasil tindakan siklus I dicatat dan ditindaklanjuti pada siklus II dalam bentuk bertanding dan mencatat kecepatan waktu. Hasil angket kuisioner pengamatan sikap adalah 87,8%. Hasil tes wawancara dengan hasil 90,87%. Hasil tes unjuk kerja/psikomotorik kualitas gerak adalah 75,69%. Sedangkan hasil tes pengukuran kecepatan waktu adalah 77,22%.
Kata kunci: Prestasi belajar, lari 50 m., bermain betengan.
PENDAHULUAN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 (2003: 8) mengamanatkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 3) menjelaskan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai peran yang sangat besar, karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bukan hanya untuk mengembangkan potensi jasmaniah saja, melainkan juga untuk mengembangkan aktivitas jasmaniah secara menyeluruh dalam arti perlu dikembangkan pula potensi afektif, kognitif serta sosial.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun (2006: 294) tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosianoal, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, terpilih yang direncanakan secara sistamatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Begitu pentingnya mata pelajaran penjasorkes diberikan di setiap sekolah, oleh sebab itu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pada bab IX pasal 37 menyebutkan bahwa “pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada semua jenjang sekolah baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/SMK”.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Negara Indonesia menaruh harapan yang besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika (permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana mesti harus diawali.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama yang termasuk Pendidikan Dasar, sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang bersifat memaksakan kemampuan siswa yang sebetulnya memiliki kecenderungan bermain, akibatnya siswa kurang memiliki daya tarik untuk mengikuti pelajaran praktik penjas sehingga mempengaruhi prestasi belajar PJOK itu sendiri. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan juga merupakan bagian integrasi dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis (BSNP ; 2007).
Pada materi PJOK diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran eksploratif (untuk materi kegiatan alam terbuka/penjelajahan), kooperatif (untuk materi praktik permainan dan olahraga, aktivitas kebugaran jasmani, serta aktivitas air bersama teman-teman), dan pembiasaan ( untuk materi budaya hidup sehat ). Selain pembelajaran praktik, pendidik juga dapat melakukan dengan metode lain seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, interaktif dan inkuiri, seperti dalam pembahasan ini menggunakan medote pendekatan bermain untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 50 meter.
Fenomena ini merupakan sebuah masalah akibat kurangnya kemampuan sebagian guru PJOK dalam memainkan peran sebagai guru yang memiliki tuntutan target kurikulum, daya serap dan sebagai pendidik yang menggunakan pola-pola mengajar untuk lebih mengedepankan kondisi psikologis siswa yang memiliki kecenderungan bermain.
Melihat kondisi hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan bermain. Dengan bermain diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi proses yang terkesan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan prestasi siswa.
Terkait dengan latar belakang di sini adalah materi pembelajaran lari cepat jarak 50 meter yang sering disebut lari sprint, karena jarak lari yang ditempuh adalah pendek maka para siswa hampir terbiasa melakukan lari cepat dalam aktivitas yang lain. Materi pembelajaran lari cepat 50 meter meliputi dari sikap start jongkok dan rangkaian gerak lari cepat menjadi tolok ukur kecepatan yang akan ditempuh, yaitu dengan waktu detik maka untuk memperoleh hasil yang baik maka menggunakan efektifitas pendekatan bermain untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 50 meter.
LANDASAN TEORI
Bermain betengan
Betengan adalah salah satu jenis permainan tradisional di Jawa. Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak sepulang sekolah di sore hari. Anak-anak berbagi kelompok dengan cara diundi yang setara kemampuannya. Besar dan tinggi badan, serta kecepatan lari menjadi pertimbanngan untuk undian. Setelah terbentuk dua kelompok permainan dapat dimulai.
Permainan betengan lebih menekankan pada kekompakan dan kecepatan berlari. Strategi permainan juga menentukan kemenangan tim. Dengan begitu cocok digunakan sebagai media untuk materi belajar lari cepat 50 meter. Implementasi dalam penelitian ini adalah bermain kejar-kejaran seperti bermain “betengan”. Setiap siswa berlawanan untuk saling berhadapan kemudian saling berkejaran masuk ke areal pertahanan lawan untuk membebaskan teman yang ditawan. Inti dari permainan betengan ini adalah saling membebaskan teman yang ditawan dalam sebuah beteng.
Lari Cepat
Lari 50 meter termasuk cabang olahraga dari atletik termasuk nomor lari cepat. Pelaksanaannya dimulai dari sikap start jongkok. Rangkaian gerakan berlari cepat dan sikap akhir badan memasuki garis finish. Nomor lari 50 meter termasuk materi pembelajaran kelas VII semester I yang harus dilaksanakan sesuai dengan silabus dan rencana proses pembelajaran ( RPP ).
Di dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelas VII sesuai dengan karakter anatomis siswa di mana anak-anak kelas VII pada tahap usia antara 11-12 tahun. Karakteristik anak seusia tersebut adalah banyak bergerak. Lari cepat 50 meter mudah dilakukan. Di samping itu dalam proses belajar mengajar lari cepat 50 meter ini untuk menghindari kebosanan atau rasa jenuh maka dipadukan dengan permainan betengan.
Bermain betengan ini dilakukan dengan aturan-aturan yang tidak kaku dan dapat dimodifikasi. Dalam kegiatanbermain ini siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir/strategi bermain, kemampuan berlari dan kemampuan bekerja sama dengan teman, serta keberanian menembus pertahanan lawan. Jika kita mendorong anak untuk mengembangkan berbagai keterampilan dasar sejak dini, mereka barangkali akan mengalami keberhasilan di dalam berbagai kegiatan olahraga, dan beberapa akan mempunyai kecenderungan dan keinginan untuk mengkhususkan dan mengembangkan bakat mereka lebih jauh. (Khomsin: 2011).
Di dalam proses belajar mengajar guru berusaha mengalihkan perhatian siswa bahwa pada intinya pelaksanaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lari cepat menempuh jarak 50 meter dengan catatan waktu seminimal mungkin. Melalui bermain betengan ini siswa difokuskan pada kecepatan lari karena dengan tanpa disadari mereka bermain saling mengejar. Dengan pendekatan bermain betengan ini maka siswa dapat bergembira dalam mengikuti proses pembelajaran terkait dengan inti pelajaran yaitu lari cepat 50 meter.
Nomor lari cepat 50 meter termasuk lari jarak pendek adalah lari yang menempuh jarak antara 50 sampai dengan jarak 400 meter. Oleh karena itu faktor utama yang menentukan lari jarak pendek adalah kecepatan. (Sri Wahyuni ; 2010). Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang diubah menjadi gerakan yang sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi. Nomor-nomor lari jarak pendek yang dilombakan meliputi 100 meter, 200 meter dan 400 meter. (Sri Wahyuni;2010).
Lari jarak pendek biasanya disebut lari sprint. Pelari jarak pendek dikenal sebagai sprinter. (Sri Wahyuni ; 2010). Agar dapat mencatat waktu yang sekecil-kecilnya maka pelari cepat atau bagi pelari jarak pendek harus menguasai teknik dasar lari jarak pendek. Adapun teknik dasar lari jarak pendek sebagai berikut: 1) Langkah kaki yang lebar dengan tolakan menggunakan ujung kaki. 2) Posisi badan condong ke depan dengan lengan tangan kanan ke arah dagu dan siku tangan ditekuk. (Sri Wahyuni, 2010).
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini penulis lakukan di kelas VIII A yang terdiri dari dari 32 siswa. Alasan penulis melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran olahraga, khususnya lari cepat 50 meter. Sedangkan pelaksanaan dalam kegiatan sebanyak 3 kali pertemuan. Pelaksanaan penelitian ini siswa dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak dengan rincian kelompok putra dan kelompok putri, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII A semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 SMP Negeri 5 Ambarawa dengan jumlah anak 32.
Prosedur Penelitian
- Planning/Persiapan. Pada tahap planning penulis melakukan beberapa kegiatan seperti mencari referensi yang berkaitan dengan efektifitas pendekatan bermain betengan dengan lari cepat 50 meter, siklus pembelajaran.
- Acting/Tindakan. Tindakan penelitian ini penulis lakukan pada tahap pendekatan bermain betengan pada pra siklus. Pada tahap ini guru dan siswa mulai melakukan aktivitas gerak lari yang dimodifikasi. Guru menjelaskan tentang tujuan atau fungsi sosial dari bermain betengan yaitu untuk membebaskan teman dalam satu kelompok yang ditawan menjadi fokus untuk membuat gerak lari yang cepat dengan pola saling mengejar dengan berlari cepat. Pemberian contoh atau penjelasan dari bermain betengan siswa diberikan pada tahap-tahap pemanasan sebelum memasuki materi inti yaitu rangkaian gerak lari cepat 50 meter.
- Observasi/Evaluasi. Pengamatan atau evaluasi pada perkembangan kemampuan siswa dilakukan pada fase treatment ( tindakan ). Data-data yang ada dianalisis secara deskriptif. Program secara keseluruhan dievaluasi dengan masukan dari hasil analisis data. Pada tindakan ini sudah termasuk dalam siklus I, yaitu pembelajaran inti dari materi lari jarak 50 meter.
- Refleksi. Setelah mendapatkan gambaran secara rinci tentang keberhasilan dan kendala yang dialami pada prasiklus dan siklus I, peneliti melanjutkan dengan mengulang dari tahap siklus I dengan pelaksanaan siklus II yaitu: 1) Pemanasan. 2) Penjelasan materi yang akan dilaksanakan. 3) Penerapan hasil pembelajaran pada siklus I dengan cara perlombaan lari jarak 50 meter antar kelompok dengan penekanan pada catatan waktu terbaik. Pengambilan penilaian dan pencatatan kecepatan waktu dicatat dalam analisis data sesuai dengan karakter tindakan yang direncanakan, meliputi wawancara, tes kognitif (pengetahuan), tes afektif (pengamatan sikap) dan tes unjuk kerja (psikomotorik).
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal atau Prasiklus
Kondisi awal sebelum diterapkan pendekatan dengan bermain betengan ini adalah para siswa sebagian sudah mengenal bermain betengan sejak duduk di SD. Siswa tidak menunjukkan sikap, perasaan dan pikiran yang positif terhadap pembelajaran lari cepat jarak 50 meter. Sebagian besar siswa tampak bingung, ada yang merasa malas, bingung, tengok kanan kiri karena tidak tahu harus bagaimana untuk lari cepat yang nantinya akan merasa lelah dan malas untuk ikut pelajaran berikutnya. Bahkan untuk memulai pelajaran lari anak-anak merasa harus lari secepat-cepatnya. Secara kenyataan memang demikian sikap siswa dalam mengikuti pelajaran olahraga yang dirasa tidak menyenangkan. Oleh karena itu untuk memulai pembelajaran lari cepat 50 meter ini membutuhkan metode yang tepat untuk memberikan motivasi kepada anak bahwa lari cepat ini tidak memberatkan. Metode yang dipilih dalam pembelajaran lari cepat 50 meter ini menggunakan pendekatan dengan bermain betengan.
Betengan adalah permainan yang menekankan pada kemampuan dan kecepatan lari, karena permainan betengan adalah bermain kejar-kejaran dengan lawan untuk saling membakar beteng. Dalam permainan betengan dicobakan pada kelas VIII A, ada 32 anak yang terdiri dari dibagi dalam 2 kelompok putra dan 2 kelompok putri. Masing-masing kelompok dibuatkan beteng yang dipertahankan oleh 2 anak dan yang lain menyerang beteng lawan untuk membakar beteng. Jika lawan dapat tersentuh oleh lawan maka dia menjadi tawanan dan dibawa ke betengnya. Sedangkan lawan yang lainnya berusaha membebaskan teman yang ditawan dengan menyerang dan menghadapi lawan untuk masuk pertahanan lawan, Sedangkan lawannya berusaha menghadang dengan cara menghalangi, jika dia lari maka di kejar, dan jika yang mengejar masuk pertahanannya maka teman lapisan berikut menghadang dan mengejar, maka terjadi kejar mengejar.
Pada pendekatan bermain betengan ini para siswa dikondisikan bahwa sebenarnya anak-anak ini akan melakukan pembelajaran lari cepat 50 meter. Pada pelaksanaan ini masuk pada prasiklus, di mana pendekatan bermain betengan merupakan target pemanasan sebelum masuk materi yang inti, yaitu lari cepat 50 meter.
Deskripsi Siklus I
Guru mulai menerapkan pendekatan bermain betengan untuk pemanasan dengan memberikan motivasi dan menggali informasi yang relevan dari siswa tentang materi yang akan dibahas dalam hal ini teknik dasar lari cepat 50 meter. Diawali dengan menjelaskan dan memberikan contoh teknik start jongkok, dilanjutkan dengan penugasan kepada para siswa untuk mempraktikkan teknik start jongkok. Guru mengamati dan mengkoreksi hasil latihan start jongkok. Dilanjutkan penjelasan teknik lari cepat yang menekankan pada kecepatan lari. Guru mengamati dan mengkoreksi tolakan kaki pada saat aba-aba yang disaat kaki mulai melangkah lari cepat, agar siswa menguasai teknik dasar lari dan sikap lari cepat yang benar.
Pada tahap pengamatan dan penilaian dilakukan terhadap semua perilaku yang muncul akibat tindakan dalam penelitian ini. Aspek yang diamati dan dinilai pada siklus I menggunakan: a) Lembar wawancara atau kuisioner tentang pendapat siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Sikap dan respon siswa dengan melalui wawancara ini setiap siswa memberikan pendapat masing-masing melalui penyebaran angket kuisioner untuk dijawab. Ada sebanyak 4 kelompok atau 8 anak yang diwawancarai yang dilaksanakan pada pra siklus. b) kuisioner sebagai salah satu teknik pengambilan data diberikan pada siklus I sebanyak 5 butir pertanyaan yang harus dijawab siswa. c) Lembar tes kognitif tentang teori lari cepat 50 meter. Pada langkah ini, setiap siswa diberikan blangko soal tentang materi lari lari cepat 50 meter dan dilaksanakan pada siklus I sebanyak 7 butir. d) Lembar tes psikomotorik atau unjuk kerja tentang penguasaan teknik dasar lari cepat 50 meter. Pada tahap ini dilaksanakan pada siklus I, yaitu setiap siswa melakukan lari cepat dengan pengamatan dan koreksi dari guru dan waktu kecepatan lari dicatat untuk data awal.
Deskripsi Siklus II
Penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus II meskipun pada tahap siklus I sudah dicoba mempraktekkan lari cepat 50 meter dan dicatat waktunya. Namun dalam pelaksanaannya masih mendapat bimbingan dan koreksi dari guru. Para siswa mencoba mempraktekkan lari cepat 50 meter dan mencatatkan waktu pada siklus I dengan pola penguasaan teknik dasar yang dikuasai oleh masing-masing siswa berbeda menurut kemampuan daya tangkap anak.
Pada tahap ini para siswa dikondisikan untuk berlomba lari cepat 50 meter. Sebagai langkah awal guru melakukan tindakan sebagai berikut: a) Mengukur jarak 50 meter, b) Membuat lintasan lari. c) Menentukan tempat start dan finish. d) Menugaskan kepada anak menjadi petugas starter secara bergantian. e) Mencatat waktu kedatangan. f) Menjelaskan dan mengkoreksi hasil latihan. g) Menilai kualitas gerak setiap siswa pada lembar data tes psikomotorik yang terdiri dari 4 kriteria kualitas gerak yang diharapkan, yaitu ayunan lengan ke depan di atas pinggang, gerakan kaki panjang dan cepat, pendaratan telapak kaki dan posisi badan saat lari cepat condong ke depan.
Refleksi ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi serta evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi serta diskusi, maka disepakati untuk menghentikan penelitian pada siklus II karena hasil yang diperoleh pada siklus I ada peningkatan hasil pada siklus II.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Prasiklus
Dilaksanakan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit. Pada pertemuan pertama, siswa menerima penjelasan dan praktek bermain betengan untuk mengorganisir kelompok dan menyusun lapisan anak dalam menghadapi lawan yang akan membakar beteng. Pada tahap bermain betengan ini setiap siswa dilibatkan untuk berlari cepat dengan pola saling mengejar dan menangkap untuk menjadi tawanan, karena semakin banyak yang ditawan maka akan menjadi pemenang, karena permainan ini dibatasi dengan waktu yaitu 10 menit.
Pada tahap ini diamati sikap siswa yang terdiri dari: 1) Aktif dalam bekerja sama dalam kelompok. 2) Adanya keberanian. 3) Mentaati peraturan yang disepakati. 4) Adanya kesungguhan dan sportif.
Dalam pelaksanaan peserta didik antusias dalam bermain dan asyik untuk saling mengejar. Guru menekankan pada lari cepat untuk saling memburu dan menangkap lawan untuk dijadikan tawanan dan dimasukkan ke dalam beteng serta menekankan untuk membebaskan teman yang menjadi tawanan.
Pada paruh waktu berikutnya yaitu 1 X 40 menit kedua, para siswa dijelaskan teknik start jongkok dan sikap tolakan kaki saat lepas dari balok start.
Aktivitas yang dilakukan pada prasiklus adalah mengedarkan angket kuisioner dan wawancara kepada siswa. Blangko kuisioner mengungkap untuk mendapatkan informasi tentang pendapat anak dengan jawaban ya atau tidak yang terdiri dari 5 butir soal.
Data yang diperoleh dari angket tersebut menunjukkan bahwa peserta didik kelas VII-A memberikan informasi bahwa dari jumlah 32 anak-anak memberikan respon yang positif,. Mereka menjawab dengan apa adanya menurut kemampuannya yaitu peralihan dari Sekolah Dasar (SD) masuk ke SMP.
Dari angket tersebut dapat diinformasikan bahwa dari jumlah 5 butir pertanyaan yang diajukan, jumlah yang menjawab Ya ada sejumlah 144 dan Tidak 14 responden (peserta didik). Dengan demikian dapat dihitung dengan angka bahwa jumlah 32 anak dengan 5 butir soal yang diharapkan akan memberikan jawaban Ya 100%. Dengan data tersebut di atas yang menjawab Ya ada 144 maka tercapai angka 87,8% dan yang Tidak ada 14 yaitu 12,2%. Data tersebut masih masuk informasi yang baik bahwa target perolehan angka adalah 75%.
Ada respon yang baik dalam perilaku siswa dalam pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya materi lari cepat jarak 50 meter yang menggunakan pendekatan bermain betengan.
Siklus I
Pada tahapan ini, aktivitas yang dilakukan adalah: 1) Pemanasan dengan pola bermain betengan selama 10 menit. 2) Pengulangan materi teknik start jongkok yang menekankan pada: Sikap tangan saat melakukan start, letak kaki yang disesuaikan dengan start blok, pandangan mata saat melakukan start jongkok, tolakan kaki dari start blok pada aba-aba yak. 3) Penjelasan tentang teknik lari cepat 50 meter yang meliputi: tolakan kaki saat akan lari cepat dengan jarak 5 meter, ayunan tangan, langkah kaki saat lari, pandangan mata saat lari. 4) Penjelasan tentang sikap badan saat lari cepat 50 meter yang meliputi: langkah kaki panjang dan cepat, ayunan tangan, sikap badan agak condong ke depan, pandangan mata ke arah garis finish, setiap anak melakukan lari cepat dengan lintasan sepanjang 50 meter. dan 5) Penjelasan tentang sikap badan saat memasuki garis finish, yaitu penekanan pada sikap membusungkan dada saat memasuki garis finish.
Dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa adalah 32 anak dengan butir soal sebanyak 7 pertanyaan, yang memberikan jawaban Ya ada 210 responden (siswa) dan yang menjawab Tidak ada 15 responden. Dengan demikian dapat dihitung dengan angka prosentase sebagai berikut: Jumlah siswa ada 32, jumlah soal ada 7 butir maka jika dikalikan akan diperoleh angka 32 X 7 yaitu 2524 yang disebut dengan angka 100%.
Sedangkan angka di atas menunjukkan bahwa jawaban Ya ada 210 responden maka diperoleh angka prosentase sebesar 90,87% sedangkan yang Tidak ada 15 responden maka diperoleh angka sebesar 9,13%.
Data tersebut di atas dapat diperoleh informasi bahwa, 36 siswa dengan 10 butir pertanyaan yang berisi tes pengetahuan tentang lari jarak 50 meter, Dengan perhitungan 32 responden X 10 butir soal = 310, maka hal dapat dikatakan target maksimal adalah 100%. Dari data yang diperoleh bahwa jawaban Ya ada 316 reponden dan Tidak ada 5 responden. Jawaban Ya dapat dihitung dengan angka prosentase adalah 98,33% dan Tidak 1,67%. Hal ini dapat dikatakan bahwa penguasaan teori oleh siswa telah mencapai target di atas 75%, dengan demikian antusias anak masih cukup tinggi dalam mengikuti pelajaran lari cepat 50 meter.
Siklus II
Pada tahapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Rangkaian sikap saat melakukan start jongkok yang menggunakan start blok. 2) Perlombaan lari cepat 50 meter yang menekankan pada teknik lari. 3) Pencatatan waktu kedatangan. 4) Penjelasan pada akhir pertemuan materi lari cepat 50 meter.
Pada siklus II catatan waktu yang diperoleh dibandingkan dengan hasil catatan waktu yang diperoleh pada siklus I. Kemudian hasil pada siklus II dimasukkan ke dalam lembar data untuk diolah sesuai dengan karakter penilaian atau rubrik penilaian yang telah disiapkan dengan jumlah responden adalah 36 anak.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa kualitas gerak yang diperoleh siswa ditentukan oleh penguasaan materi oleh siswa pada siklus I dan II. Dalam hal ini penilaian dilakukan dengan mempraktekkan aktivitas lari cepat dengan metode perlombaan yang menjadi tolok ukur adalah target waktu yang dicapai oleh siswa, yaitu antara 6-8 detik untuk putri dan 5-7 untuk putra.
Pembahasan hasil tes unjuk kerja (psikomotor) menunjukkan perolehan nilai sebagai berikut:
- Hasil nilai yang diperoleh pada pencapaian waktu kedatangan adalah 77,22% dengan target ketercapaian ketuntasan kriteria minimal (KKM) adalah 70%
- Nilai kriteria kualitas gerak diperoleh 75,69% dan nilai akhir adalah 76,28% atau rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 76,28 dari KKM yang ditetapkan 70.
Data yang diperoleh dari pengamatan antar siklus menunjukkan bahwa siswa tidak lagi merasa jenuh, lelah, dan bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Secara umum tiap kelompok sudah dapat bekerja sama secara aktif mulai dari awal hingga selesai. Dari hipotesa yang disebutkan dengan data tersebut di atas maka pembelajaran lari cepat 50 meter dengan menggunakan metode pendeketan bermain betengan pada kelas VIII A semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 ada pengaruh yang signifikan sesuai dengan yang diharapkan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penerapan pendekatan bermain betengan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya materi lari cepat 50 meter.
- Tindakan penelitian dengan pendekatan bermain betengan untuk meningkatkan keterampilan berlari cepat dalam kelompok berhasil, karena adanya komunikasi, organisasi serta tindakan yang tepat untuk bergerak.
- Penggunaan pendekatan bermain betengan pada pembelajaran lari cepat 50 meter dapat menimbulkan respon positif dan membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan lari cepat 50 meter.
Implikasi/Rekomendasi
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas penting dilaksanakan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi siswa. Hasilnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran lari cepat 50 meter, yaitu kecepatannya meningkat. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini LPMP hendaknya mengadakan kegiatan forum ilmiah ini secara berkelanjutan sebagai upaya untuk memotivasi guru dalam melakukan penelitian dalam memecahkan masalah pembelajaran khususnya dan meningkatkan mutu pendidikan nasional pada umumnya.
Saran
- Bagi guru
Dalam menerapkan penggunaan pendekatan bermain betengan pada pembelajaran lari cepat 50 meter, guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keefektivitasannya seperti topik pembahasan, kemampuan dan latar belakang siswa.
- Bagi siswa
Kepada siswa disarankan untuk dapat menggunakan pola bermain betengan ini untuk melatih atau membiasakan diri untuk berpikir dan bertindak secara terencana, logis dan sistematis. Nilai karakter yang menjadi penilaian pemeblajaran ini adalah berpikir dan bertindak secara terencana, logis dan sistematis.. Siswa diharapkan dapat menerapkannya pembelajaran lari cepat 50 meter ini pada pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SMP/MTs. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.
Khomsin. 2011. Pembinaan Olahraga Usia Dini Melalui Model Multilateral Makalah. Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES Semarang.
Moh. Uzer. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Bandung Offset
Purwodarminto. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.
Roji. 2010. Mari Bermain Betengan. Tiga Serangkai, Klaten
Roji. 2010. Modul SMP Terbuka Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas VII. Kementrian Pendidikan Nasional Jakarta.
Sri Wahyuni. 2010. Buku Pendidikan Jasmani,Olahraga, dan Kesehatan untuk Kelas VII SMP dan MTs. Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta.