Meningkatkan Kemampuan dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS
TENTANG KEHIDUPAN KELUARGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING
Yuse Sri Buanawaty
SMA Negeri 4 Cimahi
ABSTRAK
Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat akan meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa secara efektif. Dari hasil evaluasi terhadap hasil belajar siswa Kelas XII IPS 5 SMA Negeri 4 Cimahi Tahun Pelajaran 2012/2013 diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Rendahnya kemampuan siswa tersebut berdasarkan pengamatan penulis antara lain disebabkan kurang tepatnya metode pembelajaran yang telah dilaksanakan yang lebih bersifat teacher oriented . Metode tersebut menyebabkan rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Jerman sehingga proses belajar tidak dapat berlangsung secara efektif. Peneliti mencoba untuk menerapkan reciprocal teaching untuk mengatasi ketidak tepatan metode belajar karena metode ini mempunyai kelebihan. Secara psikologis metode ini meningkatkan motivasi, karena siswa belajar dalam sebuah kelompok dan menjadikan siswa berperan sebagai guru sehingga sebagai pusat (student oriented) dalam proses pembelajaran. Dengan reciprocal teaching siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga terdapat peningkatan dalam pengetahuan struktur dan kosakata, pemahaman makna teks serta kemampuan membaca yang semakin trampil dengan pelafalan dan intonasi yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPS 5 Cimahi, dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan Model Kemmis dan Taggart dengan 2 siklus. Setiap siklus membutuhkan 2 kali pertemuan dan setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam reciprocal teaching digunakan empat strategi, yaitu: membuat pertanyaan (question generating), mengklarifikasi (clarifying), memprediksi (predicting), dan merangkum (summarizing).Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode reciprocal teaching dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam kompetensi membaca menyimak teks bahasa Jerman sehingga dapat meningkatkan prosentase pencapaian KKM. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan kemampuan dan hasil belajar sebelum dengan sesudah digunakannya metode reciprocal teaching.
Kata Kunci: Reciprocal Teaching, Kemampuan Siswa, Hasil Belajar Siswa ,Menyimak Teks
Pendahuluan
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan ialah melalui penyempurnaan kurikulum. Upaya untuk menyempurnakan kurikulum telah dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus antara lain dengan disempurnakannya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum Berbasis kompetensi (KBK). Selanjutnya KBK semakin disempurna-kan dengan diterapkannya kurikulum 2006 (KTSP). Dalam hal penyempurnaan kurikulum (2004) pendidikan bahasa Asing seperti bahasa Jerman siswa SMA tujuannya adalah untuk membekali siswa dapat menguasai katerampilan berkomunikasi yang meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, serta dapat berkomunikasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan konteks dengan lancar dan akurat dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun berbagai upaya perbaikan telah dilakukan namun kemampuan dan hasil belajar siswa di sekolah tempat peneliti mengajar masih belum menunjukan hasil yang baik. Sebagai gambaran untuk hasil belajar siswa khususnya dalam kompetensi membaca kelas XII IPS 5 semester I berdasarkan data hasil Evaluasi Tengah Semester ganjil 2012/2013 hanya 15 orang yang berhasil mencapai angka KKM dari jumlah siswa sebanyak 40 orang dengan nilai terendah 50 dan tertinggi 78.
Faktor kurikulum tentu bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Seperti dikemukakan Sunardi (1997: 2) menyatakan penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah penggunaaan model pembelajaran yang kurang tepat, alat evaluasi yang kurang baik ataupun materi yang diberikan kurang sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Pandangan tersebut dikuatkan oleh Furner (2007) yang menyatakan bahwa cara penyampaian materi bisa berpengaruh pada pemahaman konsep siswa.
Paradigma lama yang menempatkan guru sebagai pusat (Teacher Oriented) atau peran siswa sangat minim dalam proses belajar mengajar. Kondisi tersebut menimbulkan suasana kelas yang kurang kondusif, siswa kurang termotivasi dalam proses belajar mengajar atau mengikuti kegiatan dengan setengah hati sehingga berdampak terhadap rendahnya pencapaian hasil belajar. Dalam rangka peningkatan proses belajar mengajar bahasa Jerman, telah banyak diterapkan pendekatan, strategi, media ataupun model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran..
Salah satu upaya untuk merubah paradigma lama dikembangkan model Reciprocal Teaching yang prinsipnya menempatkan siswa sebagai pusat (student oriented) dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat berperan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Melalui model Reciprocal Teaching, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan tepat melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya di depan kelas. Penerapan model ini sejalan dengan pendapat Higgins (dalam O’Connell, 2007: 85) menyatakan bahwa siswa akan lebih dapat memahami dan memaknai konsep yang menjadi tujuan pembelajaran jika dalam proses pembelajaran yang berlangsung siswa melakukan kegiatan berdiskusi, saling menjelaskan, dan berelaborasi. Menurut Pulina Pannen (dalam Amin Suyitno, 2006: 34), melalui model pembelajaran terbalik ini siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dalam proses pembelajaran.
Dengan memahami pendapat para ahli seperti dikemukakan di atas peneliti berpendapat untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya untuk kompetensi kemampuan membaca bahasa Jerman dapat dilakukan melalui penggunaan model reciprocal teaching. Menurut Ibrahim sebagaimana dikutip Dakir (2009:18), Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran berupa kegiatan mengajarkan materi kepada teman. Pada model pembelajaran ini siswa berperan sebagai “guru†untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi fasilitator dan pembimbing.
Dari uraian kerangka pemikiran tersebut di atas, peneliti membuat Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: Meningkatkan Kemampuan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Materi Keterampilan Menyimak Teks Tentang Kehidupan Keluarga melalui Model Pembelajaran Reciprocal Teaching (PTK pada Mata Pelajaran Bahasa Jerman di Kelas XII IPS 5 Semester I SMA Negeri 4 Cimahi Tahun Pelajaran 2012/2013).
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah penerapan Model Reciprocal Teaching dalam mata pelajaran Bahasa Jerman di kelas XII IPS 5 Semester I SMA Negeri 4 Cimahi dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam materi keterampilan menyimak teks tentang Kehidupan Keluarga ?
b. Bagaimana model Reciprocal Teaching di kelas XII IPS 5 Semester I SMA Negeri 4 Cimahi pada mata pelajaran Bahasa Jerman dapat meningkatkan proses kemampuan siswa dalam materi keterampilan menyimak teks tentang Kehidupan Keluarga?
c. Seberapa besar penerapan model Reciprocal Teaching di kelas XII IPS 5 Semester I SMA Negeri 4 Cimahi pada mata pelajaran Bahasa Jerman dapat meningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam keterampilan menyimak teks tentang Kehidupan Keluarga?
Sedangkan untuk menjawab permasalahan disusun hipotesis sebagai berikut: “Dengan menggunakan model Reciprocal Teaching dalam proses belajar mengajar maka jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM dan kemampuan siswa dalam materi keterampilan menyimak teks tentang Kehidupan Keluarga pada mata pelajaran bahasa Jerman di kelas XII IPS 5 Semester I SMA Negeri 4 Cimahi meningkat secara signifikan.â€
Kajian Teori
Model Reciprocal Teaching
Model Reciprocal Teaching diperkenalkan oleh Ann Brown pada tahun 1982. Menurut Suyatno (2009:64) pinsip pembelajaran ini adalah siswa menyampaikan materi yang dipelajari sebagaimana jika guru mengajarkan suatu materi. Dikemukakan lebih jauh oleh Suyatno Pembelajaran Reciprocal Teaching harus memperhatikan tiga hal yaitu siswa belajar mengingat, berfikir dan memotivasi diri. Sedangkan menurut Sriyanti dan Marlina (2003:118) pembelajaran terbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehinggga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.
Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu. Kemudian, siswa menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada siswa yang lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelasan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa.
Kemampuan dan Hasil Belajar Siswa
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004: 128) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat hampir sama dikemukakan Hilgard dan Bower (1975: 156) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan.
Ketrampilan Siswa Menyimak Teks
Keterampilan menyimak sebagai salah satu kemampuan bahasa reseptif, mempunyai posisi yang penting dalam pembelajaran bahasa asing (bahasa Jerman). Karena keterampilan inilah yang akan banyak berperan mengenalkan aturan-aturan bunyi yang belum dikenal dalam bahasa ibu.
Pada hakekatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Dalam kaitannya dengan pemahaman dan perkonstruksian pesan yang terkandung dalam teks bacaan, Harirs dan Sipay (1980) menyatakan bahwa membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa tulis secara tepat.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPS 5 SMAN 4 Cimahi tahun pelajaran 2012-2013 dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa terdiri dari 19 orang siswa perempuan dan 21 orang siswa laki–laki. Peneliti memilih kelas XII IPS 5 sebagai subyek penelitian karena peneliti mengajar di kelas tersebut dan berdasarkan pengamatan peneliti pada tahun pelajaran 2012-2013 kondisi kelas inikurang aktif, banyak siswa dalam kelas ini yang pasif dalam pembelajaran bahasa asing, mereka kurang berani mengambil inisiatif dibanding kelas lainnya. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi tatap muka yaitu 2 jam pelajaran per minggu dengan waktu 45 menit per jam pelajaran.
Hasil Penelitian
Kegiatan Pendahuluan /Prasiklus
Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan siswa setelah menggunakan model reciprocal teachingdalam proses belajar mengajar bahasa Jerman pada kompetensi membaca, diperlukan data awal kemampuan siswa yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kompetensi membaca dalam bahasa Jerman dengan menggunakan model reciprocal teaching. Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan test prasiklus pada hari Kamis tanggal 26 Juli 2012 pukul 07.30 s.d 09.00 (WIB) di ruang kelas XII IPS5.menggunakan model langsung (Direct Methode).
Dari data hasil test awal diperoleh pencapaian nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah 60 . Sedangkan kemampuan membaca bahasa Jerman siswa kelas XII IPS 5 ternyata hanya 5 orang (12%) mencapai nilai di atas KKM, sesuai KKM 12 orang (30%) dan mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 23 orang (58%) .
Siklus I
Pelaksanaan Siklus I untuk pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis tanggal 2 Agustus 2012 jam 07.30 s.d 09.00 di ruang kelas XII IPS 5 dibantu observer Dra. Novarida Wati (Guru Bahasa Inggris). Tema yang dibahas yaitu Kehidupan Keluaraga (Die Familie) dengan sub tema: Teks atau dialog sederhana tentang kehidupan keluarga , yang terdiri dari:
§ Eine typische Kleinfamilie (Type Keluarga Kecil)
§ Eine typische Groβfamilie (Type Keluarga Besar)
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 September 2012 jam 07.30 s.d 09.00 di ruang kelas XII IPS 5 dengan observer Ibu Dra Euis Hendraningsih (Guru Bahasa Inggris). Tema pertemuan tentang kehidupan keluarga dengan sub tema tipe keluarga besar.(eine typische Groβfamilie).
Tingkat keaktifan siswa pada siklus pertama dari data yang diperoleh yaitu sebagai berikut: 14 siswa (35%) dinilai baik, 8 siswa (20%) dinyatakan cukup dan 18 siswa (45%) dianggap masih kurang aktif.
Sedangkan hasil penilaian terhadap Guru dari observer tentang proses belajar mengajar dengan model reciprocal teaching pada siklus I dari data yang diperoleh yaitu: 7 aspek (36.84%) dinilai baik , 12 aspek (63.16%) dinilai cukup dan tidak terdapat aspek yang mendapat penilaian kurang.
Hasil belajar siswa pada Siklus I terlihat belum maksimal, karena dari seluruh siswa kelas XII IPS hanya 24 siswa (60%) yang memenuhi batas KKM 75 sedangkan 16 siswa(40%) masih belum mencapai nilai KKM.. Nilai tertinggi sebesar 87 sedangkan nilai terendah sebesar 62.
Siklus II
Pertemuan ketiga (siklus II) dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 September 2012 jam 07.30 s.d 09.00 di ruang kelas XII IPS 5 diamati oleh observer Ibu Dra. Euis Hendraningsih (Guru Bahasa Inggris) dengan alokasi waktu 90 menit . Materi pokok bahasan tetap dengan tema: Kehidupan Keluarga (Die Familie) dengan sub tema: teks atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012 jam 07.30 s.d 09.00 di ruang kelas XII IPS 5 dengan observer Dra.Novarida Wati (Guru Bahasa Inggris). Tema pertemuan yaitu tentang kehidupan keluarga dengan sub tema keluarga tidak lengkap (Unvollständige Familie)
Tingkat keaktifan siswa pada siklus ke II yaitu: 26 siswa (65%) dinilai baik , 14 siswa (35%) dinilai cukup dan tidak ada siswa yang mendapat penilaian kurang aktif.
Dari data tersebut terlihat pada siklus II sebagian besar siswa sudah bisa berperan secara aktif dalam proses belajar menggunakan model reciprocal teaching dan tidak terdapat siswa yang kurang aktif . Hasil penilaian terhadap Guru dari observer tentang proses belajar mengajar pada siklus II diperoleh penilaian: 18 aspek (94.73%) dinyatakan baik dan 1 aspek (5.27%) dinyatakan cukup, tidak terdapat aspek yang dinilai kurang. Hasil pengamatan observer terhadap guru peneliti terdapat peningkatan kinerja guru dibandingkan penilaian pada siklus I. Penilaian cukup pada beberapa aspek pada siklus I , pada siklus II sebagian besar telah meningkat menjadi baik.
Data Hasil belajar siswa setelah dikonversi pada Siklus II , terlihat bahwa pada siklus II seluruh siswa telah mencapai kriteria ketuntasan yaitu melewati nilai KKM 75secara rinci sesuai KKM 12 siswa (30%) dan 28 siswa (70%) diatas KKM .. Nilai tertinggi yaitu 95.00 sedangkan nilai terendah 75.
Hampir seluruh aspek penilaian sudah mencapai batas KKM 75 dengan aspek Afektif merupakan aspek penilaian tertinggi, kecuali aspek Pelafalan yang masih belum mencapai KKM .
Dari data tersebut dapat disimpulkan adanya kenaikan perhatian dan sikap yang aktif dari seluruh siswa dalam proses pembelajaran dengan model reciprocal teaching ini sehingga mampu meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
Pembahasan
Tujuan dalam PTK ini sebagaimana telah disampaikan dimuka yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan suatu model (reciprocal teaching) terhadap peningkatan hasil belajar siswa khususnya untuk kompetensi membaca menyimak teks dalam bahasa Jerman. Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan model reciprocal teaching terhadap keberhasilan proses belajar dalam bahasa Jerman dalam kompetensi membaca tersebut, berikut disampaikan data hasil belajar siswa dari tahapan pra siklus, siklus I dan siklus II.
Tabel 4.4: Hasil belajar siswa dari tahapan Pra siklus, Siklus I dan Siklus II.
Data Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II |
|||||
Uraian |
Nilai Rata -Rata |
Pertumbuhan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Pert.I |
Pert II |
|
Nilai Rata –rata |
69.63 |
73.78 |
81.20 |
0.06 |
0.10 |
Dari gambaran data tersebut di atas diketahui adanya peningkatan secara kumulatif yaitu dari tahapan pra siklus ke siklus I terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 6% , sedangkan dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan sebesar 10% . Peningkatan dari pra siklus ke siklus I lebih rendah dari peningkatan dari siklus I ke siklus II disebabkan masih belum dilaksanakannya model reciprocal teaching secara baik karena baik siswa maupun guru masih dalam tahapan proses pembelajaran/penyesuaian. Namun adanya berbagai upaya perbaikan yang dilakukan berdasarkan evaluasi dari hasil siklus I, berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar pada siklus II.
Perbandingan hasil belajar siswa dalam pencapaian KKM prasiklus, siklus I dan siklus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.5: Tingkat Ketuntasan Siswa tahapan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.
Ketuntasan |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
Di bawah KKM |
23 |
16 |
0 |
Sesuai KKM |
12 |
9 |
12 |
Di atas KKM |
5 |
15 |
28 |
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa , juga dapat dilihat dari nilai tertinggi dan terendah yang diperoleh siswa pada tahapan pra siklus, siklus I dan siklus II seperti tergambarkan pada data di tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.6: Nilai Tertinggi dan Terendahtahapan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.
Nilai |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Tertinggi |
80 |
87 |
95 |
Terendah |
60 |
62 |
75 |
Dari gambaran data tersebut di atas terlihat adanya peningkatan pada nilai tertinggi maupun nilai terendah pada tahapan prasiklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II. Disamping berbagai upaya perbaikan yang dilakukan peningkatan kemampuan dan prestasi juga disebabkan meningkatnya tingkat keaktifan siswa pada siklus II dibandingkan siklus I seperti pada tabel berikut
Tabel 4.7: Tingkat Keaktifan Siswa pada Siklus I dan Siklus II.
Siklus |
Baik |
Cukup |
Kurang |
Siklus I |
35% |
20% |
45% |
Siklus II |
65% |
35% |
0% |
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa tingkat keaktifan siswa pada siklus II meningkat yaitu: tingkat keaktifan baik naik dari 35% menjadi 65% dan tingkat keaktifan kategori cukup naik dari 20% menjadi 35% , sedangkan untuk kategori peserta kurang aktif tidak ada lagi pada siklus II.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penggunaan reciprocal teaching sebagai model pembelajaran dapat mempengaruhi tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Kondisi tersebut tentunya sangat positif karena tingkat keaktifan siswa berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa.
Dari uraian tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa penggunaan reciprocal teaching sebagai model pembelajaran berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa khususnya dalam kompetensi membaca menyimak teks Bahasa Jerman.
Penutup
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Penggunaan reciprocal teaching sebagai model pembelajaran mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa khususnya dalam kompetensi membaca menyimak teks Bahasa Jerman.
b. Model pembelajaran reciprocal teaching, mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. Adanya peningkatan aktifitas siswa pada siklus I ke siklus II dengan kategori baik dari 35% menjadi 65% . Serta adanya peningkatan hasil belajar siswa dari mulai prasiklus, siklus I dan siklusII.
c. Setelah digunakan model reciprocal teaching terdapat peningkatan hasil belajar siswa dalam bahasa Jerman untuk kompetensi membaca menyimak teks dari pra siklus ke siklus I sebesar 6%, sedangkan dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan sebesar 10%. Artinya model pembelajaran reciprocal teaching mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Rekomendasi
Dengan memperhatikan pengalaman yang diperoleh dalam melaksanakan PTK, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepada siswa diharapkan dapat lebih aktif belajar dengan mencari bahan-bahan ajar di perpustakaan, internet , dan lainnya, serta lebih banyak berkomunikasi dan berdiskusi menggunakan bahasa Jerman dengan guru maupun siswa lainya.
2. Kepada guru lain khususnya untuk guru bahasa Asing direkomendasikan untuk menggunakan model Reciprocal teaching dalam proses pembelajaran Bahasa Asing, mengingat model ini bermanfaat dapat meningkatkan tingkat keaktifan siswaa dalam proses belajar mengajar yang tentunya berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa. Kepada Guru bahasa Jerman peneliti juga mengajak membentuk Club Study bagi siswa – siswa yang memiliki minat secara intensif untuk mempelajari bahasa Jerman.
3. Kepada Pimpinan Instansi tempat peneliti bertugas, kiranya dapat memperbanyak referensi perpustakaan dalam bahasa Jerman termasuk buku – buku kamus yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas. Disamping itu kepada Guru perlu lebih sering diikutsertakan dalam workshop, seminar atau pelatihan tentang penggunaanberbagai model dalam proses belajar dan mengajar sehingga mampu meningkatkan kreatifitasnya.
4. Kepada Dinas Pendidikan Nasional Kota Cimahi, kiranya dapat lebih meningkatkan event – event yang mendorong pengembangan bahasa Asing seperti seminar, atau lomba antar sekolah, pameran kebudayaan bekerja sama dengan pihak kedutaan atau lembaga budaya seperti Goethe Institute.
DAFTAR PUSTAKA
Muslihuddin,DR.H.M.Pd. Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Dan Sekolah
Abulraihan. 2008. Komponen-Komponen Kurikulum Pendidikan. http://abulraihan.wordpress.com/feed/atom/. Diakses tanggal 28 Februari 2009
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan pusat Kurikulum
Departemen pendidikan nasional. 2008. Sistem Penilaian KTSP. www slideshare.net/pujimr/sistem-penilaian-ktsp-sma-460345 – 64k –diakses pada tanggal 28 Februari 2009
Departemen Pendidikan Nasional.2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah.
Jakarta.elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Agama_Islam/PendidikanAgamaIslam.pdf. tanggal 28 Februari 2009
Hamalik,Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum. Bandung. Mandar Maju
Kunandar. 2007. Guru Profesioanl Implementasi KTSP dan Persiapan
Menghadapi Sertivikasi Guru. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Madjid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Pengembangan StandarKompetensi Guru. Bandung. PT Remaja Rosda Karya
Moleong, Lexy. 2000.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarata. Bumi Aksara
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosda Karya
Muslich, Mansur. 2007. Kurrikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pengembangan dan Pemahaman. Jakarta. Bumi Aksara
Soetopo, Hendyat, Wasty Soemanto. 1998. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Bina Aksara
Soekisno, Bambang. 2007. Selayang Pandang Perjalanan Kurikulum Nasional
rbaryans.wordpress.com/2007/05/…/bagaimanakah-perjalanan-kurikulumxiii nasional-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah. Diakses pada tanggal 28 Februari 2009
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta
Sutrisno. 2008. Profil Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jambi.Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
Suyatma, Deri. 2008. Antara KBK dengan KTSP
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08. Diakses pada tanggal 28 Februari 2009
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Bandung. PT Remaja Rosda Karya
Tim FAI. 2008. Penulisan Researc Brief, Proposal Skripsi dan Skripsi FAI UMM.Malang. FAI
________, 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
http://guruw.wordpress.com/2007/04/30/ktsp-kurikulum-tingkat-satuanpendidikan-whats-up. Diakses pada tanggal 28 Februari 2009
Zaenul, Agus. 2008. Manajemen Kurikulum Dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah.http://zafazain.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 28 Februari 2009