Meningkatkan Kemampuan dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM BERBICARA MENGUNGKAPKAN OFFERING HELP (MENAWARKAN JASA) MELALUI METODE ROLE PLAYING
Euis Hendraningsih
SMAN 4 Cimahi
ABSTRAK
Adanya temuan rendahnya kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) di kelas XII IPS 1 SMAN 4 Cimahi, hal tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas . Melalui hasil diskusi kami dengan guru Bahasa Inggris di SMAN 4 Cimahi untuk menangani kesulitan siswa di atas, maka penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakanmetode Role Playing. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk(a) mengetahui efektifitas metode Role Playing dalam meningkatkan kemampuan siswa (b) mengetahui proses peningkatan motivasi siswa (c) mengetahui besarnya peningkatan kemampuan siswa di kelas XII IPS 1 SMAN 4 Cimahi Tahun Pelajaran 2041-2015, sebelum dan setelah menggunakan metode Role Playing. Penelitian ini juga menggunakan tindakan kelas (Action Research) dengan 2 siklus, dan setiap siklusnya melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data yang diperoleh berupa lembar kerja siswa, lembar observasi siswa dan guru, lembar motivasi serta nilai hasil pembelajaran. Sasaran penelitian adalah kelas XII IPS 1 SMAN 4 Cimahi Tahun Pelajaran 2014-2015. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar dan aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar (ketuntasan) siswa pada siklus I sebesar 15% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 54%. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa metode Role Playing sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran mengungkapkan offering help. Metode ini dapat diterapkan selain untuk pembelajaran Bahasa Inggris, juga pada pembelajaran mata pelajaran lainnya.
Kata Kunci: Berbicara, Kemampuan Siswa, Metode Role Playing.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar ditentukan oleh metode pembelajaran yang tepat yang dilakukan oleh guru yang disesuaikan .dengan kondisi dan kemampuan siswa di kelas,, dengan demikian penelitian ini menyangkut latar belakang, proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi siswa dalarn memperoleh pengalaman belajar. Ada beberapa hal yang melatar belakangi dalam proses pembelajaran, dalam hal ini siswa dan yakni hasil belajar siswa.
Latar belakang siswa, Proses pembelajaran dan Hasil belajar Masalah besar bagi siswa adalah mereka belum dapat berkomunikasi atau mengungkapkan pendapatnya yang sederhana dalam bahasa Inggris baik secara lisan rnaupun tulisan. Keadaan ini sebagaimana diungkapkan oleh Swan (1990:85) “The learner who has studied the language for seven years, but who cannot ask, for a glass of water, a cab, or a light ,for a cigarette, is regularly brought on to the stage to justify demand for a radical change in our to language teaching”, Pernyataan tadi membuktikan bahwa ketika terjadi proses perbelajaran terdapat kekurangan, sehingga sasaran yang dituju tidak tepat. Untuk mengatasi hal-hal seperti diatas, perlu dicari pemecahan dengan mengembangkan model pembelajaran yang dapat menerapkan kehidupan sehariÂ-hari/kondisi nyata dalam proses belajar mengajar.
Peneliti mencoba memberi variasi lain untuk menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap Bahasa Inggris. Salah satu strategi yang telah peneliti lakukan adalah belajar sambil bermain, yang dikemas dalam sebuah permainan peran atau yang dikenal dengan role playing. Agar mereka merasa senang dengan pembelajaran Bahasa Inggris, tema role playing didiskusikan bersama sesuai dengan keinginan mereka.
Dengan role playing, siswa akan mempersiapkan terlebih dulu bentuk percakapannya, kalimat-kalimat yang hendak disampaikan. Dan saat memproduksi kalimat inilah banyak kendala yang mereka hadapi, antara lain: Vocabulary, structure, pronunciation . Masalah yang paling banyak dijumpai adalah proses menyusun kalimat sesuai dengan struktur bahasa Inggris.
Banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan berbicara, namun peneliti lebih cenderung memilih metode role playing karena memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa.Terlebih dahulu siswa menyusun sebuah narasi, mereka secara tidak sengaja belajar menyusun kalimat menurut tata bahasa Inggris yang benar. Andai kata kalimat yang mereka hasilkan tidak sesuai dengan tata bahasa yang benar dan kosakata yang tepat, maka akan mempersulit pemahaman bagi lawan bicaranya ataupun bagi yang mendengarkan.
Gillian Porter Ladousse (1987) memberi dukungan bahwa role-playing menambah variasi, perubahan perilaku dan kesempatan memproduksi kalimat serta banyak kesenangan (role playing into the classroom adds variety, a change of pace and opportunities for a lot of language production and also a lot of fun!). Pendampingan guru dalam hal ini mutlak diperlukan karena mereka masih baru mengenal tata bahasa Inggris dan minim kosakata.
Kedua, setelah siswa selesai menyusun narasi, mereka belajar memperagakan isi narasi tersebut dalam unjuk kerja yang berupa bermain peran. Siswa secara tidak sengaja belajar berbicrara dengan benar dan juga belajar akting sesuai dengan yang mereka perankan. Dengan semakin sering siswa diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas baik itu menjawab pertanyaan ataupun unjuk kerja lainnya, lama-kelamaan mereka akan berani menyampaikan gagasannya, dan nantinya mereka akan mempunyai rasa percaya diri.
Pendapat ini didukung oleh Maidar G. Arsjad (1987: 23) yang juga menyatakan bahwa banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun mereka sering kurang terampil menyajikannya secara lisan. Apalagi berbicara secara formal tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Walaupun secara alamiah setiap orang mampu berbicara, namun berbicara secara formal atau dalam situasi resmi sering menimbulkan kegugupan, sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur. Bahkan yang lebih parah lagi ada orang yang tidak berani berbicara sama sekali. Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara, telah menyebabkan pembinaan kemampuan berbicara ini sering diabaikan. Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran bahasa asing yang diajarkan pada siswa kelas X serta XI dan kelas XII program inti IPA/IPS di SMA Negeri 4 Cimahi. Materi yang diberikan pada kelas XII merupakan materi sederhana yang digunakan dalam percakapan sehari-hari seperti mengungkapkan Offering Help (menawarkan jasa).
Berdasarkan KTSP terdapat 4 kompetensi yang harus dikuasai oleh para siswa yaitu: listening, speaking, reading, writing.. Sesuai dengan standar `kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan berdasarkan KTSP maka keberhasilan pembelajaran ditetapkan apabila siswa mampu mencapai angka kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70 ke atas. Meskipun di sekolah ini memiliki jumlah guru bahasa Inggris yang cukup dan juga memiliki laboratorium bahasa, namun kenyataannya tidak mudah bagi para siswa untuk mencapai standar nilai KKM tersebut khususnya untuk kompetensi berbicara. Untuk lebih meningkatkan efektivitas proses pembelajaran tersebut, peneliti mencoba memberi variasi lain untuk menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap Bahasa Inggris. Banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan berbicara, namun peneliti lebih cenderung memilih metode role playing karena memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa. Dengan metode ini siswa dapat belajar sambil bermain sehingga memperoleh kesenangan dalam proses pembelajaran. Agar metode ini lebih menarik tema role playing biasanya didiskusikan bersama sesuai dengan keinginan mereka. Dalam memasuki millenium ketiga yang bercirikan kompetensi global, menuntut individu untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi agar dapat tetap bertahan dalam persaingan sebagian besar ilmu pengetahuan dan teknologi menggunakan bahasa asing sebagai referensi, sehingga penguasaan bahasa asing mutlak diperlukan
Dengan demikian penerapan metode role playing ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas belajar dan berpengaruh terhadap pencapaian standar KKM yang harus dipenuhi oleh siswa didik.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) dalam Bahasa Inggris?
b. Bagaimana proses peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) dalam Bahasa Inggris sebelum dan sesudah penggunaan metode role playing ?
c. Seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) dalam Bahasa Inggris setelah menggunakan metode role playing ?
Pemecahan masalah
Rendahnya kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 4 Cimahi disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan siswa peserta didik tidak terdorong untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sehingga hasil pembelajaran kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan penciptaan suasana yang kondusif sehingga siswa didik termotivasi dan berperan secara aktif dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Jika siswa punya keberanian berbicara dan berpendapat serta disajikan pendekatan yang lebih variatif dan menarik akan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris. Metode role playing dipandang oleh peneliti tepat untuk mengatasi masalah tersebut, karena dengan metode ini maka siswa secara tidak sengaja belajar melafalkan ujaran dengan benar dan menyusun kalimat dengan menggunakan kosakata yang tepat serta tata bahasa yang benar melalui peran yang mereka mainkan. Semakin sering siswa memproduksi kalimat maka semakin lancar mereka mengungkapkan gagasan atau idenya
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian selama proses kegiatan belajar mengajar dan penilaian dalam proses belajar mengajar dengan metode role playing pada kelas XII IPS 1 SMA Negeri 4 Cimahi yaitu untuk:
a. Mengukur peningkatan kemampuan berbicara mengungkapkan offering help (menawarkan jasa)dalam Bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 4 Cimahi dengan menggunakan metode role playing .
b. mengetahui proses peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 4 Cimahi sebelum dan sesudah menggunakan metode role playing.
c. mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) dalam Bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 4 Cimahi dengan menggunakan metode role playing.
Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti memformulasikan hipotesis sebagai berikut: “Dengan menggunakan metode role playing dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti adalah berkenaan dengan 3 aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif, maka kemampuan berbicara mengungkapkan offering help (menawarkan jasa) dalam bahasa Inggris siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 4 diharapkan dapat meningkat.
Metode Penelitian
Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut Classroom Action Research (CAR). PTK adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan rasional dari tindakan–tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam terhadap tindakan–tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan melalui 4 tahap, yakni: Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflective).
Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII IPS 1 SMAN 4 Cimahi tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah sampel sebanyak 35 siswa terdiri dari 15 orang siswa perempuan dan 20 orang siswa laki – laki. Pada tahun pelajaran 2014/2015 SMA Negeri 4 Cimahi memiliki 12 kelas XII yang terdiri dari IPA ada 7 kelas dan IPS ada 5 kelas. Peneliti memilih kelas XII IPS 1 sebagai subyek penelitian karena peneliti mengajar di kelas tersebut dan berdasarkan pengamatan peneliti pada tahun pelajaran 2014/2015 kondisi kelas ini (Kelas XII IPS 1) kurang aktif, banyak siswa dalam kelas ini yang nampak pasif dalam pembelajaran bahasa Inggris, mereka kurang berani mengambil inisiatif dalam berbicara dibanding kelas lainnya. Hal tersebut tercermin dalam perolehan nilai semester ganjil tahun 2014/2015 kelas ini mendapat nilai yang terendah dibandingkan kelas IPS lainnya. Sebagai gambaran pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 nilai tertinggi 63,00 dan nilai terendah 20,00 dengan nilai rata-rata 52. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi tatap muka yaitu 4 jam pelajaran per minggu dengan waktu 45 menit per jam pelajaran.
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa: a.Rubrik penilaian yang meliputi:aspek kognitif terdiri dari: struktur dan pelafalan, b.,aspek psikomotorik terdiri dari: kelancaran komunikasi dan intonasi ,c.aspek afektif yaitu penilaian tentang sikap. Sedangkan Jenis data yang dihimpun adalah data kualitatif karena penelitian ini merupakan penelitian proses yang dilakukan selama tindakan berlangsung.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas in i prosedurnya menggunakan model Kemmis dan Taggart (Muslihuddin, 2010:69). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana siklus kedua sangat tergantung kepada dampak atau hasil dari pemberian tindakan pada siklus pertama terungkap kekurangan-kekurangannya yang ditindaklanjuti serta dimasukan ke dalam perencanaan siklus kedua.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Deskriftif Analitik. Adapun deskripsi yang dipakai untuk mengetahui kemampuan mengungkapka menggunakkan Bahasa Inggris dengan melalui metode role playing adalah sebagai berikut: aspek kognitif terdiri dari: struktur dan pelafalan; aspek psikomotorik terdiri dari: kelancaran komunikasi dan intonasi; aspek afektif yaitu penilaian tentang sikap. Teknik analisisnya menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dipergunakan untuk mengolah data hasil pengamatan selama proses pembelajaran, sedangkan analisis kuantitatif dipergunakan untuk mengolah data hasil belajar.
Hasil Penelitian
Kegiatan Pendahuluan
Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal di kelas XII IPS 1. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran awal kemampuan berbicara bahasa inggris siswa kelas XII IPS 1 dalam mengungkapkan offering help. Dan hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih rendah. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menggunakan metode role playing dalam proses pembelajaran bahasa Inggris untuk kompetensi berbicara. Dengan menggunakan metode role playing ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris siswa kelas XII IPS 1 dalam mengungkapkan offering help. Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan siswa setelah menggunakan metode role playing dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris pada kompetensi berbicara, diperlukan data awal kemampuan siswa dalam berbicara mengungkapkan offering help Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan test pra–siklus pada masing – masing siswa dengan menggunakan metode tanya jawab. Perolehan nilai tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kompetensi berbicara mengungkapkan offering help dalam bahasa Inggris. Dari hasil test awal diperoleh gambaran kemampuan berbicara mengungkapkan offering help dalam bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPS 1, ternyata sangat rendah dan seluruh siswa tidak mencapai standar nilai ketuntasan. Berikut disajikan data hasil test awal yang telah dilakukan peneliti pada pra siklus. Seluruh siswa tidak mencapai standar minimal ketuntasan (KKM) sesuai yang ditetapkan yaitu 70.
Data Keaktifan Siswa pada Siklus I
Dari data tersebut terlihat pada siklus I= 54% atau sebagian besar siswa masih kurang aktif dalam proses belajar menggunakan metode role playing., 23% cukup aktif dahanya 23% berperan serta dengan baik
Terdapat adanya peningkatan pada seluruh aspek penilaian dari pertemuan ke pertemuan berikutnya meskipun tidak terlalu tinggi
Proses pembelajaran bahasa Inggris menggunakan metode role playing secara umum belum berjalan dengan cukup baik. Siswa nampak kurang termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan ini. Ada kesan bahwa siswa kurang berminat dengan kegiatan ini. Hal ini terlihat pada penampilan mereka yang terkesan asal – asalan, walaupun tidak semuanya. Pada umumnya siswa kurang variatif dalam mengembangkan isi cerita yang sesuai dengan tema yang diberikan. Pendampingan guru pada saat ini sangat diharapkan, agar ide–ide, pendapat ataupun daya kreatifitas siswa terbangun. Upaya – upaya perbaikan pada setiap pertemuan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Koreksi bersama dari hasil perekaman maupun pengamatan setelah pelaksanaan tindakan selesai merupakan hal yang positif karena dalam ingatan siswa masih segar dengan segala sesuatu yang baru saja mereka lakukan.Namun siswa umumnya menyukai metode ini karena dalam proses belajar mengajar dengan metode ini menyenangkan dan mengurangi tekanan dalam mengekspresikan kemampuan siswa dan siap untuk memperbaiki kekurangannya pada siklus ke II. Data pada penilaian hasil belajar dan tingkat keaktifan siswa serta catatan – catatan yang disampaikan observer menjadi masukan berharga bagi peneliti untuk perbaikan dalam siklus II. Untuk siklus II diperlukan persiapan yang lebih matang, baik dari peneliti sebagai pengajar maupun para siswa dan kelompoknya sehingga proses pembelajaran menggunakan metode role playing dapat dilaksanakan lebih baik dan lancar, maka peneliti melakukan kegiatan pembelajaran materi yang sama pada siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi dari siklus II, dapat gambaran bahwa model pembelajaran dengan menggunakan role playing ini telah membangkitkan motivasi belajar siswa khususnya dalam Bahasa Inggris. Penggunaan model pembelajaran ini telah meningkatkan rasa percaya diri siswa, hal ini nampak pada saat mereka memerankan beberapa peran yang harus mereka mainkan. Sebagian besar siswa tampil percaya diri, dan ada perkembangan dengan suara dan sikap yang cukup menjiwai, bahkan ada yang mirip dengan karakter tokoh yang diperankan. Pada akhir siklus peneliti telah mengadakan wawancara mengenai model pembelajaran dengan menggunakan role playing, kebanyakan siswa merasa senang mengikuti kegiatan ini. Dalam metode ini siswa tidak merasa terdapat tekanan dalam mengekspresikan kemampuannya. Siswa juga merasa dengan belajar secara kelompok dapat meningkatkan motivasi dalam mempelajari bahasa Inggris. Peranan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi membantu siswa lainnya dalam memahami struktur, kosakata, pelafalan dan intonasi , sehingga meningkatkan kemampuan belajar bahasa Inggris siswa lainnya.
Data Nilai Tertinggi dan Terendah(pada Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II)
Nilai |
Pra-siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Nilai Tertinggi |
61 |
71.25 |
89.25 |
Nilai Terendah |
26 |
35.5 |
70 |
Terlihat adanya peningkatan pada nilai tertinggi maupun nilai terendah pada tahapan pra-siklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan evaluasi tingkat ketuntasan, pada tahapan pra-siklus tidak terdapat siswa yang mencapai tingkat ketuntasan sesuai nilai KKM 70, pada tahapan siklus I siswa yang mencapai KKM 70 hanya 1 orang yaitu Citra Maharani, sedangkan pada siklus II seluruh siswa mencapai tingkat ketuntasan KKM 70 atau tingkat ketuntasan sebesar 100% .Dari uraian tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa penggunaan role playing sebagai model pembelajaran mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam peningkatan hasil belajar siswa khususnya dalam kompetensi berbicara Bahasa Inggris.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan tentang penggunaan metode role playing yang telah diaplikasikan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas XII IPS 1 dan untuk membangun motivasi siswa dalam pembelajaran berbicara mengungkapkan offering help,, peneliti bersama observer telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tindakan kelas yang telah ditetapkan dan berdasarkan tahapan tindakan yang dilakukan dengan dua siklus, maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa:
a. Penggunaan role playing sebagai metode pembelajaran mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam peningkatan kemampuan siswa khususnya dalam kompetensi berbicara Bahasa Inggris.
b. Ternyata penerapan metode role playing, dapat menumbuhkan motivasi siswa kelas XII IPS 1 selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Dengan menggunakan metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 dalam berbicara bahasa Inggris mengungkapkan offering help.
Saran
Bagi siswa
1) Agar sering berlatih berbicara bahasa Inggris di sekolah, di rumah dan di setiap kesempatan.
2) Perbanyak membaca buku bahasa Inggris dan mendengarkan berita- berita dalam bahasa Inggris untuk menambah perbendaharaan kata bahasa Inggris dan dapat melancarkan dalam berbicara.
Bagi guru
1) Guru agar lebih sering mengikuti workshop, seminar atau pelatihan tentang penggunaan berbagai metode pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kreatifitasnya.
2) Harus banyak membaca buku-buku referensi tentang metode pembelajaran yang mutakhir agar dapat mengikuti perkembangan dalam metode pembelajaran.
Bagi Sekolah
1) Untuk meningkatkan jumlah lulusan dan mempersiapkan siswa masuk ke perguruan Tinggi Negeri sebaiknya sekolah memfasilitasi siswa dan guru dengan media dan sarana yang mendudkung.
2) Metode yang baik yang digunakan oleh guru di kelas sebaiknya di dukung dengan menambah buku-buku referensi di perpustakaan.
Bagi Dinas Pendidikan
1. Dapat menjadi referensi sehingga dapat memberi kesempatan seluas-luasnya pada guru untuk diikutsertakan dalam berbagai kegiatan lomba dan olimpiade di tingkat kota, provinsi maupun tingkat Nasional.
2. Lebih sering mengadakan workshop atau seminar di berbagai tingkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Preus.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Komardi, Didik, S.Ag, Mpd dan Wijayanti, Wahyu, S.Pd. 2011. PanduanLengkap PTK. Yogyakarta. Sabda Media.
Mukhlis, Abdul (ED). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Untuk Guru-Guru se Kabuipaten Tuban.
Musilihuddin, H, Dr, M.Pd. 2011. Kiat Sukses Melakukan Penelitian TindakanKelas Sekolah.
Bandung: Rizqi Press
Nur, Moh. 2001. Permotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian_prestasi_belajar/
Edukasi.kompasiana.com/…/elemen_elemen_kemampuan_belajar_1/