MENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

DALAM MATERI BERPIDATO MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY LEARNING DI KELAS XII IPA 1

 

Ai Halimah

Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Kota Cimahi

 

ABSTRAK

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena gurulah yang secara langsung dapat memengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Dalam permasalahan ini, guru berperan penting dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat serta sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Dari pengamatan penulis di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Kota Cimahi masih banyak siswa yang kemampuannya dalam berpidato masih rendah yaitu hanya 15,15% (5) orang saja yang kemampuan berpidatonya di atas KKM yang ditetapkan. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba melakukan penelitian di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi dengan menerapkan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) dalam proses pembelajaran berpidato tanpa teks. Tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah: (1) untuk mengukur hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam berpidato tanpa teks, (2) untuk mengetahui proses peningkatan kemampuan siswa dalam berpidato tanpa teks, sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), (3) untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan siswa dalam berpidato tanpa teks dengan menerapkan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning).  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analitik dalam bentuk Action Research.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) pada proses pembelajaran, aktivitas serta persentase ketuntasan siswa dalam berpidato tanpa teks menjadi lebih baik dan meningkat, yaitu dari 15,15% pada prasiklus, menjadi 33,33% pada siklus I dan jauh lebih meningkat lagi menjadi 100% pada siklus II. Dari deskripsi di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) dapat meningkatkan aktivitas serta kemampuan siswa dalam berpidato tanpa teks. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar model pembelajaran penemuan (discovery learning) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Kata kunci:      Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning),Hasil Belajar Siswa, Berpidato taspa teks.

 

Pendahuluan

Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran bahasa ditentukan oleh: (a) prestasi belajar, (b) prestasi mengajar, (c) prestasi system, melibatkan pembelajar dan pengajar (Henry Guntur Tarigan dalam Pengajaran berbicara, 1993:3)

Masalah utama dalam penelitian ini berhubungan dengan sistem, yaitu menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kompetensi siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi keterampilan berpidato pada pembelajaran bahasa Indonesia.

 Berbicara secara resmi di depan orang banyak atau khalayak yang dikenal dengan istilah berpidato bukanlah persoalan sederhana yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Adakalanya orang memiliki kemampuan untuk menuangkan apa yang ada di benak pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan tetapi ketika harus mempresentasikannya secara verbal dihadapan orang banyak lidahnya menjadi kelu sehingga pesan yang disampaikan menjadi tidak sempurna. Sebaliknya, ada orang yang pandai berbicara atau berpidato, tetapi tidak bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan. Namun, ada juga orang yang memiliki kemampuan untuk menulis sekaligus juga mahir dalam berpidato tetapi orang yang memiliki kemampuan seperti ini jumlahnya masih sedikit.

Khusus tentang kemampuan berpidato, kendala yang sering dialami oleh para pembicara, diantaranya adalah; menentukan diksi yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, merangkai kata agar menjadi kalimat yang menarik, merangkai kalimat secara runtut, memilih kalimat yang efektif juga penguasaan materi pembicaraan serta penguasaan panggung pembicaraan. Meskipun sebenarnya kata-kata yang sudah tersedia yang bisa dipilih merupakan hamparan dictionary yang tidak sedikit untuk bisa digunakan. Namun demikian, kemampuan berpidato tetap saja merupakan keterampilan yang tidak mudah dilakukan.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa SMAN 4 Cimahi yang muncul di antaranya adalah mengungkapkan gagasan dalam bentuk verbal, menyusun struktur pembicaraan secara runtut, dan menampilkan bahasa yang menarik serta mudah dimengerti. Demikian pula halnya ketika siswa berpidato di depan kelas, unsur lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat yang harus ditunjukkan masih merupakan masalah yang tidak bisa dianggap mudah.

Berkaitan dengan keterampilan berpidato ini, juga terdapat kekeliruan yang dilakukan guru. Kekeliruan ini dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Dalam proses belajar mengajar, masih dijumpai guru menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat kreativitas berpidato siswa. Guru sebagai penentu proses pembelajaran sedangkan siswa secara pasif hanya bisa menangkap dan menerima apa yang ditentukan oleh guru.

 Dari hasil pengamatan awal peneliti di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 kota Cimahi, diperoleh beberapa indikator yang menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berpidato masih rendah sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan keterampilan berpidato mereka. Pengamatan awal peneliti di kelas XII IPA 1 SMAN 4 Cimahi, memperoleh nilai berupa hasil tes/uji kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks masih sangat rendah yaitu hanya 5 orang (15,15%) dari 33 orang siswa yang kemampuannya di atas KKM (75) yang ditentukan.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan berpidato pada siswa adalah melalui penerapan model Discovery Learning. Dengan menggunakan model Discovery Learning diharapkan siswa dapat mengeksplor kemampuannya secara mandiri yang diantaranya melalui kegiatan mencari, mengidentifikasi dan menyelidiki sendiri sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran.

Akhirnya siswa diharapkan bisa mempresentasikan hasil penemuan dan hasil pembelajaranya di depan kelas.Penggunaan model Discovery Learning diharapkan dapat memberikan peranan terhadap peningkatan keterampilan serta hasil belajar siswa baik pada segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik pada keterampilan berpidato.

Perumusan dan Pemecahan Masalah

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam keterampilan berpidato? Bagaimanakah proses peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan berpidato sebelum dan sesudah menggunakan model Discovery Learning? Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan berpidato melalui model Discovery Learning?

Dari fenomena masih rendahnya kemampuan presentasi berpidato pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi tahun pelajaran 2013/2014, penulis mengambil tindakan yaitu “Meningkatkan Keterampilan dan Hasil Belajar Siswa dalam Materi Berpidato melalui Model Discovery Learning di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Kota Cimahi.”

Adapun langkah kegiatannya sebagai berikut: Tahap awal merupakan pratindakan yaitu identifikasi model Discovery Learning dan kemampuan awal keterampilan berpidato. Langkah kedua, pelaksanaan tindakan yang terdiri atas dua siklus. Siklus I penerapan model Discovery Learning, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan lanjutan model Discovery Learning.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam keterampilan berpidato dengan menggunakan model Discovery Learning; mengetahui proses peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan berpidato sebelum dan sesudah menggunakan model Discovery Learning; dan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan berpidato dengan menggunakan model Discovery Learning.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Manfaat bagi siswa adalah untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajar dalam keterampilan berpidato serta untuk meningkatkan aktivitas dan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Manfaat bagi peneliti (guru) adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengemas proses pembelajaran sehingga menjadi lebih professional, memperbaiki proses pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih kreatif dan inovatif, termotivasi untuk memilih dan menerapkan metode serta model pembelajaran yang bervariasi serta membangun proses pembelajaran yang aktif, efektif, lebih bermakna dan menyenangkan. Manfaat bagi sekolah adalah untuk memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah, memberikan kontribusi dalam mengembangkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemajuan sekolah, meningkatkan kompetensi lulusan, serta meningkatkan prestasi sekolah.

 

 

 

Kajian Teori

Pengertian Model Discovery Learning

Pada Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015 (28-30), dipaparkan bahwa model pembelajaran berbasis penemuan Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang dilaksanakan apabila materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final, akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan Inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini. Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada Inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Metodologi Penelitian

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu studi yang digunakan untuk mengumpulkan data, mendeskripsikan, mengolah, menganalisis, menyimpulkan dan menafsirkan data sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan sistematis. Penelitian dilaksanakan berangkat dari permasalahan pembelajaran yang ditemukan di kelas. Kemudian ditidaklanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran, direfleksi, dan dianalisis. Setelah hasil tindakan direvisi berdasarkan temuan saat refleksi, lalu dilakukan penerapan tindakan perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu pada siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian

Prosedur yang dijadikan acuan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart dalam Muslihudin (2011:68). Dikemukakan bahwa komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan karena pada kenyataannya antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Kedua kegiatan dilakukan dalam satu kesatuan waktu, dalam arti begitu berlangsung suatu tindakan begitu pula observasi harus dilakukan.

 

Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri atas empat komponen, yaitu; perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada penelitian ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. (Muslihudin, 2011:69)

Prosedur penelitian diawali dengan pratindakan yaitu mengadakan identifikasi model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) dan identifikasi presentasi berpidato tanpa teks siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi. Kemudian dilaksanakan tindakan yang terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus tindakannya ada empat tahapan yaitu (1) persiapan/perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi awal di kelas. Pembelajaran dimulai dengan mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa berupa presentasi berpidato tanpa teks. Perolehan nilai tes ini akan digunakan sebagai acuan perbandingan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) dalam proses pembelajaran.

Kenyataan menunjukkan, perolehan hasil observasi yang berupa nilai tes/uji kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih tergolong sangat rendah yaitu hanya 5 orang saja (15,15%) dari jumlah 33 orang siswa yang kemampuannya di atas KKM. Hal ini menunjukkan bahwa kenyataan masih jauh sekali dari harapan.

Solusi dari permasalahan diatas penulis melakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran discoveri learning dalam proses pembelajaran di kelas. Berikut ini disajikan grafik data hasil belajar siswa kerupa kemampuan presentasi berpidato tanpa teks pada siklus I,

Rata-rata nilai kemampuan siswa pada presentasi berpidato tanpa teks adalah 69 dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 55. Siswa yang kemampuannya dalam presentasi berpidato tanpa teks di atas KKM ada 11 orang (33,33%) dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75.

Hal ini memberikan gambaran bahwa ada peningkatan hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks walaupun masih sedikit dari prasiklus ke siklus I.

Refleksi

Berdasarkan data hasil observasi di atas, dapat dianalisis bahwa sebenarnya guru/peneliti sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah yang ditetapkan dalam RPP. Guru terdeteksi cukup baik dalam menjelaskan materi pembelajaran dan mendeskripsikan teknik serta langkah-langkah presentasi berpidato tanpa teks dengan empat pilihan tema yang ditawarkan.

Namun, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer, masih terdapat beberapa kekurangan yang dilakukan guru/ peneliti pada tindakan siklus I ini. Kekurangan yang terekam di antaranya adalah guru kurang membatasi dirinya untuk memberikan penjelasan tentang teori berpidato secara detail sehingga terkesan masih mendominasi proses pembelajaran.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut serta hasil diskusi antara guru/peneliti dengan observer, maka diperlukan perbaikan yang harus dilakukan pada tindakan proses belajar mengajar (PBM) siklus II.

Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks adalah 80 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 75. Siswa yang hasil belajarnya di atas KKM yang ditentukan adalah 33 orang atau 100% -walaupun nilai yang diperoleh sangat bervariasi- dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini memberikan gambaran bahwa sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang sangat baik dari siklus I ke siklus II.

Refleksi

Dari data pada proses pembelajaran presentasi berpidato tanpa teks dengan empat pilihan tema dengan menerapkan model pembelajaran penemuan (discovery learning) pada siklus II, diperoleh gambaran bahwa seluruh siswa telah menyukai dan antusias melaksanakan seluruh kegiatan. Hal ini terwujud karena siswa diberi motivasi kuat agar berperan serta secara proaktif untuk melakukan kegiatan mengamati, mengidentifikasi, mencari dan mengumpulkan informasi, lalu mengolah dan menganalisis bahan pembelajaran berdasarkan temuannya dari penayangan video yang berisi ilustrasi berupa beberapa contoh presentasi berpidato siswa SMA.

Hampir seluruh siswa sudah terlihat melakukan seluruh kegiatan dengan senang hati . Mereka sudah sangat terbiasa mengajukan pendapat dan pertanyaan kepada teman kelompoknya juga kepada guru dengan baik. Suasana kelas sudah sangat kondusif, tercipta interaksi yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Mereka menaruh perhatian satu sama lain dengan baik, memperhatikan dan membantu temannya yang masih mengalami kesulitan.

Dari data hasil perolehan nilai kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks pada siklus II didapatkan fakta bahwa dari jumlah 33 orang siswa kelas XII IPA1 SMA Negeri 4 Cimahi, seluruh siswa yakni 33 orang (100%) sudah memperoleh ketuntasan. Hal ini menunjukkan perolehan nilai kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks dari siklus I ke siklus II sudah sangat meningkat jauh lebih baik. Hasil diskusi antara peneliti dengan observer dinyatakan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil dengan sangat memuaskan.

Pembahasan

Setelah proses pembelajaran siklus I dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran penemuan (discovery learning) pada materi presentasi berpidato tanpa teks untuk meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa di kelas XII IPA 1 SMA negeri 4 Cimahi dilaksanakan, guru/peneliti melihat adanya perubahan yang sangat berarti dan bermakna.

 

Nilai terendah pada prasiklus sebesar 55, kemudian masih belum terjadi peningkatan yaitu tetap 55 pada siklus I, dan meningkat dengan sangat berarti, menjadi lebih baik pada siklus II yaitu 75.

Demikian juga nilai tertinggi pada prasiklus sebesar 83, kemudian masih belum mengalami peningkatan yaitu masih tetap 83 pada siklus I, dan meningkat dengan sangat berarti yaitu 90 pada siklus II. Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran penemuan (discovery learning) sangat cocok dan efektif diterapkan pada pembelajaran presentasi berpidato tanpa teks.

Pada prasiklus hanya 15,15% atau sebanyak 5 orang siswa yang nilainya di atas KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus I meningkat sedikit menjadi 33,33% atau 11 orang siswa yang nilainya di atas KKM. Selanjutnya, setelah banyak perbaikan dilakukan, maka pada siklus II meningkat menjadi sangat baik yaitu 100% atau 33 orang siswa berhasil mencapai nilai di atas KKM yang ditetapkan.

Simpulan dan Rekomendasi.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi tahun pelajaran 2013/2014, setelah menerapkan model pembelajaran penemuan (discovery learning) dalam proses pembelajaran presentasi berpidato tanpa teks, maka perolehan hasil belajar berupa kemampuan presentasi berpidato tanpa teks, menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.

Secara khusus, peneliti kemukakan simpulan sebagai berikut:

a.     Hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks dengan empat pilihan tema kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi sebelum menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) memiliki nilai rata-rata kelas sebesar 66,masih sangat jauh dari KKM yang ditetapkan yaitu 75. Akan tetapi, ketika diubah dengan menerapkan model pembelajaran penemuan (discovery learning), rata-rata kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks meningkat menjadi 69 pada siklus I, dan lebih meningkat lagi menjadi 80 pada siklus II.

b.     Hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam presentasi berpidato tanpa teks dengan empat pilihan tema kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi, sebelum menerapkan model pembelajaran penemuan (discovery learning), hanya 15,15% atau 5 orang siswa saja yang nilainya di atas KKM. Akan tetapi, ketika menerapkan model pembelajaran penemuan (discovery learning) dalam proses pembelajaran presentasi berpidato tanpa teks, siswa yang nilai KKM-nya di atas KKM yang ditentukan, meningkat menjadi 33,33% atau 11 orang siswa pada siklus I. Selanjutnya lebih meningkat lagi menjadi 100% atau 33 orang siswa pada siklus II.

Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyampaikan rekomendasi agar model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) dapat digunakan sebagai salah satu alternative model pembelajaran di kelas karena sangat baik dan bermanfaat bagi siswa, guru, dan juga sekolah.

 

Bagi siswa:

1).   Dapat meningkatkan motivasi belajar menjadi lebih baik;

2).   Dapat meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan siswa dalam presentasi berpidato;

3).   Dapat menggairahkan kegiatan yang dilaksanakan yaitu menjadi lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia;

4).   Dapat mewujudkan proses pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih bermakna, lebih bermanfaat dan menyenangkan.

Bagi peneliti (guru):

1).   Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran sehingga menjadi lebih profesional;

2).   Dapat memperbaiki proses pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih kreatif dan inovatif;

3).   Lebih termotivasi untuk menerapkan metode dan model pembelajaran yang bervariasi;

4).   Dapat mewujudkan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, lebih bermakna dan menyenangkan.

Bagi sekolah:

1).   Dapat memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah;

2).   Dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan kualitas

 pembelajaran dan meningkatkan kemajuan sekolah;

3).   Dapat meningkatkan kompetensi lulusan menjadi lebih baik;

4).   Dapat meningkatkan prestasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono, 2002. Proses Belajar Mengajar,Bandung: Rosdakarya.

H.M., Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Http://Keterampilanbicara.wordpress.com/2009/08/21/seputarpidato/

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Kurniawan, Endang. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Muslihudin. 2011. Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah.Bandung: Rizqi Press.