MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

MELALUI METODE DEMONSTRASI

 

Tiurlan Simatupang

SMAN 4 Cimahi

 

ABSTRAK

Adanya temuan rendahnya hasil belajar siswa di kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi,sehingga menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.Dari hasil diskusi peneliti dengan guru matematika di SMAN 4 Cimahi untuk menangani kesulitan siswa di atas, melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk (a) mengukur hasil belajar siswa kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi setelah menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi (b) untuk mengetahui proses peningkatan kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa di kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi tahun pelajaran 2015-2016 sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran. .Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) melalui analisa deskriptif sebanyak dua siklus, terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, kegiatan pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data yang diperoleh berupa lembar kerja siswa, lembar observasi, serta nilai hasil tes formatif.Sasaran penelitian ini adalah kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi Tahun Pelajaran 2015-2016. Dari hasil analisis diperoleh gambaran bahwa adanya peningkatan motivasi belajar dan aktivitas belajar dengan hasil belajar (ketuntasan),siswa pada prasiklus 25%, siklus I adalah 50%, dan siklus II adalah 100%. Sehingga dapat disimpulkan metode pembelajaran demonstrasi sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan menghitung dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dimensi tiga. Metode ini tidak hanya dapat digunakan untuk pembelajaran matematika saja tetapi dapat diterapkan pada pembelajaran yang lainnya.

Kata Kunci: Menghitung dan Hasil Belajar,Dimensi Tiga, Metodepembelajaran Demonstrasi.

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman peserta didik. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode ”chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodiki, 2004:1).

Pada pembelajaran geometri, kondisi tampak lebih parah, sebagian peserta didik tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Peserta didik hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang di gambar oleh guru di papan tulis atau dalam buku paket, akibatnya banyak peserta didik yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar dipelajari (Soejadi, 1991 dalam Sodikin 2004: 2).

Temuan dari data di SMA Negeri 4 Cimahi, hasil belajar siswa di kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi ternyata prestasi pembelajaran matematika peserta didikmasih jauh dari harapan, yaitu masih di bawah KKM, terbukti dari hasil belajar peserta didik yang mencapai KKM hanya 3 orang (10,7%), di atas KKM 2 orang (7,1%), yang tidak mencapai KKM ada 23 orang (82,2%). Rendahnya hasil belajar merupakan salah satu indikasi bahwa penguasaan konsep dan minat siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah, belajar siswa belum maksimal, sehingga berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran matemátika. Faktor penyebabnya antara lain: 1) materi ajar yang kurang menarik; 2) fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai; 3) minat belajar kurang; 4) kurangnya kemampuan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran dan; 5) suasana proses belajar mengajar yang kurang kondusif.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru, harus mencari solusi terbaik dalam pembelajaran khususnya materi dimensi tiga melalui metode demonstrasi. Metode demontrasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran, karena dapat membantu siswa dan guru.

Diharapkan dengan metode demonstrasi, belajar peserta didik lebih maksimal dan mudah memahami materi ajar khususnya dimensi tiga, dan lebih termotivasi dalam belajar matematika.

Penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul “ Meningkatkan Kemampuan Menghitung dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Dimensi Tiga Melalui Metode Demonstrasi “ (PTK di kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi Semester 1 Tahun Pelajaran 2015-2016).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.     Apakah metode pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung dan hasil belajar dimensi tiga bagi peserta didik kelas XII IPS 4 di SMAN 4 Cimahi tahun ajaran 2015-2016?

2.     Bagaimana proses peningkatan kemampuan menghitung dan hasil belajar dimensi tiga pada peserta didik kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi tahun ajaran 2015-2016?

3.     Seberapa besar peningkatan kemampuan menghitung dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahitahun pelajaran 2015-2016 dengan menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi?

Sebagai upaya pemecahan masalah melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi, peserta didik dianggap meningkat hasil belajarnya khususnya materi ajar dimensi tiga apabila semua prosedur dilakukan secara signifikan.

KAJIAN TEORI

Pengajaran kooperatif memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).

Suprijono, Agus (2010: 54) “ Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Suaedy (2011), mengatakan metode demonstrasi adalah suatu cara penyampaian materi dengan memperagakan suatu proses atau kegiatan.

Manfaat dari metode demonstrasi adalah perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan, proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, serta pengalaman dan kesan sebagai hasilpembelajaran lebih melekat dalam peserta didik.     Tahapan-tahapan penerapan metode demonstrasi adalah:

(a)   Perencanaan antara lain: merumuskan tujuan, menetapkan langkah-langkahnya, memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

(b)   Pelaksanaan antara lain: melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian, mengingat pokok-pokok materi agar mencapai sasaran, memberi kesempatan pada siswa untuk aktif, member tugas LKS untuk dibahas kelompok.

METODEPENELITIAN

Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitik.Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:40).

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan model yang dikembangkan oleh Steven Kemmis dan Roben Mc Taggart dalam Susilo (2007: 20) yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection).

Jenis perlakuan tindakan kelas menggunakan 2 siklus, dimana siklus kedua sangat tergantung kepada ampak atau hasil dari pemberian tindakan pada siklus pertama yang terungkap kekurangan-kekurangannya yang ditindaklanjuti serta dimasukkan kedalam perencanaan siklus kedua.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah: (a) Tes uji kompetensi, (b) Lembar observasi atau pengamatan (observasi peserta didik dan observasi guru).

Dalam tes uji kompetensi, peneliti menggunakan tes formatif tertulis di setiap akhir pembelajaran (siklus) untuk mengetahui keadaan atau tingkat perkembangan hasil belajar peserta didik setelah dilaksanakan metode pembelajaran demonstrasi.

Dalam lembar observasi atau pengamatan, Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998:63) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Pengolahan datadalam penelitian meliputi: (1) Mengolah data yang terkumpul ; (2)Menyeleksi data; (3) Mengklarifikasi dan menstabulasikan data; (4) Menghitung Persentase; (5) Menarik kesimpulan hasil penelitian setelah data dianalisis.

   Analisis data yang digunakan yaitu teknik kuantitatif berupa perhitungan dan teknik kualitatif berupa uraian. Setelah data terkumpul dan diperiksa serta diklarifikasi, data akan ditabulasikan dalam table yang telah disiapkan untuk pengolahan setelah diperiksa dan dihitung persentasenya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar siswa pada prasiklus menunjukkan bahwa tingkat pemahaman materi ajar siswa sangat rendah, penguasaan materi ajar yang kurang,terlihat dari hasil ulangan serta ketuntasan belajar peserta didik yang rendah.Berdasarkan ketentuan nilai KKM = 75, dari 28 orang siswa kelas XII IPS 4, hanya5 orang mencapai nilai di atas KKM (17,8%), yang sesuai KKM 2 orang (7,2%), sedangkan jumlah peserta didik di bawah KKM sebanyak 21 orang (75%).

Persentase ketuntasan peserta didik masih rendah, menandakan bahwa kemampuan dan hasil belajar perlu ditingkatkan.

Perolehan nilai tes tersebut, akan digunakan sebagai acuan perbandingan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dalam proses pembelajaran.

Tindakan Siklus I

Pada penelitian siklus I, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Nopember 2015 jam ke 1-2, dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 13 Nopember 2015 jam ke 5-6 atau 2x pertemuan.Komponen materi pembelajarannya meliputi: (1) Diagonal bidang, (2) Diagonal ruang.

Kegiatan siklus 1pertemuan pertama pada bagian inti, peneliti membagi LKS ke setiap kelompok untuk didiskusikan (sekitar 20 menit), sedangkan pada pertemuan kedua pada bagian inti, siswa mempresentasikan hasil diskusinya (masing kelompok sekitar 10 menit), dilanjutkan pelaksanaan tes tertulis (evaluasi) dari materi yang didiskusikan.

Didapat siswa yang memperoleh nilai <75 sebanyak 13orang atau 42,43%; siswa yang memperoleh nilai 75 sebanyak 15 siswa atau 53,57%; dan nilai rata-rata kelas 71,07, artinya pada siklus I, ada peningkatan rata-rata dibandingkan rata-rata pada pra siklus. siswa yang nilainya kurang,karena pada saat penyampaian materi maupun dalam diskusi kelompok, masih terlihat siswa yang bermain/tidak serius, kurang dalam mengoptimalkan media alat peraga dalam percobaan materi ajar dimensi tiga melalui metode demonstrasi menyebabkan belum tercapai kategori yang diharapkan.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut serta hasil diskusi antara peneliti dengan observer, diperlukan perbaikan proses pembelajaran ke tahap berikutnya,yaitu pada tindakan siklus II.

Tindakan Siklus II

Pada penelitian siklus II, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Nopember 2015 jam ke 1-2 (90 menit), dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Nopember 2015 jam ke 5-6. Komponen materi pembelajarannya meliputi: Bidang diagonal.

Untuk melihat ada tidaknya perubahan hasil belajar siswa tentang dimensi tiga setelah pemberian tindakan, peneliti mengobservasi kembali tentang motivasi dan aktivitas siswa.

Aktivitas siswa yang baik mencapai 64% dari jumlah siswa, sedang yang kurang hanya 11%, artinya terjadi peningkatan keaktifan siswa pada siklus II.

Hasil tes formatif pada siklus II yang memenuhi KKM sebesar 46,40%, yang di atas KKM sebesar 53,60%, sedangkan yang di bawah KKM tidak ada, berarti terjadi peningkatan hasil belajar di siklus II.

Tabel berikut menyajikan nilai rata-rata kelas dan hasil belajar siswasebelum tindakankelas, siklus I, dan siklus II.

Tabel 4.1 Nilai Rata-rata dan Hasil Belajar Sebelum Action Research

 

Nilai Tes Formatif

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Siswa yang tuntas

7

14

28

Peserta didik yang belum tuntas

21

14

0

Nilai tertinggi

81

83

85

Nilai terendah

49

55

75

Nilai rata-rata

65,39

71,07

77,68

Persentase ketuntasan

25%

50%

100%

 

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa telah ada peningkatannilai hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas tentang materi dimensi tiga tidak perlu dilanjutkan dalam siklus berikutnya, karena sudah mencapai hasil yang optimal, terlihat dari hasil belajar peserta didik yang mencapai ketuntasan yang sangat tinggi.

Peningkatan nilai terendah yaitu pada pra siklus adalah 49, siklus Imenjadi 55,lalu meningkat menjadi 75 pada siklus II. Selanjutnya nilai tertinggi pada pra siklus adalah 81, menjadi 83 pada siklus I, dan meningkat menjadi 85 pada siklus II.

Ada peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari 65,39 pada pra siklus, menjadi 71,07 pada siklus ke I, dan 77,68 pada siklus II, artinya terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 12,29 setelah dilakukan tindakan kelas.

Perbandingan persentase ketuntasan peserta didik pada pra siklus hanya25% atau atau 7 orang, pada siklus I meningkat menjadi 50% atau 14 orang,selanjutnya pada siklus II menjadi 100% atau 28 peserta didik yang memenuhi KKM.

Berdasarkan hasil analisis data dalam pembahasan di atas, maka terlihat adanya keberhasilan peningkatan prestasi / hasil belajar siswa yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1)   Nilai tertinggi mengalami kenaikan dari 81 pada pra siklus menjadi 83 pada siklus I, dan menjadi 85 pada siklus II.

(2)   Nilai terendah mengalami kenaikan dari 49 pada pra siklus menjadi 55 pada siklus I, dan meningkat menjadi 75 pada siklus II.

(3)   Rata – rata kelas juga mengalami peningkatan dari 65,39 pada pra siklus menjadi 71,07 pada siklus I, dan meningkat menjadi 77,68 pada siklus II.

(4)   Ketuntasan mengalami kenaikan dari 7 orang (25%) pada pra siklus, menjadi 14 orang (50%) pada siklus I, dan meningkat menjadi 28 orang (100%) pada siklus II.

(5)   Ketidaktuntasan mengalami penurunan yaitu dari 21 orang (75%) pada pra siklus menurun menjadi 14 orang (50%) pada siklus I, dan menjadi tidak ada (0%) pada siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan pada hasil belajar/prestasi belajar siswa berdasarkan hasil tes/evaluasi yang dikerjakan siswa, hasilnya menunjukkan seluruh siswa telah berhasil mencapai KKM dengan nilai terendahnya 75 dan nilai tertinggi 85 dengan rata-ratanya meningkat menjadi 77,68.

Selain itu juga telah terjadi peningkatan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika.

  Dapat disimpulkan, penerapan metode pembelajaran demonstrasi mampu meningkatkan hasil belajar (ketuntasan) peserta didik artinya cocok untuk diterapkan pada materi dimensi tiga khususnya materi diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi, hasil belajar peserta didik tentang materi dimensi tiga dikelas XII IPS 4 SMAN 4 Cimahi semester 1 tahun ajaran 2015-2016 mengalami peningkatan. Hal ini ditinjau dari indikator kinerja yang ditetapkan dapat dicapai pada 2 siklus, demikian pula kegiatan guru dan aktivitas peserta didik sesuai hasil observasi pada saat proses belajar mengajar yang mengalami kenaikan signifikan dari siklus I sampai Siklus II.

Saran

Dengan memperhatikan pengalaman yang diperoleh dalam melaksanakan PTK, untuk perbaikan dimasa yang akan datang, peneliti menyampaikan saran bagi guru dan peneliti lain dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik diharapkan guru secara terus menerus memperluas wawasan pengetahuan tentang metodologi pengajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi, khususnya dalam menerapkan metode demonstrasi, dapat di jadikan acuan sebagai metode pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, untuk penelitian yang serupa hendaknya melakukan upaya perbaikan yang terus-menerus supaya di peroleh hasil yang optimal serta guru dapat lebih professional.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Preus.

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Mukhlis, Abdul (ED). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Untuk Guru-Guru Se Kabupaten Tuban.

Muslihuddin, H. Dr, M.Pd. 2011. Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Nana Sujana. 1989. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Bandung Ekonomi UI.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.