UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

DALAM PENGELOLAAN PBM MELALUI KEGIATAN

SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF

DI SDN PASEKAN 03 KECAMATAN AMBARAWA

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Jumiyati

SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan dan peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM melalui pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 khususnya pada aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah. Metode dan rancangan penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dengan prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988:10) yang mencakup kegiatan sebagai berikut : (1) perencanaan (planning) , (2) pelaksanaan tindakan (action), 3) observasi (observation) , (4) refleksi (reflection). Subjek penelitian adalah guru di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 7 guru. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan studi dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi, yaitu Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM), di mana pada kondisi awal tidak ada guru yang mampu menyusun pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dengan baik hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil nilai rata-rata yang diperoleh guru-guru yaitu 49,00 dan hanya masuk dalam kategori KURANG, pada siklus I meningkat cukup signifikan dan terdapat 2 guru atau 25,00% yang dinyatakan mampu mengelola proses belajar mengajar (PBM) dengan baik, dengan peroleh nilai rata-rata secara klasikal sebesar 66,38 dan masuk dalam kriteria CUKUP dan pada siklus terakhir menjadi guru atau 100%, dibuktikan dengan perolehan nilai secara klasikal sebesar 82,50 dalam kriteria nilai BAIK. Dari hasil penelitian sebagaimana dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM.

Kata Kunci: supervisi akademik, kolaboratif, kemampuan, PBM

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian pengajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Adapun materi yang akan kami bahas dalam makalah pengelolaan pembelajaran yakni pengertian dan hakikat pengelolaan pembelajaran serta pendekatan belajar-mengajar.Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar disekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tapi juga bagaimana guru dapat mebaca situasi kelas dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.

Untuk meningkatkan peran guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola kelas dengan baik. Adapun tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifaatnya instruksional maupun tujuan peniring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungka bagi peserta didik. Dalam setiap proses pembelakjaran kondisi inni harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan. Dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik didalam kelas.

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila : Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan (Ahmad Rohani, 2004:122). Suatu kondisi belajar optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan dalam mencapai tujuan pengajaran.

Proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan yang perlu direncanakan dengan matang. Perencanaan tersebut meliputi kegiatan belajar mengajar, pengelolaan kelas maupun hasil belajar di kelas. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran yang kita kenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi suatu hal yang sangat penting. Penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran berguna untuk membantu dan memudahkan guru agar program pembelajaran yang dilaksanakan benar benar terfokus pada kegiatan peserta didik, sehingga perlu disusun suatu perangkat rencana pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Problema guru selalu dihadapkan pada berbagai hal yang memerlukan pengambilan keputusan sehubungan dengan tugasnya baik sebelum, selama maupun sesudah terjadinya proses atau situasi belajar mengajar. Guru harus mengambil keputusan-keputusan tentang apa, bagaimana, kapan, untuk apa dan sebagainya mengenai setiap situasi atau kondisi belajar yang perlu diciptakan. Mengambil keputusan mengenai pelaksanaan rencana yang telah dibuat, dan mengenai berhasil atau tidaknya pelaksanaan rencana merupakan tugas guru. Berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah dilakukan kegiatan evaluasi. Di samping itu, hasil evaluasi bisa juga digunakan sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program selanjutnya. Menurut Tisnowati Tamat dan Moekarto Mirman (2005:9) menjelaskan bahwa, proses pembelajaran dari seorang guru diawali dengan kegiatan penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran, selanjutnya melaksanakan program atau pelaksanaan pembelajaran dan guru melakukan evaluasi atau penilaian untuk mengetahui keberhasilannya.

Dalam pengelolaan proses pembelajaran mengajar di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang yang dilaksanakan oleh para guru masih bersifat konvensional, yaitu metode pembelajaran yang monoton yang diajarkan oleh guru serta keterbatasan sarana dan prasarana sekolah. Dari gambaran tersebut sangatlah jelas bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan menjadi kurang maksimal. Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan tujuan yang paling diharapkan oleh semua guru. Untuk itu guru harus mampu menciptakan situsi belajar yang efektif. Karena suatu proses belajar mengajar yang efektif berlangsung apabila memberikan keberhasilan serta memberikan rasa puas bagi siswa maupun guru. Seorang guru merasa puas jika siswanya dapat mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh, bersemangat dan penuh kesadaran tinggi. Hal itu dapat tercapai apabila guru memiliki sikap dan kemampuan secara profesional serta mempunyai kemampuan mengelola proses belajar mengajar yang menyenangkan dan efektif.

Dari hasil pelaksanaan kegiatan awal penelitian menunjukkan bahwa semua guru masih kurang maksimal dalam pengelolaan pembelajaran di kelasnya masing-masing. Hasil penilaian pada kegiatan supervisi awal menunjukkan bahwa tidak ada guru yang memenuhi indikator penilaian minimal dalam rentang 70-89 atau dalam kriteria baik. Salah satu upaya yang dilakukan oleh peneliti sebagai kepala sekolah di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang adalah dengan melaksanakan kegiatan supervisi akademik melalui pendekatan kolaburatif sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar.

Menurut Makawimbang dalam Asf dan Mustafa (2013:91), dalam praktik supervisi pendidikan, dikenal bebarapa model supervisi yang selama ini dengan sadar atau tidak sadar dipelaksanaankan oleh supervisor dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap model memiliki karakteristik atau kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, memahami model-model supervisi memiliki banyak keuntungan tersendiri bagi siapapun yang berprofesi sebagai supervisor pendidikan. Model supervisi yang selama ini diterapkan dalam satuan pendidikan menurut Sahertian (2010:34) adalah supervisi model konvensional (tradisional), model supervisi artistik, model supervisi ilmiah, dan model supervisi akademik. Dalam model supervisi konvensional (tradisional), seorang supervisor dipahami sebagai orang yang memiliki power untuk menentukan nasib guru. Karenanya, dalam perspektif behavior, seorang yang menerapkan model ini selalu menerapkan prilaku atau aksi supervisi dalam bentuk inspeksi dan mencari kesalahan dan menemukan kesalahan bahkan bisa sering kali memata-matai objek, yaitu guru. Model supervisi artistik berdasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working forothers), dan bekerja melalui orang lain (working with the others), dan bekerja melalui orang lain (working through the others). Supervisi model ilmiah memiliki ciri-ciri yaitu dilaksanakan secara bersama dan kontinue, sistematis dengan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, menggunakan instrumen pengumpulan data, ada data yang objektif yang diperolah dari data yang riil. Supervisi model akademik difokuskan pada peningkatan proses pembelajaran dengan menggunakan siklus yang sistematis. Supervisi akademik membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi pendidikan sering didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Secara teoritis Asf (2013:68), terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan supervisor dalam melakukan supervisi pendidikan yaitu : pendekatan langsung (direct approach), pendekatan tidak langsung (non-direct approach), dan pendekatan kolaboratif (colaborativeapproach). Dalam pendekatan langsung, supervisor memberikan arahan secara langsung kepada guru- guru yang disupervisi sehingga prilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan tidak langsung cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Di sini supervisor memberikan kesempatan yang sebanyak mungkin kepada para guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.

Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatanbaru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-samabersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah: dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.

Perumusan Masalah

Dari penjelasan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, yaitu :

  1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?
  2. Bagaimana peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM melalui pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

  1. Mengetahui pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
  2. Mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM melalui pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti sebagai sumbangan pemikiran terhadap beberapa pihak diantaranya :

Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada Kepala Sekolah dan guru tentang teori kinerja dan teori supervisi khususnya supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif.

Secara Praktis

Hasil pelaksanaan penelitian penelitian tindakan sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat:

  1. Bagi guru

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pengetahuan baru sekaligus sebagai alat untuk merefleksi dirinya sendiri. Manfaat lain yang diharapkan agar guru menyadari pentingnya bekerjasama dengan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya dengan pelaksanaan supervisi akademik.

  1. Bagi Kepala Sekolah

Bahan informasi, pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru yaitu prestasi peserta didik, kesempatan pendidikan lebih tinggi dan pengembangan diri.

Sebagai bahan masukan tentang pentingnya peran kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi supervisi. Bagi guru, sebagai bahan masukan kepada para guru bahwa implementasi supervisi berada di tangan guru, bagaimana ia mengemas, mengelola, dan melaksanakan sehingga tercipta kinerja guru yang optimal.

  1. Bagi Pengawas Sekolah

Sebagai bahan evaluasi agar dapat menerapkan supervisi akademik sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran khususnya dalam pengelolaan PBM.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Perencanaan Pembelajaran

Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosis kebutuhan para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pembelajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan (Abdul Majid, 2012 : 246). Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dibuat dengan mudah dan tepat sasaran (Abdul Majid, 2007 : 15).

Aderson dalam Mulyasa (2004 : 83) membedakan perencanaan dalam dua kategori, yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut unit plan yang merupakan perencanaan bersifat komprehensif, dimana dapat dilihat aktivitas guru selama satu semester. Perencanaan umum ini memerlukan uraian lebih terperinci melalui perencanaan jangka pendek yang disebut dengan persiapan mengajar. Perencanaan dan persiapan mengajar merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran terhadap anak didik berlangsung dengan baik, amat tergantung pada perencanaan dan persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru yang harus baik pula, cermat dan sistematis (Hosnan, 2014 : 96).

Perencanaan pembelajaran yang matang tentunya memiliki perencanaan secara tertulis dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dari penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Menurut UU No 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial, dan menurut UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan Potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2003). Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.

Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahartian, 2000:17)

Kepala sekolah adalah figur yang paling menentukan bagi maju mundurnya sekolah, hal ini karena ia berfungsi sebagai leader sekaligus sebagai manajer. Sebagai leader ia harus mampu menggerakkan, mengarahkan dan mengoptimalkan kinerja guru agar mereka dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Sedangkan sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu membuat perencanaan, melaksanakan, mengatur, mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan program baik yang berkenaan dengan program pembelajaran maupun yang berkaitan dengan administrasi sekolah untuk menunjang tujuan yang telah di tetapkan.

Administrasi pendidikan menegaskan bahwa penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan pada dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pembinaan. Dengan demikian berarti bahwa, dalam usaha meningkatkan kualitas dan memotivasi terlaksananya proses pembelajaran secara optimal, diperlukan supervisi atau pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, terutama yang berkenaan dengan perencanaan pelaksanaan program pembelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, penguasaan kelas, serta pelaksanaan evaluasi, remedi dan pengayaan. Melalui supervisi, kepala sekolah dapat memberikan bimbingan dan bantuan secara langsung kepada guru-guru untuk menstimulasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, serta mendorong terciptanya kreativitas guru dalam meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran.

Efektivitas dan kualitas implementasi pelayanan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dapat dilihat melalui kualitas pembelajaran para guru dan hal ini dapat dilihat dari : (a) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (b) Kemampuan melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar, (c) Kemampuan menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) Kemampuan menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian atau kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya bagi penyempurnaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar (Sudiarto, 1989:69).

Supervisi akademik kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru, agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Supervisi akademik dilakukan untuk mengawasi kegiatan sekolah dengan tujuan kegiatan pendidikan berjalan dengan baik ( Mantja, 2002: 114).

Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada
masalah penelitian yang menggambarkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Peran kepala sekolah sebagai supervisor menjadi sangat penting, karena tujuan supervisi itu sendiri secara garis besar adalah sebagai alat kendali mutu.

Supervisi juga memiliki tujuan sebagai bantuan, perbaikan, dan pembinaan kepada para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah agar dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah sering menemui kendala diantaranya adalah kurangnya kesadaran pada guru mengenai pentingnya
pelaksanaan supervisi akademik. Anggapan yang masih melekat dari para guru
bahwa kegiatan supervisi hanyalah untuk mencari-cari kesalahan, serta kendala
yang muncul dari dalam diri kepala sekolah itu sendiri misalnya kurang mampu melaksanakan supervisi secara priodik dan kontinyu. Justru itu kepala sekolah harus berusaha keluar dari anggapan guru tersebut, tentunya diperlukan suatukemauan dan kemampuan untuk berubah dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan, wawasan tentang kependidikan dan teknologi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh kepala sekolah, maka perubahan paradigma berpikir guru akan terjadi.

Namun berbagai kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik dapat
diatasi dengan baik, apabila kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan
supervisi akademik senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik supervisi yang tepat sesuai kondisi yang ada. Dengan demikian dapat ditemukan berbagai kelemahan atau kekurangan guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya hasil dan temuan dalam supervisi itu ditindaklanjuti agar guru memperoleh manfaatnya. Salah satu bentuk tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi akademik yang paling mudah adalah pembinaan terhadap guru baik bersifat individual maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas dan pada akhirnya mutu pendidikan akan tercapai.

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru gurunya supaya berkinerja lebih tinggi lagi. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dan kependidikan. Jika kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik melaksanakan supervisi pendidik secara efektif dan professional maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah Sekolah Dasar Negeri Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang yang beralamat di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Juli 2016 s.d. Oktober 2016. Penjelasan secara rinci mengenai waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada bagian lampiran 2 penelitian tindakan sekolah ini.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah
(School Action Research) karena peneliti bertindak secara langsung dalam penelitian, mulai dari awal sampai akhir tindakan. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, mengguanakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Pada penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi fokus penelitian adalah peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM dengan pendekatan kolaboratif di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan kelas VI, dan guru Penjaskes sebanyak 7 guru di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti terhadap proses belajar mengajar (PBM) yang dibuat guru (pada kondisi awal) dengan pelaksanaan kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif guru, diperoleh informasi/data bahwa sebagian besar kemampuan guru khususnya di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang dalam penyusunan standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) masih sangat rendah tentang standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) berdasarkan hasil penilaian sebagaimana tertuang dalam lembar penilaian observasi peningkatan kemampuan pengelolaan PBM guru.

Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa semua guru dinyatakan belum mempunyai kemampuan yang baik dalam proses belajar mengajar (PBM) kelasnya masing-masing, dan dibuktikan dengan hasil dari kegiatan observasi terhadap perangkat pembelajaran yang dimiliki oleh masing-masing guru menunjukkan nilai yang rendah. Guru kelas I, guru PAI, V dan hanya memperoleh nilai 52, 50, dan 51 dengan kategori CUKUP, demikian pula dengan guru kelas III, IV, VI dan guru Penjaskes yang hanya memperoleh nilai 47, 46, 48 dan 49 dan semuanya masuk dalam kategori kurang.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam pengelolaan PBM pada kondisi awal, seluruh guru dinyatakan belum mampu mengelola proses belajar mengajar (PBM) dengan baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan perbaikan terhadap kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM). Upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif guru sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dalam standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM).

Siklus I

Pada tahap tindakan, setelah melaksanakan kegiatan awal penelitian, dan guna meningkatkan pemahaman guru tentang standar pengelolaan PBM, peneliti bersama-sama dengan guru-guru melaksanakan diskusi tentang pelaksanaan proses pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) yang ideal. Dalam pelaksanaan diskusi tersebut di bahas tentang standar baku proses belajar mengajar (PBM) yang harus dimiliki oleh para guru.

Setelah memberikan penjelasan, para guru diminta berdiskusi tentang dokumen-dokumen yang harus ada dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM). Guru diminta membuat beberapa contoh tentang dokumen-dokumen penunjang, misalnya Daftar Hadir Peserta Didik, Struktur Kurikulum yang berlaku, Leger (kumpulan nilai rapor). Kegiatan ini dimaksudkan agar guru yang semakin mengerti dan paham tentang standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM).

Para guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) meningkat cukup signifikan dari kondisi awal. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari 49,00 dengan kriteria kurang menjadi 66,38 dengan kriteria cukup, dan secara individual pada siklus pertama terdapat 2 orang guru yaitu guru kelas I, dan guru kelas V yang dinyatakan tuntas dengan kriteria nilai baik, sedangkan 6 guru masih memperoleh nilai dalam kriteria kurang.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif yang dilakukan oleh kepala sekolah terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) walaupun secara klasikal belum dapat dinyatakan berhasil.

Siklus II

Kegiatan penelitian pada siklus II, dimulai dengan kegiatan mengumpulkan guru pada salah satu ruangan yang ada di sekolah, yaitu ruang perpustakaan. Kegiatan ini dilaksanakan setelah jam efektif pembelajaran, tujuannya adalah agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Pada tahap tindakan, peneliti melaksanakan kegiatan diskusi tersebut di bahas tentang standar baku proses belajar mengajar (PBM) yang harus dimiliki oleh para guru, di mana sebelumnya peneliti telah menjelaskan tentang standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) yang baku dengan menggunakan power point melalui media LCD.

Setelah cukup memberikan penjelasan dengan menggunakan presentasi powerpoint, para guru diminta berdiskusi tentang dokumen-dokumen yang harus ada dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM). Guru diminta membuat beberapa contoh tentang dokumen-dokumen wajib dan penunjang, sementara guru yang lain memperhatikan dan menanyakan apabila ditemukan kesulitan dan ketidakpahaman terhadap jenis dan macam dokumen-dokumen wajib dan penunjang pada perangkat pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan agar guru yang semakin mengerti dan paham tentang standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM), serta mencari tahu secara mandiri kekurangan-kekurangan apa yang dimiliki oleh masing-masing guru dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM) kelasnya masing-masing.

Para guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) meningkat cukup signifikan dari siklus pertama. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari 66,38 dengan kriteria cukup menjadi 82,50 dengan kriteria Baik, dan secara individual pada siklus kedua terdapat 3 guru atau 37,50% yaitu dengan kriteria nilai sangat baik, sedangkan 5 guru atau 62,50% memperoleh nilai dalam kriteria baik. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dinyatakan berhasil dan selesai pada siklus kedua.

Antar Siklus

Dapat dilihat peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM), di mana pada kondisi awal tidak ada guru yang mampu menyusun pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dengan baik hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil nilai rata-rata yang diperoleh guru-guru yaitu 49,00 dan hanya masuk dalam kategori kurang, pada siklus I meningkat cukup signifikan walaupun masih belum ada guru yang dinyatakan mampu mengelola proses belajar mengajar (PBM) dengan baik, dengan peroleh nilai rata-rata secara klasikal sebesar 66,38 dan masuk dalam kriteria cukup dan pada siklus terakhir menjadi guru atau 100%, dibuktikan dengan perolehan nilai secara klasikal sebesar 82,50 dalam kriteria nilai baik.

Dari pelaksanaan perbaikan kemampuan guru dalam standar pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dengan kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif kelas dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif kelas terbukti mampu meningkatkan kemampuan guru I, II, III, IV, V dan VI , guru PAI dan guru Penjakes di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM).

Pembahasan

Teknik supervisi yang digunakan kepala sekolah yaitu menggunakan pendekatan kolaboratif. Pendekatan kolaboratif adalah perpaduan antara pendekatan Supervisi direktif dan non direktif. Dugaan itu benar, jika diperhatikan dari aspek tanggung jawab terlaksananya kegiatan Supervisi. Artinya supervisor dan guru berbagi tanggung jawab. Tugas Supervisi dalam hal ini adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan dan pengembangan pengajarannya, dan sekaligus memperhatikan pula gagasan-gagasan guru untuk mengatasi masalah itu selanjutnya. Supervisor dapat meminta penjelasan terhadap hal-hal yang diungkapkan guru yang kurang dipahami. Selanjutnya ia mendorong guru mengaktualisasikan inisiatif yang dipikirkan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, atau untuk meningkatkan dan mengembangkan pengajarannya. Selain itu, teknik kelompok dalam kegiatan supervisi akademik juga dilakukan. Artinya terjadi diskusi antar guru terkait dengan pembelajaran di kelas. Teknik kunjungan kelas dan observasi kelas dilakukan oleh kepala sekolah baik sebelum proses pembelajaran hingga setelah evaluasi proses pembelajaran. Kepala sekolah akan mengisi form pengamatan yang terdiri dari form monitoring dan form evaluasi perencanaan pembelajaran, form pengamatan dan evaluasi proses pembelajaran, serta form monitoring dan evaluasi tindak lanjut dan penilaian pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal penting mengenai
kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif yang dilakukan kepala sekolah dalam membina guru di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang khususnya dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM). Kesimpulan akhir dari pelaksanaan kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif terhadap pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) membuktikan bahwa pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dalam pendidikan yang tertib dan teratur sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pembelajaran bagi pada guru. Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu makin meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut. Untuk memperlancar kegiatan di atas agar lebih efektif dan efisien perlu informasi yang memadai. Sistem informasi di dunia pendidikan ini menyangkut dua hal pokok yaitu kegiatan pencatatan data (recording system) dan pelaporan (reporting system).

Hasil pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah dengan menerapkan kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM) di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan para guru pada setiap siklusnya. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan hasil penilaian pada setiap siklusnya.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM), maka kepala sekolah perlu refleksi untuk merumuskan tindakan baru atau rencana bimbingan sebagai bentuk tindak lanjutnya. Untuk itu, kepala sekolah harus menyusun beberapa langkah berikut: a) melakukan identifikasi kebutuhan bimbingan kepada guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar (PBM), b) melakukan pertemuan individu dengan guru secara informal dalam suasana kemitraan guna melakukan bimbingan kepada guru untuk menyusun berbagai perangkat pembelajaran kelas, c) melakukan kunjungan kelas/ observasi kelas untuk menilai perkembangan kelengkapan guru dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM), d) melakukan evaluasi bersama dan refleksi tindak lanjut secara berulang-ulang.

Tindak lanjut terhadap guru yang belum melengkapi perangkat pembelajaran kelas adalah dengan memberikan teguran lisan. Teguran ini diberikan kepala sekolah dalam suasana kemitraan disertai dengan tenggat waktu tertentu untuk melengkapi perangkat yang kurang. Kepala sekolah sekaligus memberikan pemahaman akan arti pentingnya perangkat pembelajaran bagi guru khususnya proses belajar mengajar (PBM) yang harus dimiliki masing-masing guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Prosedur pelaksanaan supervisi yang pertama adalah sosialisasi dengan para guru mengenai tujuan dan jadwal supervisi, kemudian kepala sekolah dan para guru yang ditunjuk membantu pelaksanaan supervisi akan melakukan kunjungan kelas sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Kemudian hasil temuan saat kunjungan kelas akan didiskusikan antara guru dengan kepala sekolah dan selanjunta akan dilakukan tindak lanjut. Teknik kunjungan kelas yang dilakukan kepala sekolah dengan melakukan penilaian kepada guru dengan memberi skor pada setiap proses yang dilakukan oleh guru baik sebelum hingga proses penilaian pembelajaran.

Analisis hasil supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif yang dilakukan kepala sekolah dengan menganalisa secara bersama hasil supervisi akademik yang telah dilaksanakan. Analisis dan evaluasi hasil supervisi akademik dilakukan antara guru yang di supervisi dengan kepala sekolah. Selanjutnya, hasil supervisi akademik terkait masalah yang sifatnya umum, analisis dan evaluasi akan dilakukan melalui rapat antara kepala sekolah dengan para guru. Selanjutnya, pelaksanaan analisis dan evaluasi hasil supervisi akademik di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang dilaksanakan kepala sekolah dengan menyampaikan temuan-temuan kepala sekolah sewaktu melakukan observasi kelas dan kunjungan kelas kepada guru yang bersangkutan. Hasil temuan tersebut disampaikan melalui cara individu antara kepala sekolah dengan guru. Selain itu, temuan yang sifatnya umum akan disampaikan melalui rapat antara kepala sekolah dengan guru.

Peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM), di mana pada kondisi awal tidak ada guru yang mampu menyusun pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dengan baik hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil nilai rata-rata yang diperoleh guru-guru yaitu 49,00 dan hanya masuk dalam kategori kurang, pada siklus I meningkat cukup signifikan walaupun masih belum ada guru yang dinyatakan mampu mengelola proses belajar mengajar (PBM) dengan baik, dengan peroleh nilai rata-rata secara klasikal sebesar 66,38 dan masuk dalam kriteria cukup dan pada siklus terakhir menjadi guru atau 100%, dibuktikan dengan perolehan nilai secara klasikal sebesar 82,50 dalam kriteria nilai baik.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pelaksanaan kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif yang dilaksanakan kepala sekolah terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM) di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari data-data hasil proses penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat disimpulkan bahwa :

  1. Kepala sekolah menerapkan pendekatan kolaboratif. Pendekatan langsung ditunjukkan dengan keaktifan mendekati guru dan melaksanakan rapat guna mengetahui kendala yang dialami guru. Pendekatan tidak langsung ditunjukkan dengan guru yang aktif berkonsultasi dengan kepala sekolah apabila menemukan kendala dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah menerapkan teknik kunjungan kelas dan obsevasi kelas untuk mengamati guru dalam proses pembelajaran, pertemuan individu antara kepala sekolah dengan guru. Prinsip supervisi yang diterapkan kepala sekolah yaitu: (1) prinsip kooperatif, yaitu melakukan kerjasama dengan guru untuk saling mengisi dalam rangka memperbaiki kompetensi guru; (2) prinsip berkesinambungan, yaitu melaksanakan supervisi akademik secara teratur setiap tahun; dan (3) prinsip humanis. Dari hasil penelitian mengenai peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM melalui pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif ini sudah berjalan dengan baik artinya peran kepala sekolah sebagai supervisor sangat berpengaruh kepada peningkatan kemampuan guru. Pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif ini bersifat intruksional yaitu pelaksanaan supervisi diatur oleh kepala sekolah secara langsung seperti pembuatan jadwal supervisi berdasarkan hasil kesepakatan dengan masing-masing guru, maka guru dapat mengetahui kapan akan dilakukannya kegiatan supervisi. Pelaksanan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang mendapat dukungan penuh dari para guru, karena mereka merasakan manfaat dari diadakannya supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif ini terutama pada aspek kemampuan dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM).
  2. Peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM), di mana pada kondisi awal tidak ada guru yang mampu menyusun pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dengan baik hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil nilai rata-rata yang diperoleh guru-guru yaitu 49,00 dan hanya masuk dalam kategori kurang, pada siklus I meningkat cukup signifikan dan terdapat 2 guru atau 25,00% yang dinyatakan mampu mengelola proses belajar mengajar (PBM) dengan baik, dengan peroleh nilai rata-rata secara klasikal sebesar 66,38 dan masuk dalam kriteria cukup dan pada siklus terakhir menjadi semua guru atau 100%, dibuktikan dengan perolehan nilai secara klasikal sebesar 82,50 dalam kriteria nilai baik.

Melihat data perolehan hasil penelitian dalam kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 8 guru di SD Negeri Pasekan 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang, dinyatakan BERHASIL meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM).

Saran

Dari penjelasan pada kesimpulan di atas, saran yang bisa penulis sampaikan adalah sebagi berikut:

Bagi Guru

  1. Guru perlu bersikap kooperatif terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah. Hal tersebut karena supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah mempunyai tujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan oleh guru..
  2. guru hendaknya selalu menyadari akan kekurangan dan kelemahannya di dalam melaksanakan tugas-tugasnya terutama yang berkaitan dengan kemampuan dalam pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) sehingga diharapkan guru dapat selalu berkoordinasi dengan kepala sekolah maupun rekan-rekan guru yang lain sebagai upaya meningkatkan kemampuannya khususnya pengelolaan proses belajar mengajar (PBM).

Bagi Sekolah

  1. Kepala sekolah perlu melengkapi isi dokumen program supervisi akademik yang disusun dengan mencatumkan pendekatan supervisi dan teknik supervisi yang akan diterapkan pada saat melaksanakan supervisi akademik.
  2. Kepala sekolah perlu memberikan penghargaan bagi guru yang memenuhi standar dan memiliki kinerja baik dengan hasil pengamatan atau pengawasan yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan pemberian penghargaan tersebut kepada guru.

Bagi Pengawas Sekolah

Pengawas Sekolah di lingkungan UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Dayeuhluhur hendaknya lebih mengoptimalkan kegiatan-kegiatan kepengawasannya terutama berkenaan dengan pembinaan sumber daya personal tenaga pendidikan (guru)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja. Rosdakarya

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Imron, Ali. 2012. “Metode Penelitian Hand Out”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Arikunto, Suharsimi., 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta