Meningkatkan Kemampuan Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Permainan
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN PADA PESERTA DIDIK KELAS XIPS 2 SMA NEGERI 3 SUKOHARJO
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Agustini Kadarwati
SMA Negeri 3 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan. Penelitian dilaksanakan dengan 2 siklus. Subjek penelitian adalah 10 peserta didik kelas X IPS 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Metode pengumpulan data menggunakan skala komunikasi interpersonal dan observasi. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik. Kemampuan komunikasi interpersonal subyek yang dilakukan dengan layanan klasikal berada pada skor 120 – 126, dengan rata-rata skor 123,7 pada kategori rendah. Sedangkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan, kemampuan komunikasi interpersonal subyek menjadi meningkat. Pada siklus I terjadi peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal sebesar 0,06% dengan rata-rata skor 137,2 pada kategori sedang. Pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal sebesar 18,21% dengan rata-rata skor 164,5 pada kategori tinggi. Skor terendah 158 dan skor tertinggi 180, sehingga subjek berada pada kategori tinggi. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik.
Kata kunci: komunikasi interpersonal, layanan bimbingan kelompok, teknik permainan.
ABSTRACT
The goal of this action research is to improve interpersonal communication skills of the students through group guidance service with games techniques. The research was conducted with two cycles. The Subjects were ten students of class X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo in academic year 2017/2018. The data collection technique use interpersonal communication scale and observation. The results of the data analysis appointing an increase in interpersonal communication skills of the students. In the fisrt cycle there was an increase in interpersonal communication skills of 0,06% with an average score of 137,5 in the medium category. In the second cycle there was an increase in interpersonal skill coomunication skills of 18,21% with an average score 164,5 in the high category. The lowest score is 158 and the highest score is 180, so that all subjects are in the high catergory. Thus, group guidance services with games techniques effective to improve students’s internal communication skills.
Keywords: interpersonal communication, group guidance services with games techniques
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Proses tersebut memberikan peluang untuk terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang merupakan tanda adanya proses sosial. Peristiwa ini yang disebut dengan peristiwa komunikasi. Melalui komunikasi, manusia dapat menyampaikan atau informasi kepada orang lain sehingga dapat berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi dengan komunikasi pula dapat menyuburkan perselisihan, permusuhan, kebencian dan sebagainya.
Komunikasi dalam kehidupan manusia menjadi jembatan untuk mengantarnya pada pemenuhan berbagai kebutuhan, karena itu komunikasi merupakan bagian dari kehidupan. Salah satu cara untuk mengurangi kesalahan dalam memahami komunikasi adalah dengan memulai mempelajari aspek yang paling mendasar dari suatu komunikasi yaitu memahami maknanya, dan menelusuri aspek-aspek yang menjadi persoalan dalam komunikasi. Hal ini sangat penting, karena komunikasi bukan hanya sebagai aktifitas menyampaikan pesan semata, tetapi juga menentukan tingkat hubungan interpersonal. Mulyana (2014: 5) mengatakan bahwa orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesatâ€, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial.
Sugiyo (2005: 3) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi dimana orang-orang yang terlibat di dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai objek disamakan dengan benda, dan komunikasi interpersonal merupakan pertemuan di antara pribadi-pribadi. Safaria (2005: 77) juga menyampaikan hal yang senada bahwa individu dengan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal rendah sangat rentan menimbulkan konflik interpersonal dan kesalahpahaman.
Mengingat begitu pentingnya keterampilan komunikasi interpersonal bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain, maka peserta didik yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi interpersonal yang rendah perlu mendapatkan bantuan untuk menunjang hubungan yang berkualitas dengan orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara yang menarik sehingga peserta didik yang pasif dalam pergaulan di kelas dapat mengembangkan dirinya.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, antara lain salah satunya adalah melalui layanan bimbingan kelompok. Nurihsan (2006: 23) mengatakan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan bantuan kepada individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok, di mana layanan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas.
Komunikasi interpersonal di SMAN 3 Sukoharjo, khususnya di kelas X IPS 2 ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) cenderung tertutup dan kurang terbuka terhadap orang lain; (2) tidak dapat menunjukkan empati terhadap orang lain; (3) sulit menerima adanya perbedaan pendapat: (4) kurang menghargai orang lain; (5) sulit bekerjasama dalam tim; (6) merasa kurang nyaman berkomunikasi dengan orang lain; (7) tidak merasa tertarik dengan lawan bicara.
Kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik dapat ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik permainan. Permainan dalam penelitian ini termasuk permainan sosial yang melibatkan interaksi dengan teman sebaya. Salah satu manfaat bermain adalah belajar berkomunikasi, dengan bermain peserta didik diharapkan dapat meningkatkan komunikasi interpersonalnya. Santrock (2007:216) menyampaikan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri.
Layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui teknik permainan. Permainan merupakan bagian yang mudah diterima dalam kehidupan remaja sekarang. Menurut Winkel (2009: 319) permainan dan simulasi yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik dapat membangkitkan motivasi instrinsik, minat, dan pendalaman atau penghayatan afektif.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 sebelum guru memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan? (2) Bagaimanakah kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan? (3) Apakah kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan pada peserta didik Kelas X PM SMA Negeri 3 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memperkaya teori tentang kemampuan komunikasi interpersonal dan pengembangan layanan penguasaan konten. Secara praktis dapat digunakan oleh guru BK sebagai alternatif layanan untuk membantu peserta didik.
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Pengertian Komunikasi interpersonal
Menurut DeVito (2011: 139) komunikasi interpersonal sebagai umpan balik yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pribadi dan efektifitas antar pribadi. Umpan balik tersebut bersifat interpersonal, maka paling sedikit melibatkan dua orang atau lebih. Pendapat lebih lanjut dikemukakan oleh Supratiknya (1995: 30) yang menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah setiap bentuk tingkah laku baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain.
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik (Rakhmad, 2007: 80).Umpan balik yang terjadi dalam komunikasi interpersonal bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pribadi dan antar pribadi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan interaksi secara langsung baik verbal maupun non verbal, yang melibatkan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan umpan balik langsung yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pribadi dan efektifitas antar pribadi. Umpan balik tersebut bersifat interpersonal.
Aspek-aspek Komunikasi interpersonal
Menurut DeVito (2011: 256-264) komunikasi interpersonal mengandung aspek-aspek sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Sikap terbuka (open–mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Kondisi keterbukaan dapat diwujudkan bila individu dapat berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Komunikasi tatap muka penting untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Perlu diciptakan suasana dialogis. Keterbukaan mengisyaratkan individu bersedia menerima kritik–kritik dan saran yang disampaikan oleh orang lain. Dengan sikap bersdia menerima kritik dan saran, berarti individu dapat mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan oleh individu lain.
b. Empati
Komunikasi interpersonal yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak–pihak yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antara individu perlu ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila individu bersedia memberikan perhatian kepada orang lain dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami oleh orang lain berkaitan dengan masalahnya. Individu dapat mengenal orang lain, baik keinginan, kemampuan dan pengalamannya sehingga individu dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut.
c. Sikap Mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.
d. Sikap Positif
Sikap positif dapat diwujudkan dengan cara bersikap positif dan menghargai orang lain dalam berkomunikasi. Sikap positif akan menghilangkan prasangka pada orang lain serta adanya perasaan senang ketika berkomunikasi.
e. Kesetaraan (Equality)
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara dimana adanya pengakuan secara diam–diam bahwa kedua belah sama-sama bernilai, berharga. Masing-masing memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan juga menyiratkan adanya sikap memperlakukan orang lain secara demokratis dan horisontal. Dengan adanya persamaan pihak–pihak yang terlibat dalam komunikasi, maka mereka dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan pandangan.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek komunikasi interpersonal meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Romlah (2006: 3) mengatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya (untuk mengembangkan potensi diri siswa).
Menurut Damayanti (2012: 43) bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada siswa yang dilakukan oleh pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi siswa.
Menurut Prayitno (2009: 99) bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok siswa untuk membahas topik-topik umum yang bermanfaat bagi kelompok tersebut dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Sementara Tohirin (2014: 164) mengatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu cara memberikan bantuan kepada siswa melalui kegiatan kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan secara kelompok yang bertujuan untuk membahas masalah-masalah umum, mengembangkan pengetahuan dan pemecahan masalah.
Tujuan Bimbingan Kelompok
Bennet (Romlah, 2006: 14-15) mengemukakan tujuan khusus dalam bimbingan kelompok, yaitu (1) Memberikan kesempatan pada peserta didik belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial melalui kegiatan-kegiatan (2) Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok antara lain dengan mempelajatri masalah manusia pada umumnya, menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai kepribadian.
Tahapan Bimbingan Kelompok
Prayitno (1995: 40) mengatakan bahwa ada empat (4) tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran atau penutupan. Tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Tahap pembentukan, tahap ini merupakan tahap pengenalan dan perlibatan anggota kelompok, yang memungkinkan anggota kelompok berperan aktif sehingga memunculkan minat mereka untuk mengikutinya. (2) Tahap peralihan, tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. (3) Tahap kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dalam kegiatan bimbingan kelompok dengan suasana yang ingin dicapai yaitu tuntasnya permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok. (4) Tahap pengakhiran, pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK), yang dilaksanakan dengan dua siklus tindakan, dengan masing-masing siklus memiliki empat kegiatan utama (Sukiman, 2011:138) yaitu: Planning (perencanaan), Action (tindakan), Observation (observasi) dan Reflexion (refleksi). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IPS 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah, antara 120-126 (sebanyak 10 peserta didik). Kemampuan komunikasi interpersonal diketahui dari perolehan skor pengisian skalakomunikasi interpersonal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Desember tahun 2018, bertempat di SMA Negeri 3 Sukoharjo. Instrumen yang digunakan adalah skala komunikasi interpersonal dan pedoman observasi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif dipilih berkaitan adanya pengukuran pre-test dan post-test yang memerlukan hitungan-hitungan sederhana (Tadjri, 2014:71). Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah Indikator pencapaian penelitian tindakan bimbingan konseling ini adalah 80% peserta didik (anggota kelompok) kelas X IPS 2 SMA Negeri 3 Sukoharjo yang mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan memperoleh skor skala keterampilan komunikasi interpersonal dengan kategori tinggi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data awal diambil pada hari Rabu, 10 Januari 2018. Layanan bimbingan I sesi 1 dilaksanakan pada hari Senin, 5 Februari 2018. Pada sesi ini dilaksanakan tahapan-tahapan bimbingan kelompok dengan topik tugas komunikasi interpersonal. Sesi 2 dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Februari 2018 dengan melakukan kegiatan permainan “Gambarlah sebelum Gambar itu Dilarangâ€. Siklus II sesi 1 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2018 dengan melaksanakan kegiatan permainan “Lanjutkan Ceritakuâ€. Sesi 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2018 dengan melaksanakan kegiatan permainan “Kata Berbisikâ€. Berikut hasil pengukuran pada kondisi awal, siklus I dan siklus II:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
NO |
KODE PESERTA DIDIK |
Kondisi Awal |
SIKLUS I |
SIKLUS II |
1 |
S7 |
123 |
126 |
162 |
2 |
S9 |
126 |
135 |
162 |
3 |
S11 |
126 |
145 |
164 |
4 |
S15 |
126 |
150 |
180 |
5 |
S20 |
126 |
132 |
165 |
6 |
S22 |
122 |
126 |
164 |
7 |
S24 |
120 |
124 |
158 |
8 |
S32 |
120 |
126 |
162 |
9 |
S33 |
124 |
150 |
164 |
10 |
S35 |
126 |
158 |
164 |
|
|
Ket: Rendah Tinggi
|
Sedang
Berdasarkan data yang sudah dipaparkan di atas, ternyata kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik mengalami peningkatan. Pada saat pengukuran kondisi awal, skor yang dimiliki peserta didik berada pada rentang antara 120 – 126 dengan kategori rendah. Kemudian setelah layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan siklus I dan II diberikan, skor yang dimiliki oleh peserta didik mengalami kenaikan. Hasil akhir pada siklus II berkisar antara 164 – 180 atau mengalami peningkatan rata-rata sekitar 18,21% dengan kategori tinggi.
Pembahasan
Kegiatan bimbingan konseling dengan teknik permainan yang telah dilakukan, dari hasil observasi pada siklus I menunjukkan kualitas bimbingan yang cukup efektif dengan rata-rata skor 137,5. Pada siklus ini terjadi peningkatan sebesar 0,06%. Pada kegiatan siklus I, peserta didik sebagai anggota kelompok memiliki kesungguhan dan semangat yang baik dalam mengikuti layanan, cukup aktif, bisa mengemukakan pendapatnya, tetapi komunikasi masih banyak didominasi oleh guru bimbingan konseling selaku pemimpin kelompok. Sementara pada hasil observasi pada siklus II menunjukkan kualitas layanan bimbingan konseling yang efektif dengan skor 164,5. Pada siklus ini terjadi peningkatan sebesar 18,21%. Peserta didik dalam tahap ini sudah lebih terbuka, berani mengemukakan pendapatnya, dan beberapa siswa memiliki respon yang cepat dalam berkomunikasi.
Pada siklus I dilakukan kegiatan permainan dengan judul “Gambarlah sebelum Gambar itu Dilarangâ€. Permainan ini dapat meningkatkan aspek-aspek komunikasi interpersonal khususnya aspek keterbukaan dan sikap mendukung. Dalam permainan ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya melalui gambar, dan peserta yang lainnya secara bergiliran menambahkan gambar yang ada kaitannya dengan gambar sebelumnya. Setelah kembali kepada si pemilik kertas, maka si pemilik kertas tersebut kemudian harus menceritakan gambar yang dimilikinya.
Dari kegiatan ini kemampuan komunikasi interpersonal dapat meningkat dengan adanya keterbukan antar teman. Keberhasilan siklus I terlihat dari peningkatan skor dari kategori rendah ke sedang, meskipun masih ada 4 peserta didik yang berada pada kategori rendah. Indikator keterbukaan peserta didik terlihat dari keberanian menyampaikan apa yang mereka pikirkan, mau berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, lebih percaya diri dalam melakukan komunikasi interpersonal dan membina hubungan yang harmonis dengan teman-teman dalam anggota kelompok.
Pada siklus II sesi 1 dilakukan kegiatan permainan “Lanjutkan Ceritakuâ€. Permainan ini mengungkapkan aspek-aspek komunikasi interpersonal terutama aspek empati. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan dan dapat melakukan sesuatu yang nyata untuk mewujudkan rasa kepedulian kita terhadap apa yang orang lain alami. Empati membuat seseorang dapat memahami orang lain secara emosional, merasa simpatik, dan mencoba untuk ikut menyelesaikan masalah.
Permainan “Lanjutkan Ceritaku†dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik, karena bercerita merupakan salah satu metode dalam berkomunikasi yang baik. Dalam permainan ini, peserta tidak hanya dituntut untuk mendengarkan cerita dari peserta lain, tetapi juga meresponnya secara langsung dengan melanjutkan ceritanya. Selain itu, permainan ini juga dapat meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi peserta didik.
Pada sesi kedua dilaksanakan kegiatan berupa permainan “Kata Berbisikâ€. Permainan ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal melalui aspek sikap positif, yang ditunjukkan dengan berbicara yaitu peserta yang menyampaikan pesan dan mendengarkan yaitu peserta yang menerima pesan. Dalam kegiatan ini, dapat diperoleh hasil bahwa peserta tidak ada yang menghakimi peserta lain yang menyampaikan pesan kurang tepat.
Peserta didik dapat mengambil makna atas segala yang terjadi selama kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan, sehingga peserta didik memperoleh pemahaman baru dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya. Hasil pengukuran pada siklus II membuktikan bahwa teknik yang digunakan cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 sebelum guru memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan berada pada kategori rendah dengan skor antara 120 – 126.
2. Setelah guru memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan, maka kemampuan komunikasi interpersonalpeserta didik kelas X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 berada pada kategori tinggi dengan skor antara 158 – 180.
3. Kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X IPS 2 SMAN 3 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan. Peningkatan rata-rata sebesar 18,21%.
Saran
1. Bagi guru BK
Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan dapat diterapkan oleh guru BK sebagai salah satu model layanan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami topik tertentu.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data yang lebih lengkap, misalnya ditambah dengan wawancara agar dapat mengungkap hal-hal yang tidak dapat diungkap menggunakan skala psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman dan Prayitno. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska.
Devito, J. Alih Bahasa oleh Agus Maulana MSM. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Kharisma Publishing Group.
Mulyana, D. 2014. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurihsan, A.J. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rakhmad, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Romlah. T. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence. Yogyakarta: Amara Books.
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sugiyo, 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: Unnes Press.
Sukiman. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Pembimbing (Bimbingan dan Konseling). Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Supratiknya. 1995. Tinjauan Psikologi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Tadjri, Imam. 2014. Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling. Semarang: UNNES.
Tohirin. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Media Abadi.