Meningkatkan Ketrampilan Sosial Melalui Konseling Kelompok Dengan Teknik Diskusi
UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN SOSIAL
MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI
PADA SISWA KELAS XI BAHASA SEMESTER 2
SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Desi Kusuma Dewi
SMA Negeri 1 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui apakah layanan konseling kelompok dengan tenik diskusi dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan sosial para siswa, (2) Untuk mengetahui seberapa banyak peningkatan kemampuan ketrampilan sosial para siswa setelah layanan konseling kelompok dengan tenik diskusi, (3) Untuk mengetahui perubahan perilaku peserta didik setelah layanan konseling kelompok dengan tenik diskusi dilakukan. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, wawancara dan observasi. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas bimbingan dan konseling (PTBK) yang dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun guru pembimbing yang lain juga ikut berpartisipasi atau bekerjasama di dalamnya (Suharsimi Arikunto 2010: 17). Indikator Penelitian ini adalah ketrampilan sosial yang meliputi: (1) ketrampilan mendengarkan orang lain, (2) ketrampilan bertanya, (3) ketrampilan menjalin dan memelihara pertemanan, (4) ketrampilan bekerjasama, dan (5) ketrampilan mau berbagi. Hasil penelitian Ketrampilan sosial siswa dari prasilkus sebesar 58,25% dengan kategori kurang. Ketrampilan sosial siklus I nilai rata- rata sebesar 68% dengan kategori cukup dan siklus II nilai rata- rata ketrampilan sosialnya sebesar 79% dengan kategori baik, jadi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11%. Sedangkan pada antusias aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok pada siklus I nilai rata- ratanya sebesar 38% dengan kategori cukup dan siklus II sebesar 68% dengan kategori baik. Deskripsi siswa mengalami peningkatan ketrampilan sosialnya yaitu siswa memiliki ketrampilan sosial seperti dapat berkomunikasi secara efektif, memiliki ketegasan, memiliki penampilan yang menarik, memiliki tujuan yang jelas, bisa bekerjasama dan dapat berfikir positif serta lebih aktif.
Kata kunci: ketrampilan sosial, konseling kelompok, teknik diskusi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja adalah memiliki ketrampilan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.Hal ini berarti bahwa remaja tersebut harus mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal sehingga dia akan dapat berprestasi.Namun pada kenyataan yang terjadi di sekolah kami, SMA Negeri 1 Sukoharjo siswa kelas XI Bahasa menurut hasil wawancara dari beberapa guru kelas yang mengajar mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa di kelas tersebut menunjukkan reaksi yang pasif, tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, cenderung kurang berani bertanya, kurang berani mengemukakan pendapat, serta kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dan cenderung apatis dan kurang suka terhadap teman yang terlalu aktif dengan kegiatan organisasi, serta kurang bisa bekerjasama dengan baik.
Pendekatan konseling kelompok dengan teknik diskusi adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan ketrampilan sosial siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016.
Tujuan Penelitian ini Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016.
Manfaat Penelitian ini antara lain bagi guru BK/konselor sekolah sebagai masukan dalam memberikan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusidalm meningkatkan kemampuan ketrampilan sosial pada para siswa, bagi para siswa sebagai informasi betapa pentingnya kemampuan ketrampilan sosial karena hal tersebut dapat membantu mereka dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi, bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling.
KAJIAN PUSTAKA
Ketrampilan Sosial
Menurut Sjamsuddin dan Maryani (2008:6), Ketrampilan sosial adalah suatu kemampuan secara cakap yang tampak dalam tindakan, mampu mencari, memilah dan mengelola informasi, mampu mempelajari hal-hal baru yang dapat memecahkan masalah sehari-hari, mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai, dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat.
Layanan Konseling Kelompok
Pengertian Layanan Konseling Kelompok menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah. Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal (Tohirin, 2007:181).
Layanan Konseling Kelompok Teknik Diskusi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok. Teknik ini biasa digunakan dalam satu atau dua sesi konseling kelompok untuk menanyakan informasi yang penting. Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan hal-hal yang belum dipahami oleh kelompok (Tohirin,2007:182).
Kerangka Berpikir
Kondisi awal yang terjadi guru BK belum melaksanakan layanan konselig kelompok dengan teknik diskusi. Fenomena yang terjadi peserta didik mempunyai kemampuan ketrampilan sosial yang rendah. Tindakan yang dilakukan adalah guru melaksanakan kegiatan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi. Harapannya dengan adanya tindakan kegiatan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi akan meningkatkan kemampuan ketrampilan sosial siswa.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada peningkatan kemampuan ketrampilan sosial pada siswa setelah kegiatan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi. Siswa yang mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi memiliki kemampuan ketrampilan sosial lebih tinggi dibandingkan sebelum mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK). Metode penelitian komparatif menggunakan analisis deskriptif.
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
Indikator dalam penelitian ini adalah ketrampilan sosial yang meliputi (1) ketrampilan mendengarkan orang lain, (2) ketrampilan bertanya, (3) ketrampilan menjalin dan memelihara pertemanan, (4) ketrampilan bekerjasama, dan (5) ketrampilan mau berbagi.
Teknik Pengumpulan data menggunakan wawancara, Ketika peneliti akan melakukan wawancara dengan guru, peneliti menggunakan instrumen pada saat responden (orang yang diwawancarai) menjawab, maka peneliti mendeskripsikan jawaban dari orang yang diwawancarai tersebut. Kisi-kisi wawancara yang dikembangkan berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Hurlock (1978:262).
Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengetahui perubahan yang terdapat dalam situasi atau pada perilaku ataupun kegiatan yang sedang diamati pada saat proses berlangsung.Pedoman Observasi Aktivitas Peneliti oleh Kolaborator.
Instrumen Penilaian Observasi Aktivitas Peneliti oleh Kolaborator
Selanjutnya untuk Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Diskusi aspek yang diamati meliputi, aktif dalam kelompok, kesungguhan dalam mengikuti, bersikap terbuka, berani berpendapat, perhatian, saling menghrmati, memberi kesempatan pada anggota lain, menganalisis masalah, menjadi pendengar aktif, memiliki perasaan diterima.
Angket
Pada penelitian ini alat pengumpulan data juga menggunakan skala ketrampilan sosial atau angket sosiometri dalam penetuan pembentukan kelompok diskusi.
Dokumentasi
Dokumentasi ini berisi tentang daftar dokumen yang akan diteliti, diharapkan dengan dokumen ini akan melengkapi dan memperkuat data yang diperoleh dari obervasi, skala dan wawancara. Adapun daftar dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah gambar-gambar foto selama proses kegiatan layanan konseling dan pemberian skala ketrampilan sosial pada peserta konseling kelompok siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Kriteria keberhasilan tindakan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, keberhasilan proses dan produk. Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari adanya perubahan kearah yang lebih baik, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketrampilan sosial siswa, baik dalam hal berkomunikasi maupun bersosialisasi dengan teman-temanya, serta dalam hal akademis maupun non akademis. Kriteria keberhasilan produk ketrampilan sosial ini adalah apabila dalam penelitian tindakan kelas ini, 75% dari jumlah siswa dapat bersosialisasi dan komunikasi yang baik dengan teman-temanya, baik dalam proses belajar maupun di luar kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Sebelum tindakan pada siklus I diberikan angket atau skala ketrampilan sosial terlebih dahulu, dan hasilnya sebagai berikut.
Tabel Skala ketrampilan sosial prasiklus
No. |
Nama Siswa |
Jumlah |
Persentase |
Kriteria |
1 |
A |
57 |
47% |
Kurang sekali |
2 |
B |
63 |
52% |
Kurang sekali |
3 |
C |
65 |
54% |
Kurang sekali |
4 |
D |
61 |
51% |
Kurang sekali |
5 |
E |
61 |
51% |
Kurang sekali |
6 |
F |
40 |
47% |
Kurang sekali |
7 |
G |
60 |
50% |
Kurang Sekali |
8 |
H |
58 |
48% |
Kurang sekali |
9 |
I |
72 |
60% |
Cukup |
10 |
J |
60 |
50% |
Kurang sekali |
11 |
K |
58 |
48% |
Kurang Sekali |
12 |
L |
54 |
45% |
Kurang Sekali |
13 |
M |
53 |
44% |
Kurang Sekali |
14 |
N |
58 |
48% |
Kurang Sekali |
15 |
O |
72 |
60% |
Cukup |
16 |
P |
63 |
52% |
Kurang sekali |
17 |
Q |
51 |
43% |
Kurang sekali |
18 |
R |
58 |
48% |
Kurang sekali |
19 |
S |
62 |
52% |
Kurang Sekali |
20 |
T |
70 |
58% |
Kurang sekali |
21 |
U |
60 |
50% |
Kurang Sekali |
22 |
V |
94 |
78% |
Baik |
23 |
W |
57 |
47% |
Kurang sekali |
24 |
X |
60 |
50% |
Kurang sekali |
25 |
Y |
68 |
58% |
Kurang Sekali |
26 |
Z |
68 |
58% |
Kurang sekali |
27 |
AA |
51 |
43% |
Kurang Sekali |
28 |
AB |
60 |
50% |
Kurang sekali |
|
Jumlah |
1714 |
1728 |
|
|
Rata-rata |
|
58% |
Kurang sekali |
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor rata- rata ketrampilan sosial siswa pada prasiklus adalah 58% dan termasuk dalam kategori kurang sekali.
Dengan melihat hasil skala ketrampilan sosial siswa yang masih rendah tersebut, peneliti berupaya meningkatkan kemampuan ketrampilan sosial siswa melalui konseling kelompok.
Siklus I
Kegiatan diawali dengan membagi siswa dalam tiga kelompok diskusi untuk pelaksanaan layanan konseling kelompok yang akan diadakan. Selanjutnya peneliti(guru BK) melakukan observasi selama kegiatan itu berlangsung, kemudian diberikan kembali skala ketrampilan sosial pada siswa dengan hasil sebgai berikut.
Tabel Skala Ketrampilan Sosial Siklus I
No. |
Nama Siswa |
Jumlah |
Persentase |
Kriteria |
1 |
A |
70 |
60% |
Cukup |
2 |
B |
72 |
60% |
Cukup |
3 |
C |
70 |
60% |
Cukup |
4 |
D |
94 |
78% |
Baik |
5 |
E |
72 |
60% |
Cukup |
6 |
F |
70 |
60% |
Cukup |
7 |
G |
60 |
50% |
Kurang Sekali |
8 |
H |
70 |
60% |
Cukup |
9 |
I |
72 |
60% |
Cukup |
10 |
J |
72 |
60% |
Cukup |
11 |
K |
58 |
48% |
Kurang Sekali |
12 |
L |
54 |
45% |
Kurang Sekali |
13 |
M |
53 |
44% |
Kurang Sekali |
14 |
N |
58 |
48% |
Kurang Sekali |
15 |
O |
72 |
60% |
Cukup |
16 |
P |
76 |
63% |
Cukup |
17 |
Q |
94 |
78% |
Baik |
18 |
R |
72 |
60% |
Cukup |
19 |
S |
62 |
52% |
Kurang Sekali |
20 |
T |
72 |
60% |
Cukup |
21 |
U |
60 |
50% |
Kurang Sekali |
22 |
V |
94 |
78% |
Baik |
23 |
W |
72 |
60% |
Cukup |
24 |
X |
70 |
60% |
Cukup |
25 |
Y |
58 |
48% |
Kurang Sekali |
26 |
Z |
76 |
63% |
Cukup |
27 |
AA |
51 |
43% |
Kurang Sekali |
28 |
AB |
76 |
63% |
Cukup |
|
Jumlah |
1950 |
|
|
|
Rata-rata |
|
68% |
Cukup |
Dari tabel diatas dapat diihat bahwa skor rata- rata ketrampilan sosial pada Siklus I adalah 68% dan masuk dalam kategori cukup. Sedangkan pada hasil observasi pada saat layanan konseling kelompok sebagai berikut.
Tabel Rekap Hasil Observasi Siklus I
|
Nama Siswa |
Jumlah |
Persentase |
Kriteria |
|||
1 |
A |
74 |
62% |
Cukup |
|||
2 |
B |
74 |
62% |
Cukup |
|||
3 |
C |
87 |
73% |
Cukup |
|||
4 |
D |
72 |
60% |
Cukup |
|||
5 |
E |
70 |
58% |
Kurang |
|||
6 |
F |
71 |
59% |
Cukup |
|||
7 |
G |
68 |
57% |
Kurang |
|||
8 |
H |
72 |
60% |
Cukup |
|||
|
Jumlah |
588 |
491 |
|
|||
|
Rata-rata |
74 |
61% |
Cukup |
|||
|
|
|
|
|
|||
No |
Kriteria |
Persentase |
Frekuensi |
|
|||
1 |
Sangat baik |
86% – 100% |
4 |
|
|||
2 |
Baik |
76% – 85% |
15 |
|
|||
3 |
Cukup |
60% – 75% |
8 |
|
|||
4 |
Kurang |
55% – 59% |
1 |
|
|||
5 |
Kurang sekali |
≤ 54% |
|
||||
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diperoleh data bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa sudah dapat dikatakan meningkat, tapi belum sepenuhnya memuaskan. Sedangkan observasi terhadap kegiatan siswa dalam mengikuti layanan konseling kelompok memperoleh rata- rata skor 74 atau 61% dengan kategori cukup.
Siklus II
Kegiatan pada Siklus II dilaksanakan dengan langkah seperti pada siklus I. hasil skala ketrampilan sosial siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebagai berikut.
No. |
Nama Siswa |
Jumlah |
Persentase |
Kriteria |
1 |
A |
83 |
69% |
Baik |
2 |
B |
85 |
71% |
Baik |
3 |
C |
84 |
70% |
Cukup |
4 |
D |
91 |
76% |
Baik |
5 |
E |
83 |
69% |
Baik |
6 |
F |
83 |
69% |
Cukup |
7 |
G |
84 |
70% |
Cukup |
8 |
H |
85 |
71% |
Cukup |
9 |
I |
84 |
70% |
Baik |
10 |
J |
83 |
69% |
Cukup |
11 |
K |
85 |
71% |
Cukup |
12 |
L |
83 |
69% |
Cukup |
13 |
M |
84 |
70% |
Cukup |
14 |
N |
84 |
70% |
Cukup |
15 |
O |
83 |
69% |
Baik |
16 |
P |
83 |
69% |
Baik |
17 |
Q |
91 |
76% |
Baik |
18 |
R |
84 |
70% |
Cukup |
19 |
S |
83 |
69% |
Baik |
20 |
T |
92 |
78% |
Baik |
21 |
U |
84 |
70% |
Cukup |
22 |
V |
83 |
69% |
Baik |
23 |
W |
91 |
76% |
Baik |
24 |
X |
84 |
70% |
Baik |
25 |
Y |
85 |
71% |
cukup |
26 |
Z |
83 |
69% |
Baik |
27 |
AA |
84 |
70% |
Baik |
28 |
AB |
69 |
58% |
Kurang |
Jumlah |
2368 |
|||
Rata-rata |
84 |
79% |
Baik |
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui ketrampilan sosial siswa pada siklus II sudah bisa dikatakan baik. Pada siklus II setelah pertemuan pertama konseling kelompok dengan teknik diskusi, ketrampilan sosial siswa mencapai skor 84 atau sekitar 79%, hal tersebut dapat dikategorikan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan siswa sudah mampu berkomunikasi dengan baik, memiliki ketegasan, dan memiliki penampilan yang baik, memiliki tujuan yang jelas, bisa kerjasama yang baik dan berpikir positif.
No |
Subjek |
Pertemuan 1 KLP.1 |
Pertemuan 1KLP.2 |
Pertemuan 1 KLP.3 |
1 |
A |
33 |
34 |
34 |
2 |
B |
35 |
39 |
35 |
3 |
C |
33 |
36 |
38 |
4 |
D |
38 |
33 |
37 |
5 |
E |
39 |
35 |
35 |
6 |
F |
35 |
38 |
37 |
7 |
G |
34 |
35 |
38 |
Jumlah |
247 |
250 |
254 |
|
Rata-rata: Jumlah Subjek (7) |
35 |
36 |
36 |
|
Persentase |
67% |
69% |
69% |
|
Kategori |
Baik |
Baik |
Baik |
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi menunjukkan minat dan antusias yang senantiasa meningkat dari tiap pertemuan selama siklus II. Dengan demikian, pada siklus II untuk aktifitas siswa dalam mengikuti layanan konseling kelompok memperoleh skor 35 atau sekitar 68% dengan kategori baik.
Hasil penelitian Ketrampilan sosial siswa dari prasilkus sebesar 58,25% dengan kategori kurang. Ketrampilan sosial siklus I nilai rata- rata sebesar 68% dengan kategori cukup dan siklus II nilai rata- rata ketrampilan sosialnya sebesar 79% dengan kategori baik, jadi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11%. Sedangkan pada antusias aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok pada siklus I nilai rata- ratanya sebesar 38% dengan kategori cukup dan siklus II sebesar 68% dengan kategori baik. Deskripsi siswa mengalami peningkatan ketrampilan sosialnya yaitu siswa memiliki ketrampilan sosial seperti dapat berkomunikasi secara efektif, memiliki ketegasan, memiliki penampilan yang menarik, memiliki tujuan yang jelas, bisa bekerjasama dan dapat berfikir positif serta lebih aktif. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus II ini mencapai hasil rata-rata sebesar 36 atau sekitar 68% dengan kategori baik sedangkan pada siklus sebelumnya hanya memperoleh hasil rata-rata sebesar 22 atau sekitar 38% dengan kategori cukup. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa selama mengikuti layanan konseling kelompok. Jika dibandingkan pada siklus I, pada siklus II ini siswa lebih terbuka, aktif dan sukarela dalam diskusi.
PENUTUP
SIMPULAN
Simpulan penelitian ini yaitu, pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan ketrampilan sosial melalui siklus I dan siklus II.Ketrampilan sosial siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11%. Siswa mengalami peningkatan ketrampilan sosialnya yaitu siswa memiliki ketrampilan sosial seperti dapat berkomunikasi secara efektif, memiliki ketegasan, memiliki penampilan yang menarik, memiliki tujuan yang jelas, bisa bekerjasama dan dapat berfikir positif serta lebih aktif.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka saran dalam penelitian ini antara lain, kepada Guru Pembimbing menyelenggarakan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi secara efektif untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa secara lebih optimal. Kepada Sekolah Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, khususnya ruangan bimbingan/konseling yang lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta.
________________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Marrel. 2008. Social Scill. Downloaded at 25/4/2016-pengertian-ketrampilan-sosial-social-skill/.
Mastur. 2010. Aplikasi Sosiometri.Yogyakarta: Paramitra Publishing
Mu’tadin, Zainun.2002. Mengembangkan Ketrampilan Sosial Pada Remaja. Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 25 April 2016.
Nailul Falah, S.Ag,M.Si. 2014. Upaya Meningkatkan Ketrampilan Sosial Pada Anak Autis Melalui Terapi Bermain (Studi Terhadap Anak Autis di SLB Khusus Autistik Yayasan Fajar Nugraha Yogyakarta. Skripsi.
Prayitno. 2003. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Padang: Ghalia Indonesia.
_______. 2008. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang.
Ria Adistyasari. 2013. Meningkatkan Ketrampilan Sosial dan Kerjasama Anak dalam Bermain Angin Puyuh di TK Kemala Bhayangkari 08 Semarang. Skripsi.
Romlah. 2001. Layanan Konseling Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Sjamsuddin, H dan maryani, E. 2008. Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Ketrampilan Sosial. Makalah pada Seminar Nasional Makasar.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf. 2005. Psikologi perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tita Setiani. 2014. Ketrampilan Sosial Siswa Melalui Penerapan Metode Simulasi Pada Pembelajaran IPS Kelas V SD N Pakem 2 Sleman. Skripsi.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Press.
Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia.