MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN BAHASA INGGRIS MELALUI AUDIO-VISUAL BAGI SISWA KELAS XI MULTIMEDIA SEMESTER II SMKN 5 DUMAI TAHUN AJARAN 2017/2018

 

Dewi Marlina

Guru SMKN 5 Dumai, Kota Madya Dumai Provinsi Riau

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 5 Dumai di Kelas XI Multimedia yang kemampuan siswanya untuk materi Mendengarkan Bahasa Inggris cukup rendah. Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Audio-Visual dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Audio-Visual dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada Siklus I adalah 21 siswa (70%) yang tuntas. Dari Siklus I ke Siklus II naik menjadi 25 siswa (83%) yang tuntas. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran Audio-Visual dapat meningkatkan prestasi belajar.

Kata Kunci: kemampuan mendengarkan, Audiuo Visual, Bahasa Ingggris

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Bahasa itu sangat penting untuk semua orang didunia ini, dengan bahasa mereka mampu menjalin hubungan dengan orang lain yang berasal dari latarbelakang bahasa yang berbeda. Misalnya bahasa inggris, bahasa inggris adalah sebuah bahasa internasional. Dimana bahasa ini digunakan sebagai alat komunikasi dalam forum-forum internasional. Sekarang ini, banyak Negara didunia ini menggunakannya sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu bahasa inggris menjadi mata pelajaran yang sangat penting yang harus diajarkan sejak dini sampai dengan perguruan tinggi seperti SD, SMK, SMA dan Universitas.

Ketika kita mempelajari bahasa inggris, kita mengenal empat komponen bahasa, seperti: mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara, dimana keempat komponen ini menjadi faktor utama dalam mengajarkan bahasa inggris sebagai bahasa asing. Komponen – komponen ini akan mengembangkan kemampuan komunikasi siswa baik secara lisan atau tulisan.

Listening skill, salah satu kemampuan menerima, adalah sebuah tehnik komunikasi dimana pendengar bisa mengerti, menginterpretasikan dan mengevaluasi apa yang mereka dengar. Kemampuan untuk mendengarkan secara aktif dapat meningkatkan hubungan pribadi melalui mengurangi konflik, memperkuat kerjasama ,mengembangkan pemahaman.

Listening adalah salah satu komponen bahasa yang masih menjadi kendala bagi siswa untuk dipelajari. Kita bisa mengetahui dari pencapaian siswa. Nilai yang mereka dapatkan masih rendah jika dibandingkan dengan komponen-komponen bahasa lain seperti reading dan writing.

Komunikasi akan berjalan lebih baik jika pendengar bisa merespon apa yang pembicara bicarakan. Namun, kebanyakan siswa masih memiliki kesulitan dalam mendengar karena adanya perbedaan dialek. Perbedaan tersebut tidak hanya dari segi pengucapan tetapi juga dari kebudayan. Secara gramatikal juga bisa mengakibatkan misunderstanding antara pembicara dan pendengar.

Rendahnya kemampuan menyimak siswa dalam bahasa inggris dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: minimnya pengetahuan bahasa inggris siswa, masih minimnya pembendaharaan kosakakata siswa, kurangnya latihan komunikasi berbahasa inggris siswa dalam kehidupan sehari-hari, rendahnya aktifitas memahami bahasa inggris siswa, rendahnya kualitas tugas-tugas siswa, dan kurang tepatnya tehnik yang digunakan guru.

Didalam mengatasi masalah tersebut, para guru harus tetap berusaha mencari cara agar bagaimana masalah itu bisa teratasi. Guru harus mampu menggunakan beberapa metode pembelajaran khususnya dalam mengajarkan listening. Dan salah satu tehnik yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kemampuan mendengar siswa adalah melalui Audio-Visual. Audio-lingual or Audio-visual adalah metode yang sangat menarik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu metode ini bertujuan agar pelajar atau siswa mampu memahami target bahasa, berbicara dengan pengucapan yang dapat diterima dan benar secara gramatikal, dan mampu memahami materi yang dipresentasikan.

Suleiman (1985:11) mengatakan bahwa Audio-visual or Audio-lingual adalah media yang dapat dilihat dan didengar dalam melaksanakan komunikasi. Salah satu Audio-lingual method adalah video. Video bisa diputar sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Itu bisa digunakan untuk menonton film. Berdasarkan film tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Berdasarkan latarbelakang diatas dan mengetahui kelemahan siswa dalam mempelajari listening dan kurangnya kemampuan siswa terhadap pemahaman listening. Maka penulis focus untuk mengajar listening melalui Audio-Visual bagi siswa SMKN 5 Dumai Kelas XI Multimedia dengan menggunakan DVD (Digital Video Disc).

Dari analisis situasi di atas, penulis dapat merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut: Apakah kemampuan mendengarkan siswa Kelas XI Multimedia SMKN 5 Dumai dapat ditingkatkan melalui Audio-Visual?

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah (1) Meningkatkan kemampuan mendengarkan dalam bahasa inggris bagi siswa Kelas XI Multimedia SMKN 5 Dumai. (2) Untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran mendengarkan dalam bahasa inggris.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori Pembelajaran Listening

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Mendengarkan adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, disamping membaca, berbicara, dan menulis. Komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan lancar tanpa keterampilan Mendengarkan. Keterampilan Mendengarkan merupakan dasar keterampilan berbicara yang baik.

Sutari,dkk.(1997:17) menyatakan bahwa menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifakasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana.

Kajian Teori Tentang Audio Visual

Istilah Audio-Visual pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964. Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat ke sebuah ilmu.

Motivasi Belajar dalam Proses Pembelajaran

Motivasi belajar adalah dorongan atau daya penggerak pada diri siswa baik secara internal maupun external dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan mejelaskan perilaku individu, termasuk individu yang sedang belajar (Uno, 2007: 30). Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran yaitu: (1) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (3)menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (4) menentukan ketekunan belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Motivasi akan menjadi penguat belajar pada anak ketika anak benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain motivasi dapat memperkuat anak dalam perbuatannya

Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan dalam belajar. Anak akan tertarik untuk belajar ketika apa yang telah dipelajari itu sedikitnya sudah pernah dinikmati manfaatnya bagi anak. Sehingga anak akan termotivasi untuk belajar karena mereka sudah jelas apa yang menjadi tujuan dalam belajarnya.

Seorang anak yang memiliki motivasi akan memiliki kendali dan rangsangan untuk belajar. Anak akan mengaitkan fasilitas belajar sebagai rangsangan untuk belajar. Tanpa motivasi anak tidak akan pernah terangsang untuk memanfaatkan rangsangan-rangsagan sebagai pengendali dalam belajar.

Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajari dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Itu berarti bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadp ketekunan dan ketahanan dalam belajar.

METODE PENELITIAN

Setting penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XI Multimedia SMKN 5 Dumai. Tempat ini dipilih karena merupakan tempat tugas daari peneliti. Penelitian ini dilakukan dari awal bulan Januari sampai dengan Maret 2018

Subjek Penelitian

Yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Multimedia SMKN 5 Dumai. Seluruh kelas berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 25 orang siswa perempuan dan 5 orang siswa laki-laki. Dua orang siswa perempuan mempunyai kemampuan yang relatif baik dalam mendengarkan bahasa Inggris, enam orang mempunyai kemampuan sedang, dan tiga orang mempunyai kemampuan yang sangat lemah. Dua orang siswa laki laki mempunyai kemampuan yang relatif baik dalam menyimak bahasa Inggris. Lima orang mempunyai kemampuan sedang, dan sembilan orang sangat tidak mampu mendengarkan dalam berbahasa Inggris.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan pemahaman siswa dalam mendengar bahasa inggris. Lembar Pengamatan digunakan untuk mencatat informasi dari semua kegiatan yang sedang berlangsung. Lembar pengamatan terdiri dari aktivitas siswa, waktu, respon siswa, situasi kelas, dan catatan lainnya yang terjadi saat prosses tindakan berlangsung

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam setiap tindakan akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui hasil akhir dari suatu tindakan. Data kualitatip hasil belajar siswa akan dianalisis secara deskriptif dengan cara mencari nilai rata-rata keberhasilan siswa baik dalam pre tes dan post tes. Data hasil evaluasi akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan cara mencari nilai rata-rata keberhasilan siswa baik dalam pre tes dan post tes.

Sedangkan, Data kualitatif yang didapat melalui lembar observasi dianalisis sehingga dapat memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap pelajaran, sikap atau pandangan siswa terhadap metode belajar yang diterapkan, aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan yang sejenisnya dianalisis secara kualitatif.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Ada empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi (Arikunto, 2007: 11).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus I

Hasil belajar siswa siklus I adalah seperti tabel berikut;

Nilai ketuntasan

belajar

Jumlah

Siswa

Presentase

Nilai < 65 (belum tuntas

belajar)

9 siswa

30%

Nilai ≥ 65 (tuntas

belajar)

21 siswa

70%

Jumlah siswa

30

100%

Ketuntasan belajar yang

dicapai siswa(ketuntasan

≥ 80%)

70%

 

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil belajar siswa siklus II adalah seperti tabel berikut;

Nilai ketuntasan

belajar

Jumlah

Siswa

Presentase

Nilai < 65 (belum tuntas

belajar)

5 siswa

17%

Nilai ≥ 65 (tuntas

belajar)

25 siswa

83%

Jumlah siswa

30

100%

Ketuntasan belajar yang

dicapai siswa(ketuntasan

≥ 80%)

83%

 

Pembahasan

Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes lisan dan multiple choice test memforsir siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. 70% siswa tuntas pada siklus I. Pada siklus I siswa mulai fokus mengikuti kegiatan pembelajaaran dengan media audio visual yang membuat mereka tertarik dari kegiatan pembelajaran tersebut.

Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Audio-Visual. Hal ini sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan oleh Soedomo, 1990 (dalam Puger, 2004) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntutan KKM mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah ini yaitu 7,5 Oleh karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya.

Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 83% pada Hasil ini menunjukkan bahwa metode Audio-Visual telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan. Audio-Visual merupakan model yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki kemampuan berkreasi, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas, bertukar pikiran, berargumentasi, mengingat penggunaan metode ini adalah untuk memupuk kemampuan intelektual siswa, mendorong siswa untuk mampu menemukan sendiri, menempatkan siswa pada posisi sentral dan mengupayakan agar siswa tidak belajar dengan menghafal.

Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

 Mata pelajaran Bahasa Inggris menitikberatkan kajiannya pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran, prilaku maupun keter-Visual menempati tempat yang penting karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai 8,5, 13 siswa memperoleh nilai menengah yaitu 8. Dari perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode Audio-Visual.

 Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari tuntas 18 siswa (60%) menjadi 21 siswa (70%) setelah itu menjadi meningkat lagi pada siklus II menajdi 25 siswa(83%) Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SMK Negeri 5 Dumai.

PENUTUP

Simpulan

Berdasar pada rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa yang disampaikan pada latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran Audio-Visual diupayakan untuk dapat menyelesaikan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Seberapa besar peningkatan yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis. Dari hasil penelitian yang disampaikan akni siswa yang tuntas pada siklus I adalah 70% dan yang tuntas pada siklus II terjadi penignaktan menjadi 83%. dari semua data yang telah disampaikan tersebut, tujuan penelitian yang disampaikan sudah dapat dicapai.

Saran

Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi Bahasa Inggris, dapat disampaikan saran adalah apabila mau melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris penggunaan model pembelajaran Audio-Visual semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berargumentasi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.

Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKn dan Sejarah pada Siswa Kelas II di SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa Unipas.

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.