PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 MELALUI CLASSROOM VISITATION DAN CLASSROOM CONFERENCE BAGI GURU KELAS IV DABIN I GUGUS KEBO KENONGO

UPT DIKDAS LS KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Endang Ismiyati

Pengawas SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS

Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan Guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 bagi guru kelas IV SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui Classroom Visitation dan Classroom conference. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan subjek penelitian guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, yang berjumlah 7 (tujuh) Guru. Objek penelitian tindakan sekolah ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, dilaksanakan semester I Tahun ajaran 2017/2018 selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2017. Data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan analisis perbandingan. Penelitian dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 lebih dari 10 (≥ 10,1), prosentase ketercapaian indikator guru minimal sebesar 85% (≥ 85%). Hasil penelitian membuktikan bahwa melalui tindakan classroom visitation dan classroom conference kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 bagi guru kelas IV SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5,14 menjadi 9,71 (peningkatan sebesar 4,57). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 9,71 menjadi 14,43 (peningkatan sebesar 4,71). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 5,14 menjadi 14,43 (peningkatan sebesar 9,29).

Kata Kunci: classroom visitation, classroom conference, pembelajaran kurtilas.

 

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pasal 4, dinyatakan bahwa “satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum tahun 2006 paling lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020. Artinya satauan pendidikan dasar dan pendidikan menengah harus mulai mempersiapkan diri dan secara bertahap beralih dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013.

Berbagai perbedaan antara kurikulm 2006 dengan kurkulum 2013, salah satunya adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi melaluli eksperimen, menalar, dan mengkomunikasikan hasil. Standar proses dalam pembelajaran kurikulum 2006, terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Perbedaan tersebut mengharuskan guru untuk dapat menyesuaikan, sehingga secara bertahap guru mulai meninggalkan langkah-langkah pembelajaran kurikulum 2006, beralih ke langkah pembelajaran kurikulum 2013 yang dikenal dengan pendekatan saintifik.

Guru di Dabin I Gugus Kebo Kenongo UT Dikdas LS Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, telah dipersiapkan melalui berbagai pelatihan, dan bimtek tentang kurikulum 2013, namun dikarenakan guru telah terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2006, dengan standar proses yang terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi, maka dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik masih banyak kekurangan.

Berdasarkan hasil pantauan yang dilaksanakan pada awal semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, terhadap 7 (tujuh) guru yaitu guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono, diketahui bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, masih rendah. Hal ini terlihat sejak mulai guru melaksanakan kegiatan awal, hingga kegiatan akhir pembelajaran.

Pada kegiatan awal, guru belum terbiasa mengkondisikan kelas dengan suasana yang menyenangkan, aktivitas guru pada tahap awal masih terpaku pada kegiatan formal, seperti salam, berdoa, memeriksa kehadiran peserta didik, menjelaskan materi yang akan disampaikan dan lain sebagainya. Pada kegiatan inti terlihat guru belum mampu mengkoordinir peserta didik dalam kegiatan pengamatan, mengumpulkan informasi, dan mengkomunikasikan hasil kepada peserta didik lain. Pada kegiatan penutup guru kurang memperhatikan aspek memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa, guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013, untuk itu, maka perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, agar guru di Dabin I Gugus Kebo Kenongo, khususnya guru kelas IV, memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pengawas, dan dengan mempertimbangkan permasalahan antara guru satu dengan guru lain berbeda, maka upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan supervisi klinis berupa Kunjungan kelas (classroom visitation) yang dilanjutkan dengan teknik classroom conference, yaitu percakapan pribadi yang dilakukan di dalam kelas. Sekaligus kegiatan ini merupakan kegiatan pengembangan profesi dalam bentuk penulisan karaya ilmiah berupa Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul: PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 MELALUI CLASSROOM VISITATION DAN CLASSROOM CONFERENCE BAGI GURU KELAS IV DABIN I GUGUS KEBO KENONGO UPT DIKDAS LS KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah melalui Classroom Visitation dan Classroom conference dapat meningkatkan kemampuan Guru kelas IV SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013?

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan Guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 bagi guru kelas IV SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui Classroom Visitation dan Classroom conference.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Classroom Visitation

Kunjungan kelas merupakan salah satu teknik yang digunakan oleh kepala sekolah untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. Teknik ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru, seperti penggunaan metode, media, dan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan oleh guru (Mulyasa, 2012: 98).

Percakapan Pribadi

Menurut Sagala (2009: 217) percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah dilakukan oleh supervisor. Individual-conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru. Salah satu alat yang penting dalam supervisi adalah individual conference, sebab dalam individual conference seorang supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and profesional problmens) (Sahertian, 2000: 73).

Kompetensi Guru

Uno (2007: 63) Mengemukakan bahwa “Kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama”. Dari pendapat tersebut dapat difahami bahwa kompetensi menunjuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku. Usman (2009: 14) menyatakan kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Pembelajaran Kurtilas

Arifin (2011: 5) berpendapat bahwa kurikulum merupakan semua kegiatan dan pengalaman belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum selain menjadi pedoman dalam proses pembelajaran juga berfungsi membentuk kepribadian dan karakter peserta didik yang dilaksanakan melalui kegiatan pengalaman belajar yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah.

Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006 yang mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 (Fadlillah, 2014: 16). Kurikulum 2013 lebih menekankan pada peningkatan dan keseimbangan antara soft skill dan hard skill melalui kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Pelaksanaan Pembelajaran Kurtilas

Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik. Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran ilmiah. Majid (2014: 193) mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Daryanto (2014:51) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Kerangka Pemikiran

Guru di Dabin I Gugus Kebo Kenongo UT Dikdas LS Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, telah dipersiapkan melalui berbagai pelatihan, dan bimtek tentang kurikulum 2013, namun dalam pelaksanaannya guru masih mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil pantauan yang dilaksanakan pada awal semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, terhadap 7 (tujuh) guru yaitu guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono, diketahui bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, masih tergolong rendah. Hal ini terlihat sejak mulai guru melaksanakan kegiatan awal, hingga kegiatan akhir pembelajaran.

Kenyatan tersebut di atas perlu disikapi dengan melakukan pembinaan dengan teknik classroom visitation yaitu teknik pembinaan individual dengan cara mengunjungi kelas saat guru melaksanakan pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui lebih jelas tentang permasalahan yang dihadapi oleh guru. Hasil kunjungan tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan classroom conference, dengan harapan percakapan pribadi tersebut lebih terarah pada permasalahan yang ditemukan saat kunjungan kelas.

Hipotesis Tindakan

Melalui Classroom Visitation dan classroom conference mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 bagi guru kelas IV Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali semester I tahun pelajaran 2017/2018 dengan maksimal.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian

Desain disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesa maupun dalam membuat kesimpulan. Desain penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan sekolah (PTS). Adapun permasalahan yang perlu dipecahkan melalui tindakan perbaikan ini adalah rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kurikulum di Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Penelitian tindakan ini didesain sesuai dengan model Menurut John Elliot (dalam Muslihudin, 2010: 72). Model ini memiliki empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu system spiral yang saling terkait.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sebagian guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, yang berjumlah 7 (tujuh) Guru. Ditetapkannya 7 (tujuh) guru kelas IV, dengan pertimbangan bahwa kelas IV, telah menerapkan pembelajaran kurikulum 2013, dan berdasarkan pengamatan awal, sebagian besar guru kelas IV masih kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran kurikulum 2013. Objek penelitian tindakan sekolah ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada semester I Tahun ajaran 2017/2018 selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2018, waktu tersebut terhitung sejak peneliti melakukan pengamatan awal, hingga pengurusan administrasi PTS. Penelitian ini dilakukan di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 7 SD yaitu: SD Negeri 1 Ketaon, SD Negeri 2 Ketaon, SD Negeri 3 Ketaon, SD Negeri 1 Bendan, SD Negeri 2 Bendan, SDIT Bina Insani, dan SD Muhammadiyah Program Khusus Bendan.

Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memeperoleh data dilakukan melalui pengamatan langsung dengan menggunakan lembar penilaian atau lembar observasi yang disertai dengan pendokumentasian. Teknik ini dipilih karena sesuai dengan data yang akan diperoleh, yaitu berupa penilaian unjuk kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013. Sedangkan dokumentasi diperoleh dari dokumen selama melaksanakan tindakan, daftar subjek penelitian, daftar hadir guru dalam mengikuti rapat, foto-foto kegiatan guru dan peneliti saat melakukan pembinaan individual.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu suatu teknik analisis dengan cara membandingkan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, dan prosentase ketercapaian indikator kegiatan prasiklus dengan siklus 1, siklus 1 dengan siklus 2, siklus 2 dengan siklus 3, dan prasiklus dengan siklus 3. serta mengadakan refleksi terhadap masing-masing siklus.

 

 

 

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah, dilakukan dari siklus ke siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Indikator Keberhasilan

Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah mencapai nilai dengan kategori baik yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 dengan skor rata-rata lebih dari 10 (≥ 10,1), dengan prosentase ketercapaian indikator guru minimal sebesar 85% (≥ 85%).

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Pengamatan dilakukan secara langsung, saat guru melaksanakan pembelajaran, sehingga peneliti dapat memberikan penilaian terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013. Hasil pengamatan dicatat pada lembar observasi yang telah disiapkan, seperti terlampir. Berdasarkan hasil tersebut peneliti merekap, menghitung skor rata-rata, menentukan nilai tertinggi, nilai terendah, menghitung prosentase ketercapaian dan membuat kategorisasi, hasilnya seperti terlampir. Kegiatan pengamatan prasikllus seperti dokumen terlampir. Ringkasan hasil pengamatan prasiklus dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 prasiklus sebesar 5,14 (rendah), nilai tertinggi 6 (sedang), nilai terendah 3 (rendah). Jumlah guru yang memperoleh nilai kategori tinggi belum ada, kategori sedang sebanyak 3 guru (42,86%), dan nilai rendah sebanyak 4 guru (57,14%).

Selanjutnya untuk mengetahui penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran dihitung prosentase rata-rata. Hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian komponen penilaian adalah 32,14%. Hal ini menunjukkan bahwa guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 belum maksimal sehingga perlu diupayakan langkah perbaikan, yaitu melalui kunjungan kelas (classroom visitation) dan classroom conference.

Siklus I

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, peneliti melaksanakan observasi untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013. Observasi dilakukan saat guru melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 mulai kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Observasi dilaksanakan secara langsung, dan menilai hasil pengamatan pada lembar yang telah disiapkan sebelumnya. Hasilnya seperti terlihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 melalui observasi, selanjutnya peneliti membuat rekapitulasi data, menghitung skor rata-rata, menentukan nilai tertinggi, nilai terendah, jumlah guru yang mendapat nilai tinggi, sedang dan rendah, serta menghitung prosentase ketercapaian indikator, rekapitulasi data seperti terlampir. Dokumentasi kegiatan pengamatan siklus I, seperti terlihat pada dokumentasi terlampir. Ringkasan hasil penilaian siklus I, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pembinaan berupa teknik classroom visitation dan percakapan pribadi teknik classroom conference, nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013, sebesar 9,71 (sedang), nilai tertinggi 12 (tinggi), nilai terendah 8 (sedang). Jumlah guru yang memperoleh nilai kategori tinggi sebanyak 3 guru (42,86%), kategori sedang sebanyak 4 guru (57,14%), dan nilai rendah sudah tidak ada.

Selanjutnya untuk mengetahui penguasaan guru terhadap komponen pembelajaran kurikulum 2013 siklus I, peneliti menghitung prosentase rata-rata dengan menggunakan rumus seperti disebutkan dalam bab III (teknik analisis data). Hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 60,71%. Hal ini menunjukkan bahwa guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 telah meningkat dibanding dengan prasiklus, tetapi belum maksimal.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 9,71 (sedang), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 60,71%. hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembinaan siklus I, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 telah meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tambahnya pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap langkah pembelajaran yang benar. Namun jika dibanding dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, skor rata-rata dan prosentase ketercapaian tersebut belum dapat berhasil, sehingga harus dilakukan tindakan lanjutan dengan memperbaiki kekurangan guru.

Siklus II

Observasi siklus II dilaksanakan mulai tanggal 7 sampai dengan tanggal 14 September 2018. Observasi dilaksanakan secara langsung sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Hasil pengamatan siklus I seperti terlihat pada lampiran. Rekapitulasi data seperti terlampir. Ringkasan hasil penilaian siklus I, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pembinaan siklus II dalam bentuk kunjungan kelas dan percakapan pribadi yang dilaksanakan di ruang kelas (classroom conference) nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 sebesar 14,43 (tinggi), nilai tertinggi sebesar 15 (tinggi), nilai terendah sebesar 13 (tinggi). Jumlah guru yang memperoleh nilai kategori tinggi sebanyak 7 guru (100%), kategori sedang dan rendah sudah tidak ada.

Selanjutnya untuk mengetahui penguasaan guru terhadap komponen pembelajaran kurikulum 2013 siklus II, peneliti menghitung prosentase rata-rata. hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 90,18%. Hal ini menunjukkan bahwa guru kelas IV di SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 telah meningkat dibanding dengan siklus I dengan maksimal.

Berdasarkan hasil penilian sikllus II, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 14,43 (tinggi), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 90,18%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembinaan siklus II, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 meningkat. Peningkatan terjadi pada seluruh guru, dan seluruh komponen, setelah dilakukan pembinaan siklus II, guru semakin memahami langkah pembelajaran kurikulum 2013. Peningkatan kemampuan guru tersebut jika dibanding dengan hasil penilaian siklus I, menunjukkan adanya peningaktan, dan jika dibanding dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan nilai rata-rata dan prosentase ketercapaian komponen tersebut telah melebihi indikator yang ditetapkan, sehingga walaupun semula direncanakan hingga siklus III, namun pada kenyataannya setelah dilaksanakan 2 (dua) siklus hasilnya telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka tindakan siklus III tidak dilanjutkan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan di atas, maka dapat diketahui perbandingan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 dan perbandingan prosentasi penguasaan komponen pembelajaran kurikulum 2013. Perbandingan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Berikut perbandingan nilai rata-rata dan prosentase ketercapaian komponen pembelaran kurikulum 2013, dari prasiklus ke siklus I, siklus I ke siklus II, dan prasiklus ke siklus II.

Perbandingan Nilai Rata-Rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 4,57. nilai tertinggi meningkat dari 6,00 menjadi 12,00, nilai terendah meningkat dari 3,00 menjadi 8,00, jumlah guru yang memperoleh nilai tinggi meningkat dari 0 menjadi 3, jumlah guru yang mendapat nilai sedang dari 3 guru meningkat menjadi 4 guru, jumlah guru yang memperoleh nilai rendah berkurang dari 4 guru menjadi tidak ada.

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 4,71, yaitu dari siklus I sebesar 9,71 siklus II meningkat menjadi 14,43. nilai tertinggi meningkat dari 12,00 menjadi 15,00, nilai terendah meningkat dari 8,00 menjadi 13,00, jumlah guru yang memperoleh nilai tinggi meningkat dari 3 guru menjadi 7 Guru, jumlah guru yang mendapat nilai sedang dari berkurang dari 4 guru menjadi tidak.

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,29 yaitu dari prasiklus sebesar 5,14 siklus II meningkat menjadi 14,43. nilai tertinggi meningkat dari 6,00 menjadi 15,00, nilai terendah meningkat dari 3,00 menjadi 13,00, jumlah guru yang memperoleh nilai tinggi meningkat dari 0 menjadi 7 Guru, jumlah guru yang mendapat nilai sedang berkurang dari 3 guru menjadi tidak ada. Guru yang memperoleh nilai rendah berkurang dari 4 menjadi tidak ada.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 pada prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 28,57%.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 pada siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 29,46%.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 pada prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 58,04%.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui classroom visitation dan classroom conference dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa classroom visitation dan classroom conference mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui tindakan classroom visitation dan classroom conference kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran kurtilas bagi guru kelas IV SD Dabin I Gugus Kebo Kenongo UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5,14 menjadi 9,71 (peningkatan sebesar 4,57). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 9,71 menjadi 14,43 (peningkatan sebesar 4,71). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 5,14 menjadi 14,43 (peningkatan sebesar 9,29).

Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus sebesar 32,14% meningkat menjadi 60,71% pada siklus I (meningkat sebesar 28,57%). Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 60,71% meningkat menjadi 90,18% pada siklus II (meningkat sebesar 29,46%). Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 32,14% meningkat menjadi 90,18% pada siklus II (meningkat sebesar 58,04%). Hal ini membuktikan bahwa melalui classroom visitation dan classroom conference dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurtilas dengan maksimal.

Saran

Untuk UPT Dikdas LS Kecamatan Banyudono

Untuk masa yang akan datang, sebaiknya supervisi yang dilakukan oleh pengawas lebih difokuskan pada pelaksanaan kurikulum 2013, dan apabila ditemukan permasalahan, sebaiknya segera dilakukan tindakan berupa pembinaan secara kontinyu hingga permasalahan tersebut benar-benar dapat terselesaikan.

 

Untuk Kepala Sekolah

Sebaiknya kepala sekolah lebih inten melakukan monitoring pelaksanaan pembelajaran, dan apabila ditemukan permasalahan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran, khususnya pembelajaran kurikulum 2013, kepala sekolah dapat melakukan pembinaan internal, bila perlu bekerjasama dengan pengawas untuk melakukan pembinaan secara berkolaborasi.

Untuk Guru

Sebaiknya guru selalu berinovasi dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran kurikulum 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Daryanto. 2011. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera

Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,. SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: PT Ar-ruzz Media

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja. Rosdakarya

Mulyasa, 2012. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslihuddin, 2010, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah, Bandung: Rizqi Press

Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sahertian, Piet A., 2000, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta

Uno, Hamzah B, 2007, Profesi Kependidikan, Prolem, solus, dan reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Usman, Moch. Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja. Rosdakarya