Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Origami Dengan Kertas Lipat Berwarna
UPAYA MENINGKATKAN kemampuan motorik halus melalui Kegiatan origami
dengan kertas lipat berwarna PADA Kelompok A TK
St Bernadetta Kaliwinong Bandungan
semester ii tahun pelajaran 2017/2018
Sukisti Caecilia
TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan origami dengan kertas lipat berwarna dalam pembelajaran di Kelompok A di TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan pada bulan Maret 2017 Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan yang berjumlah 22 anak Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan motorik halus siswa Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan semester II tahun 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui kegiatan origami kertas lipat berwarna, (2) TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH dan BSB mencapai 27,8%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 44,5%. Peningkatan sebesar 16,7%, (3) TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 44,5%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 33,8%. Kesimpulan penelitian ini, berdasarkan analisis hasil penelitian terbukti “kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan origami dengan kertas lipat berwarna dalam pembelajaran pada Kelompok A di TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Kata kunci: kemampuan motorik halus, origami, kertas lipat.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Usia dini dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik, maupun psikis. Pada usia 4-5 tahun merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi dan psikis yang siap merespon stimulasi dan mengasimilasi atau menginternalisasikan kedalam pribadinya. Pada masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni moral, dan nilai-nilai agama (Depdiknas, 2007).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pada jalur pendidikan formal sebagai lembaga pendidikan prasekolah. Lembaga ini sangat strategis dan penting dalam menyediakan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Tugas Taman Kanak-kanak adalah mempersiapkan anak dan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap atau perilaku, dan keterampilan agar anak dapat melanjutkan kegiatan belajar yang sesungguhnya pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Tugas utama Taman Kanak-kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap atau perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar. Guru merupakan faktor yang paling berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar. Penggunaan variasi dalam metode dan interaksi belajar mengajar merupakan awal pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan dan serta pengulangan-pengulangan aktivitas penyebab menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat berbagai cara yang bervariasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkat keterlibatannya dalam mengerjakan tugas dan tidak akan mengganggu temannya. Adanya kehangatan dan antusiasme guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan dan merupakan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal.
Taman Kanak-kanak (TK) St Bernadetta Kaliwinong merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang ada di Bandungan. Pendirian TK St Bernadetta Kaliwinong merupakan realisasi dari sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini di masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam Taman Kanak-kanak ini, selain didasari oleh menu generic, juga diwarnai oleh pengetahuan dan keinginan para pendiri/pimpinan dan pendidik yang berkecimpung dalam Taman Kanak-kanak tersebut.
Guru TK St Bernadetta Kaliwinong sebagai tenaga pendidik PAUD professional diharapkan dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bidang motorik dengan kegiatan origami. Dalam kegiatan origami, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan origami tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi media bermain semaksimal mungkin.
Di taman kanak-kanak, pemenuhan kebutuhan anak untuk ekspresi mendapat bimbingan dan pembinaan secara sistematis dan berencana agar kesempatan berekspresi yang diberikan kepada peserta didik benar-benar mempunyai arti dan bermanfaat baginya. Peserta didik di Taman Kanak-kanak harus diberi bimbingan dan pembinaan sebaik-baiknya untuk mengekspresikan diri secara kreatif dan menghayati emosi yang bergejolak dalam dirinya. Salah satu cara untuk mendorong peserta didik di Taman Kanak-kanak menjadi kreatif adalah dengan kegiatan melipat origami.
Kegiatan origami juga untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan keterampilan motorik halus merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Oleh karena itu jika keterampilan motorik halus ini dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik jika diberi lingkungan yang kondusif.
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menggunting kertas, mewarnai, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 tahun, namun demikian kemampuan seorang anak untuk melakukan gerakan motorik tertentu tidak akan sama dengan anak lain walaupun usia sama (Sujiono, 2005).
Origami dalam masa kanak-kanak, adalah untuk kesenangan dan tidak mengharapkan hasil akhir, tetapi kegiatan origami merupakan sumbangan yang penting untuk perkembangan anak. Origami memberikan kesempatan bagi banyak bentuk belajar, dua di antaranya yang sangat penting adalah meningkatkan keterampilan motorik halus. Dengan origami, dasar keterampilan motorik halus dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan dengan cara yang kreatif.
Rumusan Masalah
Maka penelitian ini berfokus pada masalah: apakah keterampilan motorik halus bagi anak usia dini Kelompok A di TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan pada semester II tahun 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui kegiatan origami menggunakan kertas lipat berwarna?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak usia dini Kelompok A di TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan pada semester II tahun 2017/2018 melalui kegiatan origami menggunakan kertas lipat berwarna.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. untuk meningkatkan aktivitas siswa TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan origami menggunakan kertas lipat berwarna
b. untuk meningkatkan keterampilan guru TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan origami menggunakan kertas lipat berwarna.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Untuk menambah referensi bahan pustaka tentang pengembangan kemampuan motorik halus anak TK melalui kegiatan origami.
Manfaat Praktis
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Bagi Siswa
Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, siswa dapat meningkat belajarnya, sehingga siswa berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam keterampialn motorik halus
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Kemampuan Motorik Halus
Kempuan motorik halus yaitu kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya (Nurlaila, 2010:62).
Kemampuan motorik halus berarti aktivitas yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus, misalnya menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan kemampuan tangan (Santrock, 2008: 216). Kemampuan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang pencil dengan benar, menggunting, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Sangat gampang melihat betapa pentingnya kemampuan motorik halus pada setiap area kehidupan anak (Wing, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus merupakan kemampuan dalam aktivitas yang melibatkan bagian tubuh tertentu khususnya tangan untuk melakukan gerakan yang dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
Origami
Origami (seni origami kertas) adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan. Origami merupakan satu kesenian origami kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts’ai Lun (wikipedia.or.id).
Kata Origami berasal dari Bahasa Jepang yang merupakan gabungan dari kata Oru (lipat) dan kami (kertas). Teknik melipat ini merupakan cara mengolah kertas menjadi sebuah karya seni rupa yang membutuhkan daya cipta yang lebih bahkan dapat juga menjadi karya seni rupa tiga dimensi yaitu berupa bentuk-bentuk kapal, burung, kucing, rumah dan lain-lain (Pamadhi dan Sukardi, 2008).
Menurut Isao Honda (dalam Ni Kadek, 2016) menyatakan origami merupakan seni melipat kerta dari jepang atau sesuatu (menampilkan bentuk burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan dari seni melipat kertas. Seni melipat kertas yang pertama kali berasal dari Jepang yang disebut dengan Origami, ori berarti lipat dan gami yang berarti kertas, yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Serta penerapan metode pemberian tugas dengan bantuan media kertas lipat akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan motoric halus anak dalam kegiatan melipat. Selain itu juga dalam kegiatan ini tidak hanya mengembangkan perkembangan fisik motorik anak saja akan tetapi perkembangan sosial anak juga akan meningkat, dimana anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang, ketika anak membandingkan dirinya dengan anak-anak yang lain sebayanya. Kegagalan untuk menguasai keterampilan motorik akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama DonchÅ (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta. Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi (wikipedia.or.id)
Seni origami kertas atau origami adalah suatu seni yang berasal dari Cina yang diperkenalkan oleh seorang yang bernama Ts’ai Lun yang awal mulanya terbuat dari kertas yang berasal dari hancuran tumbuhan dan kain yang sudah tidak terpakai. Pada abad ke enam, origami ini dibawa ke Spanyol dan Jepang dan hingga kini sudah sangat populer di Indonesia. Kebanyakan anak-anak TK dan SD sudah diajarkan cara membuat bermacam-macam bentuk dari kertas lipat atau origami paper. Dengan bermacam-macam warna (merah, kuning, orange, ungu, hijau) mampu menarik perhatian anak-anak kecil untuk mau mencoba membuat berbagai bentuk, seperti membuat kapal, topi, kincir angin dan pesawat.
Di negara asalnya, origami ini juga dipakai saat mengajar anak-anak di TK yang termasuk tidak bisa diam di kelas sangat antusias waktu menikuti tahapan pembuatan origami ini. Anak-anak dengan tekun mengikuti panduan yang diberikan oleh sang guru sambil melakukan gerakan-gerakan origami dan dapat mengembangkan daya cipta. Dan hal ini mampu mengembangkan sistem syaraf motorik.
Karena seni origami ini bisa membentuk berbagai macam bentuk, maka seni origami ini juga bisa memperkenalkan nama-nama hewan, termasuk burung. Banyaknya informasi mengenai flu burung di masyarakat, menyebabkan orang tua sangat takut untuk membawa anak-anak mereka mengamati berbagai jenis burung di alam bebas. Seni origami atau origami ini bisa menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan nama-nama burung di alam. Seperti membuat burung angsa, layang-layang, pinguin, walet bahkan Merak. Selain itu, orangtua bisa menambahkan informasi tambahan, seperti memperkenalkan bagian-bagian burung (paruh, sayap, kaki, ekor) juga asal dan habitat dari burung-burung tersebut.
Dengan seni origami ini orang tua tidak perlu khawatir anak-anaknya tidak tahu nama-nama burung di saat mereka besar. Di berbagai toko banyak buku-buku dan kertas lipat yang mengajarkan cara membuat berbagai bentuk seperti membuat ikan, burung, binatang, dll. Anak-anak pasti senang bermain sambil belajar, asalkan orangtua juga sabar saat melalui tahap-tahapan melipa
Kerangka Berpikir
Kondisi awal anak Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan dalam pengembangan kemampuan motorik halus masih banyak hambatan, terutama dalam menggunakan jari-jari untuk origami kertas. Hal ini diketahui dari fenomena aktivitas dan kemampuan motorik halus anak dalam origami kertas antara lain: (1) anak-anak kurang kreatif dalam origami kertas, (2) banyak anak kurang mandiri dalam origami kertas dan harus dibantu sepenuhnya oleh guru, (3) sebagian anak kurang motivasi dalam kegiatan origami kertas dan bermalas-malasan saja.
Pembelajaran motorik halus dalam origami dengan berbagai media kertas yang akan dilakukan yaitu guru menggunakan berbagai media berupa: kertas lipat warna, kertas bekas kalender, dan kertas bekas bungkus kado. Dengan berbagai variasi media diharapkan anak-anak lebih tertarik mengikuti pembelajaran origami kertas.
Kondisi akhir dari proses pembelajaran origami kertas ini yaitu kemampuan motorik halus anak dalam origami kertas akan meningkat, dengan perubahan yang nyata antara lain: (1) anak-anak kreatif dalam origami, (2) anak mandiri dalam origami tanpa dibantu oleh guru, (3) memiliki kemampuan origami yang baik dan benar.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan pada bulan Maret –April 2018.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan
2. Siswa Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan yang berjumlah 18 orang siswa.
3. Pengembangan kemampuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Motorik halus dengan kompetensi dasar tentang origami kertas lipat berwarna.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan yang berjumlah 22 orang siswa, guru Kelompok A, dan kepala sekolah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan pembelajaran prasiklus dilakukan tanggal 27 Maret 2017 oleh peneliti dengan dibantu seorang observer. Selama proses pembelajaran, observer mengamati dan kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami. Guru mengajak anak melakukan kegiatan origami dalam bentuk-bentuk yang disukai oleh anak. Anak-anak melakukan kegiatan origami kertas HVS putih menjadi bentuk ikan. Masing-masing anak melakukan kegiatan origami sesuai dengan petunjuk guru.
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik halus berupa urutan origami, keterampilan origami, dan kelancaran melakukan kegiatan origami. Sebelumnya guru memberikan contoh origami bentuk ikan.
Setelah kegiatan melakukan kegiatan origami bentuk ikan anak Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong, Bandungan, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus dalam kegiatan origami masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus dalam kegiatan origami, dari 22 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 6 anak (27,3%); MB (Mulai Berkembang) ada 11 anak (50,0%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 2 anak (9,1%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 3 anak (13,6%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (9,1%) dan BSB (13,6%) mencapai 22,7%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan origami yang mencapai BSH dan BSB ada 22,7% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus I. Penelitian tindakan kelas berupa pembelajaran dengan kegiatan origami dengan kertas lipat.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan 4 April 2018 oleh peneliti dengan dibantu seorang observer.
Pembelajaran dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan binatang burung. Guru merespon jawaban-jawaban anak dengan melakukan kegiatan origami menggunakan kertas lipat warna dalam bentuk burung.
Pada kegiatan melakukan kegiatan origami guru mengajarkan cara melakukan kegiatan origami dengan bentuk burung. Anak meniru guru dalam kegiatan origami bentuk burung.
Interaksi guru dan murid terlihat akrab meskipun masih didominasi pembicaraan guru. Hal ini disebabkan anak-anak masih banyak yang bertanya dan ingin tahu tentang cara origami bentuk burung.
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami.
Berdasarkan hasil observasi anak dalam pembelajaran melakukan kegiatan origami dengan kegiatan origami siklus I di Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan, terjadi peningkatan.
Setelah kegiatan melakukan kegiatan origami tentang binatang anak Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong, Bandungan, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus sudah meningkat namun belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus, dari 22 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 4 anak (18,2%); MB (Mulai Berkembang) ada 9 anak (40,9%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (18,2%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 5 anak (22,7%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I ini nilai BSH (18,2%) dan BSB (22,7%) mencapai 40,9% < 80%.
Pada pembelajaran siklus I, melakukan kegiatan origami dengan kegiatan origami siklus I di Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan, guru telah mengambil langkah-langkah yaitu: menjelaskan langkah kegiatan kepada anak, menggunakan media pembelajaran, mendemonstrasikan cara melakukan kegiatan origami, mengorganisasi anak dalam kelompok, menumbuhkan partisipasi anak untuk kemampuan motorik halus dengan kegiatan origami, membuat kesimpulan. Guru perlu meningkatkan beberapa hal yaitu: merumuskan indikator hasil belajar dengan tepat, menentukan langkah-langkah dalam mencapai tujuan, menentukan alokasi waktu kegiatan yang dilakukan, menentukan media pembelajaran, memberikan motivasi, dan dalam mengulas kegiatan (refleksi).
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan anak membaca awal yang mencapai BSH dan BSB ada 40,9% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus II. Penelitian tindakan kelas berupa pembelajaran dengan kegiatan origami.
Siklus II
Sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan apersepsi dengan mengajak anak-anak bercertia tentang kelinci terbang. Anak diberi pula waktu untuk bertanya tentang hal yang belum diketahuinya.
Guru melakukan kegiatan origami kertas kalender bekas menjadi bentuk kelinci. Anak diminta melakukan kegiatan origami bentuk kelinci sesuai petunjuk guru. Guru mengamati kemampuan melakukan kegiatan origami anak.
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik halus dengan kegiatan origami.
Hasil evaluasi kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami pada Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan pada pembelajaran siklus II telah meningkat.
Setelah kegiatan melakukan kegiatan origami bentuk kelinci oleh anak Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong, Bandungan, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus sudah meningkat dan optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami, dari 22 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (13,6%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 11 anak (50,0%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 8 anak (36,4%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% jumlah satu kelas. TPP pada Siklus I ini nilai BSH (50,0%) dan BSB (36,4%) mencapai 86,4%.
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus II yaitu: berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami yang mencapai BSH dan BSB ada 86,4% sudah mencapai 80% secara klasikal, mencapai indikator keberhasilan 80% secara klasikal, sehingga pembelajaran siklus II dinyatakan terlah berhasil.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus 1
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran mulai kondusif dan anak mulai aktif meskipun masih ada berapa anak yang belum terampil melakukan kegiatan origami.
Hasil evaluasi kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami bentuk burung Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan Siklus I setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan.
TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH dan BSB mencapai 22,7%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 40,9%. Peningkatan sebesar 18,8%.
Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, dihasilkan antara lain pembelajaran sudah kondusif karena anak semakin aktif dan anak mulai terampil melakukan kegiatan origami.
TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 40,9%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 86,4%. Peningkatan sebesar 45,5%.
Peningkatan Kemampau Melakukan kegiatan origami
Kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut.
Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan
No |
Kategori |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
|
27,3% |
18,2% |
0,0% |
2 |
|
50,0% |
40,9% |
13,6% |
3 |
|
9,1% |
18,2% |
50,0% |
4 |
|
13,6% |
22,7% |
36,4% |
|
Jumlah |
100% |
100% |
100% |
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat dicapai berdasarkan temuan hasil refleksi dalam siklus I-II yaitu kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan semester I dapat ditingkatkan melalui kegiatan origami.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan motorik halus siswa Kelompok A TK St Bernadetta Kaliwinong Bandungan semester II tahun 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui kegiatan origami kertas lipat berwarna
2. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH dan BSB mencapai 27,8%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 44,5%. Peningkatan sebesar 16,7%.
3. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 44,5%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan origami pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 33,8%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar motorik halus lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa dengan menggunakan kegiatan origami kertas lipat berwarna. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menerapkan teknik bermain kertas lipat berwarna dalam pembelajaran motorik halus di berbagai kelas. Hal ini dapat dilakukan pula terhadap pengembangan kemampuan lain, misalnya pengembangan kreativitas dan seni. Dengan teknik bermain kertas lipat berwarna pula sebagai implikasinya siswa bisa menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK St Bernadetta Kaliwinong Kota Bandungan, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pengembangan kemampuan motorik halus dengan pendayagunaan alat peraga kertas bekas pada materi origami kertas lipat berwarna disajikan dengan menggabungkan kemampuan guru dalam berkreasi dengan media kertas. Guru-guru yang masih kurang pengalaman banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan seperti ini. Untuk itu guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam berkreasi dengan media kertas.
2. Hendaknya pendayagunaan alat peraga dan kegiatan origami kertas lipat berwarna seperti yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat pula digunakan pada TK lain.
Daftar Pustaka
Allen dan Marotz. 2010. Profil Perkembangann Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 tahun. Jakarta: PT Indeks.
Departement Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Pengembangan Bidang Fisik/Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
Hikmah. 2015. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kreativitas Seni Melipat Kertas (Origami) Pada Anak TK Al-Khairaat Bobo Kecamatan Dolo Barat. Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
http://paudni.koranpendidikan.com/view/3173/tujuh-prinsip.html
Hurlock, Elizabeth B. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Mayasari, Kiki Ria. 2014. Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat pada Anak Kelompok B4 di TK Masjid Syuhada Yogyakarta. Yogyakarta: PG-PAUD, FIP, UNY.
Nazir, Moh. 2009, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurlaila, Iva 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book Publiher.
Pamadhi dan Sukardi. 2008. Seni Ketrampilan Anak.Jakarta:UT
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Septiyana, Achmad Prananda. 2016. Pengaruh kegiatan Melipat Kertas (Origami) Terhadap Peningkatan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun di TK Al Muayyad dan TK Islam Bakti VIII. Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sujiono. 2007. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta:UT.
Wikipedia. 2013. Orogami. wikipedia.or.id
Wing, Angel’s. 2008. Keterampilan Motorik Halus (Fine Motor Skills). www.angelswing.or.id diunduh tanggal 2 Juni 2013
Wiryaningsih, Ni Kadek Seri Ayu. 2016. Penerapan Kegiatan Melipat Kertas Origami Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 – Tahun 2016)
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.