MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS I

DALAM MENGOPERASIONALKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN BANTUAN BENDA-BENDA KONGKRIT

 

Ernawati

SD Negeri 011 Kuala Sebatu

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindak kelas ini secara umum adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika yang aktif di kelas yang ditandai adanya interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru serta berperannya pendekatan realistic yang di gunakan, sehingga dapat meningkatkan hasil atau prestasi siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian tindakan kelas ini di tempuh dalam dua siklus dengan menggunakan bantuan benda-benda kongkrit. Setiap siklus terdapat empat tahapan yang perencanaan, tindakan, pengamatan, serta analisis dalam refleksi. Tindakan penelitian dalam setiap siklus di lakukan dengan cara pemberian pembelajaran dengan menggunakan menggunakan bantuan benda-benda kongkrit, masing-masing siswa bekumpul sesusai dengan kelompoknya untuk berdiskusi mengerjakan Lembar Kerja Siswa secara kelompok dapat menemukan dan menentukan jawabannya, sehingga siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian tes akhir siklus.Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian tindakan adalah: (1) keaktifan siswa akan menjadi lebih meningkat jika dibandingkan dengan sebelumnya, (2) prosestase ketuntasan belajar pada siklus I hanya mencapai 97% sehingga perlu tindakan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu mencapai 100%.Adapun simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan benda-benda kongkret yang sesuai dengan materi yang disampaikan dalam pembelajaran matematika dapat memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Karena dengan benda-benda kongkret pembelajaran terasa lebih nyata.

Kata kunci: Pelajaran matematika, benda-benda kongkret

 

PENDAHULUAN                                                                                             

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa pemerintah dalam hal ini diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat yang sering disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.

Salah satu keprihatinan yang dilontarkan banyak kalangan adalah mengenai rendahnya mutu pendidikan atau Out Put yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal. Dalam hal ini yang menjadi kambing hitam adalah guru dan lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang aspek keluarga dan kondisi lingkungannya. Pada hal lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat menentukan terhadap keberhasilan pendidikan.

Memasuki Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, ketika diadakan Ulangan Tengah Semester mulai tampak timbul suatu masalah. Sewaktu ulangan jatuh pada mata pelajaran Matematika begitu soal dibagikan, sebagian siswa berteriak-teriak memanggil-manggil ibunya, ada yang garuk-garuk kepala, juga tidak sedikit yang menangis karena merasa tidak bisa mengerjakan. Akhirnya nilai yang diperoleh oleh siswa kelas I dalam pelajaran matematika khususnya dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan. Nilai dari 37 siswa sebagai berikut: (1) 80-100 Amat baik ada 10 siswa = 27%. (2) 55-79 Cukup ada 7 siswa = 10%. (3) 0-54 Kurang ada 20 siswa = 55%. Dengan kondisi nilai tersebut diatas guru sebagai peneliti merasa pembelajaran matematika dikelas I kurang berhasil.

Selama ini peneliti sudah menggunakan berbagai macam metode untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Agaknya memang strategi/pendekatan-pendekatan saja belum cukup untuk menghasilkan perubahan. Meier (2002: 54) mengatakan bahwa belajar adalah berkreasi bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah suatu yang diserap oleh pembelajaran, melainkan sesuatu yang diciptakan oleh pembelajar.

Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berharfiah adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru yang memberdayakan siswa sebuah strategi belajar tidak mengharuskan siswa menghafalkan fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi. Memang pendidikan siswa kelas I Sekolah Dasar masih identik dengan dunia bermain, karena siswa kelas I belum dapat melepas keterkaitannya dengan pendidikan Taman Kanak-Kanak sebelumnya, karena itu benda-benda disekitar sekolah sangat membantu proses pembelajaran siswa.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas peneliti ingin meningkatkan kemampuan siswa kelas I Sekolah Dasar dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan bantuan benda-benda kongkrit.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalahnya sebagai berikut;

“Bagaimana penggunaan benda-benda kongkrit mampu meningkatkan kemampuan siswa kelas I SDN 011 Kuala Sebatu dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika?“.

 

Tujuan Penelitian

Berpijak dari permasalahan yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan benda-benda kongkrit.

Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1.   Siswa

a.   Mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika.

b.   Mempermudah siswa mencari alat bantu pembelajaran dengan benda-benda kongkrit di sekitar Sekolah.

2.          Guru Sebagai peneliti:

a.   Meningkatkan profesionalisme dalam bidang pendidikan.

b.   Menambah nilai angka kredit bagi golongan IV.a ke IV.b.

3.   Sekolah

a.   Memberi sumbangan yang berharga bagi sekolah bahwa benda-benda disekitar kita dapat dijadikan sebagai alat bantu pembelajaran.

b.   Meringankan beban sekolah karena benda-benda di sekitar kita mudah dicari dan tidak memerlukan biaya yang mahal untuk membelinya.

4.   Orang tua siswa

a.   Meringankan biaya orang tua siswa karena benda-benda di sekitar sekolah tidak harus membeli.

KAJIAN TEORI

Pengertian Kemampuan

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, peserta didik, Guru sebagai pendidik dituntut untuk memiliki kemampan yang baik karena antar siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik merupakan suatu interaksi.

Menurut Purwodarminto. (1988:553) Kemampuan berasal dari kata “Mampu” artinya Kuasa (bisa, sanggup) melakukan Sesuatu. Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan untuk melakukan sesuatu kegiatan.

Dalam pengembangan pembelajaran guru harus memiliki kemampuan untuk memilih strategi, metode, alat pembelajaran dan teknik-teknik pembelajaran yang, efektif, efisien sesuai dengan karakteristik siswa. Apalagi saat ini sekolah-sekolah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang mana dalam kurikulum ini antara guru dan siswa dituntut aktif, kreatif, dan inovatif dalam mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mulyasa, (2002:183) yang mengatakan, proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini sekolah di beri kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.

Dari pendapat diatas alat bantu pembelajaran tidak harus membeli dengan harga-harga yang mahal dan moderen, tetapi dapat menggunakan benda-benda kongkrit disekitar sekolah untuk sarana pembelajaran. Pendapat lain juga mengatakan, dalam pembelajaran pelajaran Matematika kelas I Sekolah dasar konsep dasar yang digunakan adalah benda-benda kongkrit disekitar sekolah. (Wardhani, 2004:3). Dengan benda-benda kongkrit disekitar sekolah di gunakan sebagai alat pembelajaran akan tercipta suasana pendidikan yang PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif efektif dan Menyenangkan).

Pengertian Mengoperasionalkan

Mengoperasionalkan berasal dari kata “operasi” yang artinya pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan, maka apabila mengoperasionalkan berarti melaksanakan suatu kegiatan yang telah direncanakan (Purwodarminto, 1988:627).

Apabila dikaitkan dengan penjumlahan dan pengurangan maka mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan maka melaksanakan suatu kegiatan menjumlah dan mengurang suatu bilangan. Mengoperasionalkan suatu kegiatan tidaklah mudah, guru sebagai pendidik harus mampu memilih strategi dan metode yang tepat untuk melaksanakannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Hamalik (2002:11): metode merupakan komponen yang mengandung unsur sub stantif atau program kurikulum, metode penyajian bahan dan media pendidikan. Tiap jenjang pendidikan guru memiliki programnya sendiri, sesuai dengan tujuan institusionalnya yang membutuhkan metode penyampaian dan metode tepat guna, demi tercapainya mutu lulusan yang baik.

Pengertian Kongkrit

Kongkret adalah nyata, benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba dsb). (Purwodarminto,1988:455). Kata kongkret biasanya sering dihubungkan dengan benda-benda, baik benda-benda di rumah, di jalan atau dilingkungan sekitar. Benda adalah segala yang ada di alam yang berwujud atau barjasad (bukan roh) misal bola, kelereng, kayu, kerikil dsb.

Sehingga apabila digabungkan benda-benda kongkret adalah segala yang ada di alam yang berwujud, berjasad dan benar-benar ada.

KERANGKA BERPIKIR

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif yaitu menggambarkan masalah sebenarnya yang ada di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori menunjang dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan di lapangan. Pendekatan Kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan secara bersiklus. Pembelajaran dilakukan di kelas I SDN 011 Kuala Sebatu Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir.

Jenis penelitian yang digunakan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena ingin menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan alat bantu benda-benda kongkrit di sekitar sekolah.

HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan menggunakan benda-benda kongkrit pada mata pelajaran Matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan di SD Negeri 011 Kuala Sebatu Kecamatan Batang Tuaka

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 011 Kuala Sebatu Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian dilaksanakan selama 2 Bulan (September s/d Oktober 2016). Subyek penelitian adalah siswa kelas I yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan yang terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah data-data berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam pembelajaran Matematika khususnya mengopersionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dilakukan dengan teknik Observasi, diskusi dan evaluasi hasil belajar yang hasilnya akan dilaksanakan dalam bentuk skor. Sebelum dilaksanakan pelaksanaan tindakan kelas peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran Matematika Kelas I dilanjutkan dengan upaya pemecahan masalah yang dihadapi Guru dan siswa.

Diskusi dilaksanakan bersama 2 orang pengamat yang membantu pelaksanaan kegiatan penelitian, pengamat melakukan pencatatan terhadap semua kegiatan siswa, kreatifitas siswa, perhatian siswa terhadap pelajaran, penggunaan alat-alat bantu pembelajaran, kedisiplinan siswa, keberanian siswa dalam menyelesaikan masalah, keberanian dalam mengemukakan pendapat, penilaian terhadap siswa. Dari hasil catatan pengamat ini kemudian didiskusikan bersama peneliti agar dalam kegiatan selanjutnya berjalan lebih efektif.

Kegiatan penilaian dilakukan dengan penilaian proses dan evaluasi akhir pelajaran. Penilaian proses dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dengan menguji siswa maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Ketika maju ke depan kelas peneliti memberi kesempatan yang sama antara siswa yang memiliki kemampuan yang lebih dengan siswa yang memiliki kemampuan yang cukup, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan lebih lambat dari teman yang lainnya diberi kesempatan yang lebih besar agar siswa tersebut dapat mengejar ketinggalannnya dari siswa yang lain. Kegiatan akhir pembelajaran berupa penilaian yang ditentukan dengan skor dengan tujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dalam 1 pertemuan, dari masing–masing pertemuan kemudian diakumulasi kan dalam bentuk tabel untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pembelajaran Matematika dalam setiap pertemuan.

Analisis Data

Data hasil penelitian yang terkumpul berasal dari data observasi, diskusi dan evaluasi. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti langkah Hopkins (1993:151) dengan tiga tahap analisis yaitu tahap kategorisasi, validasi dan intepretasi data.

Kategorisasi data dilakukan dengan memilih-milih data yang terkumpul berdasarkan kategori tertentu yang di tetapkan. Kategori yang dimaksud meliputi konsepsi awal siswa, jenis pertanyaan siswa, eksplorasi siswa, aktivitas siswa, penilaian akhir siswa.

Validasi merupakan data yang kedua, dalam kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengelola data yang betul-betul objektif, valid dan diakui kebenarannya, validasi data dilakukan dengan observasi lapangan untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi. Melakukan diskusi dengan pengamat tentang hasil-hasil catatan yang ada di lapangan, kemudian diakhiri dengan penilaian baik penilaian proses maupun penilaian akhir kegatan. Dari penilaian akhir kegiatan data yang di peroleh disusun secara sistematis, dibedakan antara penilaian sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan sesudah dilaksanakan penelitian tindakan kelas, agar dapat digunakan untuk menarik satu kesimpulan, sehingga kesimpulan yang diperoleh benar-benar valid, sahih dan objektif.

Validasi Data

Pengecekan Keabsahan Data dilakukan dengan memadukan hasil observasi, hasil-hasil catatan dari pengamat beserta evaluasi yang dilakukan untuk menjaga keabsahan data perlu dilakukan diskusi-diskusi dengan pengamat sehingga kesimpulan yang diperoleh sangat tepat sesuai dengan hasil penelitian.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

HASIL TINDAKAN

Pada pembelajaran sebelum tindakan/ kondisi awal diperoleh data siswa yang memperoleh nilai > 75 ada 13 siswa kurang lebih 35%. Siswa yang memperoleh nilai < 75 ada 24 siswa kurang lebih 65

            Pada siklus I ada peningkatan sekaligus tercapai kriteria keberhasilan pada siklus I. setelah tindakan dilaksanakan ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan menjadi 97%.

Pada perbaikan pembelajaran siklus II peningkatan juga terjadi serta tercapai juga kriteria keberhasilan dengan standart nilai yang sama, semua siswa memperoleh nilai > 75 atau 100%. 

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada pembelajaran Matematika dengan bantuan benda-benda kongkrit dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Siswa yang pada awalnya merasa takut dan bingung dengan pembelajaran Matematika, melalui alat bantu benda-benda kongkrit rasa percaya diri siswa timbul dan merasa senang terhadap pembelajaran Matematika terutama tentang mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan.

2.   Siswa dapat menggunakan benda-benda kongkrit dengan baik dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada pembelajaran Matematika.

3.   Pembelajaran dengan menggunakan alat bantu benda-benda kongkrit di sekitar sekolah dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan hasil sampai 20. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi siklus I menunjukkan standart ketuntasan belajar mencapai 97% dan siklus II seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar.

Saran

Dengan mengacu pada temuan dari penelitian tindakan ini disampaikan beberapa saran penyampaian saran ini merupakan sumbangan pemikiran bagi peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dikelas I SD, khususnya pembelajaran Matematika saran-saran yang dikemukakan sebagai berikut:

1.   Pendidikan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan, karena lingkungan banyak menyediakan alat bantu pembelajaran.

2.   Alat bantu pembelajaran tidak harus dibeli dengan harga yang mahal, benda-benda lingkungan sekitar dapat diperoleh dengan mudah dan dikenal oleh siswa.

3.   Hendaknya siswa diberi kesempatan sendiri untuk mencari alat bantu benda-benda kongkrit disekitar sekolah sesuai dengan keinginannya.

4.   Karena alat bantu benda-benda kongkrit bersifat hanya sementara ajaklah siswa sekali waktu mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan tenpa alat bantu.

5.   Hendaknya siswa diberi kesempatan yang lebih banyak untuk tampil didepan kelas menyelesaikan soal-soal latihan, agar siswa terlatih dan timbul rasa percaya diri.

DAFTAR PUSTAKA

Bahari Samsudin (2004) Kamus Matematika Bergambar Untuk SD, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) Matematika 1 Mari Berhitung, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (2006) Permendiknas No. 32 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika. Jakarta.

Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus. Jakarta.

Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta.

Djoko Moesono & Sujono, 1998. Matematika4. Jakarta: Depdikbud.

Edward D. Zaccaro (2005) Challenge Math For The Elementary and Middle School Student (School Edition), USA: Hictory Grove Press.

Elly E, 1996. Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jogjakarta: PPPG Jogjakarta.

Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran. Jakarta.

Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan. Jakarta.

Pujiati, 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Berhitung di SD. Jogjakarta: PPPG Jogjakarta.

Rahadi, Anston. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Sudjanah, Nana. 1989. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.Sinar Baru

Elliot, S.N., Kratochwill, Thomas R., Littlefield, Joan, & Travers, John E. 1996. Educational Psychology: Effective Teaching Effective Learning. M edison: Brown & Benchmark

Edgar Faure, Felipe H. Kaddoura, A. R. Lopes H, Fredrickm 1981. Belajar untuk Hidup. Jakarta.

Hudaya, H. 1988. Mengajar belajar matematika,Jakarta, Depdikbud Ditjen Dikti.Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan

Joni, T. R. 1991. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Balitbang Depdikbud

Karso,dkk.1999. Pendidikan matematika 1 Jakarta Universitas Terbuka

Nur Fajariyah,   Defi Triratnawati.2008. Cerdas Berhitung matematika. Jakarta: Depdikbud

Petajeng,2006. Pembelajaran matematika yang menyenangkan BAB II. Jakarta. Depdiknas

Ruseffendi,E. T. 1992. Materi pokok pendidikan matematika 3. Jakarta: Depdikbud

Sudarsono, FX. 1997/1997.Pedoman pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Tirtonegoro, Sutratinah. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo