PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI.A SDN 010 SUNGAI BERINGIN KECAMATAN TEMBILAHAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Kasmawati

SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA melalui Pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2016/2017. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin. Dalam pengumpulan data, metode yang dipergunakan sebagai metode pokok adalah observasi dan tes. Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan kontekstual pada kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin, dengan jumlah siswa sebanyak 27 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya 48,15% siswa belajar tuntas setelah tindakan menjadi 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa Kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Peningkatkan, Prestasi Belajar, Pendekatan Kontekstual.

 

PENDAHULUAN                                          

Latar Belakang Masalah

IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam, sehingga IPA juga diajarkan untuk siswa SD untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003: 1). Manusia selalu mengembangkan pengetahuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Liang Gie (dalam Pengembangan IPA SD, 2007: 13), pengetahuan pada dasarnya adalah seluruh keterangan dan gagasan yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala/peristiwa baik yang bersifat ilmiah, sosial maupun keorangan.

Untuk mewujudkan kualitas pendidikan di sekolah dasar harus disesuaikan dengan perkembangannya. Sehingga siswa masih menggunakan pola pikir yang kongkret, maka dalam proses pembelajaran yang abstrak harus dibantu agar menjadi lebih kongkrit. Hal ini berarti bahwa strategi pembelajaran IPA haruslah sesuai dengan perkembangan intelektual / perkembangan tingkat berfikir anak, sehingga diharapkan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan menyenangkan.

Pembelajaran IPA di SD merupakan sarana yang tepat untuk mempersiapkan para siswa agar dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang baru sehingga apa yang mereka peroleh dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya prestasi belajar siswa dalam mempelajari konsep-konsep dalam IPA tidak sesuai oleh harapan guru, hal ini dikarenakan anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya seperti mesin, mereka mendengar, mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental.

Selain itu penyebab rendahnya prestasi belajar IPA yaitu dalam penyampaian pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah yang mungkin dianggap para guru adalah metode paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tanpa persiapan.. Mengajar yang hanya menggunakan metode ceramah saja mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran IPA. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang telah diberikan gurunya sehingga tingkat prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA kurang dari yang diharapkan. Demikian juga pembelajaran IPA di SD Negeri 010 Sungai Beringin Tembilahan kurang maksimal karena pembelajarannya masih tradisional dimana siswa hanya menerima informasi secara pasif dan pembelajarannya tidak memperhatikan pengalaman siswa.

Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan makhluk hidup, data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60. Dari 24 siswa yang yang tuntas hanya 10 orang dan yang belum tuntas 14 orang.

Sehingga pembelajaran IPA perlu diperbaiki guna peningkatan kualitas hasil pendidikan. Peneliti ingin berusaha meningkatkan hasil belajar IPA siswa (materi perkembangbiakan makhluk hidup) pada siswa kelas siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2016/2017.

Mengingat pentingnya IPA, maka usaha yang harus dilakukan yaitu dengan membenahi proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran dengan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Untuk mewujudkan itu salah satu caranya adalah dengan Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL ). Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas ”Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VI.A SDN 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dan pemecahannya dalam penelitian ini adalah “Apakah Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2016/2017?”

 

 

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pendekatan Kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

Secara garis besar, perbaikan pembelajaran ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya mata pelajaran IPA, selain itu perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini juga memberikan manfaat pada banyak pihak antara lain:

1.   Bagi Siswa: Dapat meningkatkan kemampuan siswa sehingga dapat mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam belajar IPA selanjutnya.

2.   Bagi Guru: Dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa pendekatan kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam KBM IPA.

3.   Bagi Sekolah: Dapat Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

Kajian Pustaka

Tinjauan tentang Prestasi Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang untuk memperoleh suatu pengetahuan baru. Piaget (dalam Dimyati, Mudjiono, 2006: 13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya dan lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelek semakin berkembang. Menurut Anita E. Wool Folk (1995: 196) belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara Individu dengan lingkungannya. Pendapat Winkel (1996: 53) “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.

Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik kemampuan, keterampilan maupun sikap yang dilakukan oleh individu secara aktif dalam interaksi dengan lingkungannya.

Prestasi Belajar

Prinsip pokok dalam belajar salah satunya adalah balikan dan penguatan (Dimyati dan Mudjiono, 2006:76). Hal inilah yang penting untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Anton M. Moeliono (1993: 700), memberikan pengertian prestasi sebagai hasil yang telah dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan, jadi prestasi seseorang dapat diukur baik burukknya, tinggi rendahnya, setelah seseorang melakukan pekerjaan.

Bukan saja terbatas pada bidang pendidikan tetapi juga pada bidang lain. Winkel (1989: 162) berpendapat bahwa, prestasi belajar adalah: bukti usaha yang dapat dicapai, uraian ini sesuai dengan pendapat Zainal Arifin (1990: 3) Prestasi berupa kemampuan, ketrampilan, dan sikapseseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sutratinah Tirtonegoro (1989: 43) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk mewujudkan kemampuan dalam pencapaian hasil kerja tertentu.

Berdasarkan pada berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah semua kemampuan, ketrampilan dan kecakapan siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf tertentu sebagai cerminan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari.

Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Alam

Alam ini penuh dengan keragaman, tetapi juga penuh dengan tatanan. Ilmu Pengetahuan Alam menawarkan cara-cara untuk kita agar dapat memahami kejadian-kejadian dialam dan agar kita dapat hidup dialam ini (Srini M. Iskandar,1996:1).

Dalam buku Pengembangan Pembelajaran IPA SD, Leo Sutrisno, dkk (2007: 1-19), secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).

Pengertian Pendekatan Konstektual

Contextual Teaching and Learning – CTL adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2007: 253). Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung (Wina Sanjaya, 2007: 253). Melalui proses pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotorik.

Nurhadi (2003: 13) menyatakan Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2003: 12) merumuskan pengertian CTL merupakan suatu proses pendidikan yang membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, system CTL akan menuntun siswa melalui delapan komponen utama CTL yaitu: melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara / merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi atau pendekatan kontekstual merupakan strategi pembalajaran yang mengaitkan dunia nyata ke dunia abstrak yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

Ciri – ciri Pendekatan Kontekstual

Menurut Blanchard ciri-ciri kontekstual meliputi: (1) Menekankan pentingnya pemecahan masalah, (2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks, (3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri, (4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. (5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, (6) Menggunakan penilaian autentik.

Adapun menurut Nurhadi (2003: 35) ciri-ciri pembelajaran kontekstual meliputi: (1) siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, (2) siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, (3) pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, (4) perilaku dibangun atas kesadaran diri, (5) keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman, (6) hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, (7) siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran, (8) pembelajaran terjadi di berbagai tempat, (9) pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri, manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya.

Selain itu, menurut Sugiyanto (2007: 8) ciri-ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual meliputi: (1) Pengalaman nyata, (2) Kerja sama, saling menunjang, (3) Gembira, belajar dengan bergairah, (4) Pembelajaran dengan terintegrasi, (5) Menggunakan berbagai sumber, (6) Siswa aktif dan kritis, (7)Menyenangkan dan tidak membosankan, (8) Sharing dengan teman, (9) Guru kreatif.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual antara lain:

1.   Kelebihan Pembelajaran Kontekstual ( CTL)

Kelebihan CTL dapat membawa dunia peserta didik sebagai media pembelajaran di kelas, dengan membawa mereka ke dunia pengajaran, peserta didik tanpa merasa dipaksa dalam belajar. Penerapan CTL seperti layaknya Quantum Learning.

2.   Kelemahan Pembelajaran Kontekstual ( CTL )

Meskipun pembelajaran kontekstual banyak sekali kelebihannya namun pembelajan ini juga memiliki kelemahan, antara lain: Ketidaksiapan peserta didik untuk berbaur, Kondisi kelas atau sekolah yang tidak menunjang pembelajaran.

IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai produk (Leo Sutrisno,Hery Kresnadi, Kartono, 2007:1-29). IPA dianggap para siswa kelas VI.A SDN 010 Sungai Beringin sebagai pelajaran yang sulit. Anggapan sebagian besar siswa tersebut terlihat dari nilai siswa yang di bawah KKM. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.

Pendekatan Kontekstual membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, sehingga apa yang mereka pelajari melekat dalam ingatan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA.

Berdasarkan uraian diatas, secara teoretis pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpotensi meningkatkan prestasi belajar IPA siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: jika digunakan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran IPA maka prestasi belajar IPA siswa kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Ajaran 2016/2017 akan meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 010 Sungai Beringin yang beralamat di Jalan Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Sekolah ini dipimpin oleh Bapak M.Sukirman, S.Pd.SD yang bertindak sebagai Kepala Sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VI.A. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah pertama, peneliti sebagai guru PNS di SD Negeri 010 Sungai Beringin. Kedua, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPA.

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester satu (ganjil) Tahun ajaran 2016/2017. Lebih tepatnya bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2016. Subjek penelitian ini adalah Kelas VI.A SD Negeri 010 Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang diteliti adalah 27 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Latar belakang keluarga mereka adalah wiraswasta. Dari 27 siswa ini kesemuanya adalah anak yang normal, tidak cacat dalam artian tidak ada anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

Hasil Tindakan

Pada kondisi awal hasil belajar siswa pada mapel IPA materi perkembangbiakan makhluk hidup,nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 25, nilai tertinggi adalah 95, dan rata-rata nilainya 62,78; serta siswa yang telah belajar tuntas baru 48,15%, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 75%, maka masih banyak siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan (KKM=60). Sehingga perlu diadakan tindakan.

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa menerima materi pelajaran tentang perkembangbiakan makhluk hidup. Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan untuk memperoleh kesimpulan, tugas kelompok, berdiskusi yang diakhiri dengan tes. Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada 3 siswa memperoleh nilai kurang dari 60 atau siswa yang tuntas 88,89% dan nilai rata-rata siswa 79,44.

Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang perkembangbiakan makhluk hidup dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih optimal. Kegiatan belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 91,11. Siswa belajar tuntas mencapai 100%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembasannya dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada materi perkembangbiakan makhluk hidup pada siswa Kelas VI.A SDN 010 Sungai Beringin Tembilahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 62,78, siklus I 79,44 dan pada siklus II naik menjadi 91,11. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 48,15%, tes siklus I 88,89% setelah dilakukan refleksi terdapat 3 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II semua siswa sudah mencapai ketuntasan 100%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan kontekstual pada Kelas VI.A SDN 010 Sungai Beringin tahun ajaran 2016/2017, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SDN 010 Sungai Beringin pada khususnya sebagai berikut:

1.   Bagi Sekolah

a.   Penelitian dengan class-room action research membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

2.   Bagi Guru

a.   Untuk meningkatkan hasil belajar IPA diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual.

b.   Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan pembelajaran diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual.

c.   Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

d.   Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan pendekatan kontekstual pada materi perkembangbiakan makhluk hidup.

3.   Bagi Siswa

a.   Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

b.   Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud.

http: ipotes.wordpress.com /2016/04/23/pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/2016/23/12/ Peningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VI.A Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Hands on Activity Di SDN Baron III Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

I. G. A. K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka Kartadinata Sunaryo.Bimbingan di Sekolah Dasar. CV. Maulana

Leo Sutrisno, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.

Lestari Puji,Wahyuningsih.2005. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagian Tumbuhan dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri Proyonanggan 15 Batang Tahun Ajaran 2005/2006.Skripsi ditebitkan diinternet.Universitas Negeri Semarang.

M.Iskandar Srini.1996.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Nasution S Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara Nurhadi; Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS).

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Slamet,St.Y; Suwarto. 2007.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.