PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI NILAI TEMPAT MELALUI METODE BERMAIN

DENGAN MEDIA KANTONG BILANGAN KELAS II

SD NEGERI 013 TEMBILAHAN KECAMATAN TEMBILAHAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Mimis Suryani

Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan

Kabupaten Indragiri Hilir

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas II di SD Negeri 013 Tembilahan pada materi nilai tempat. Berdasarkan pengamatan awal diketahui nilai rata-rata siswa kelas II pada materi nilai tempat yaitu 47,65. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yaitu kurangnya perencanaan dalam mengolah materi yang akan diajarkan. Masalah utama yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran matematika melalui metode bermain kantong bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan nilai tempat kelas II SD Negeri 013 Tembilahan tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan dengan jumlah 22 siswa. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan, soal evaluasi berupa essay, dokumentasi, dan angket umpan balik pada pembelajaran nilai tempat melalui metode bermain kantong bilangan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan merasakan perubahan dalam memahami nilai tempat bilangan dan menunjukkan bahwa metode bermain kantong bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan dalam materi nilai tempat dengan dibuktikan adanya peningkatan hasil belajar. Siklus I presentase ketuntasan mencapai 36,37 dengan siswa yang tuntas dengan nilai ≥70 ada 8 siswa. Siklus II presentase ketuntasan mencapai 77,2 dengan siswa yang tuntas dengan nilai ≥70 ada 17 siswa. Siklus III presentase ketuntasan mencapai 90 dengan siswa yang tuntas dengan nilai ≥70 ada 20 siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Materi Nilai Tempat, Metode Bermain Kantong Bilangan.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, terutama dalam era globalisasi dituntut dan dibutuhkan sumber daya manusia yang benar-benar siap menghadapi tantangan pada masa depan. Menyadari hal tersebut guru dituntut untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, dan kreatif. Menyadari hal tersebut maka guru harus terus meningkatkan kemampuan dan kualitas pembelajaran di kelasnya.

Matematika menurut Sujono (dalam buku Fathani, 2009: 19) diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Sedangkan matematika menurut Sumantri (dalam buku Hartiny, 2010: 12) adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan pengajaran matematika ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika.

Mata pelajaran matematika juga merupakan kajian yang sangat penting karena bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika berkaitan dengan persoalan menghitung, sehingga setiap saat digunakan, tetapi disisi lain mata pelajaran ini menjadi menakutkan bagi sebagian siswa karena memiliki tingkat kesulitan yang lebih dibanding mata pelajaran lainnya. Matematika lekat sekali dengan sosok guru yang otoriter dan selalu membawa tongkat, rutan yang setia mendampingi selama mengajar. Belum lagi matematika yang menyajikan banyak sekali rumus menjadi rumusan masalah baru yang dihadapi oleh para siswa. Padahal sebenarnya matematika dapat lebih disederhanakan cara mempelajarinya karena matematika sangatlah lekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Untuk itu, sangat penting untuk dicari penyebabnya sehingga dapat ditemukan solusi yang tepat agar pembelajaran matematika diminati oleh semua siswa.

Secara klasikal nilai tes formatif siswa belum memenuhi KKM, adapun KKM yang di tentukan dari sekolah 6,0. Dari 22 siswa baru 8 siswa yang memenuhi KKM atau sebesar 36,37%, sedangkan sisanya masih berada di bawah KKM, rata-rata kelas hanya mencapai 47,65. Ini berarti masih banyak siswa yang belum menguasai materi-materi yang diajarkan dalam Matematika. Dari informasi yang saya peroleh dari pihak guru matematika siswa kelas II di SD Negeri 013 Tembilahan, salah satu materi yang sulit dikuasai oleh siswa adalah materi Nilai Tempat. Banyak siswa yang mendapatkan hasil belajar rendah dalam materi tersebut dengan alasan materi tersebut sulit untuk dipahami.

Hasil observasi yang telah peneliti lakukan,terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar rendah pada materi Nilai Tempat,diantaranya yaitu: pemahaman siswa tentang isi dan maksud soal yang terkait dengan Nilai Tempat masih relatif lemah, proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru bukan pada siswa sehingga terkesan monoton dan berjalan satu arah akibatnya tidak ada umpan balik dari siswa, siswa akan merasa bosan sehingga banyak yang tidak memperhatikan dan bermain sendiri dalam mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini disebabkan oleh faktor guru kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran baik dalam menentukan metode maupun media yang diperlukan.

Untuk mengatasi masalah tersebut guru yang baik harus dapat menggunakan metode yang baru dan menggunakan media yang baru. Misalnya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan metode yang bervariasi dan relevan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, siswa akan merasa tertarik mempelajari matematika, mencoba, dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya. dengan demikian tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

Melalui pembelajaran dengan metode bermain kantong bilangan diharapkan lebih efektif, karena peserta didik akan belajar lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok dan peserta didik dapat lebih mudah menyerap materi pembelajaran, serta kematangan pemahaman terhadap jumlah materi pelajaran. Kemampuan awal peserta didik merupakan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik sehingga di mungkinkan peserta didik yang mempunyai latar belakang kemampuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran dengan mudah.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Nilai Tempat Melalui Metode Bermain Dengan Media Kantong Bilangan Kelas II SDN 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Tahun Pelajaran 2016/2017 “.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah dengan pembelajaran matematika melalui metode bermain kantong bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Nilai Tempat kelas II SD Negeri 013 Tembilahan tahun pelajaran 2016/2017”.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa materi Nilai Tempat mata pelajaran matematika kelas II SD Negeri 013 Tembilahan tahun pelajaran 2016/2017.

Manfaat

1.   Manfaat Teoritis

Didapatkan sebuah pengetahuan baru mengenai pembelajaran matematika melalui metode bermain kantong bilangan pada siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan tahun pelajaran 2016/2017.

2.   Manfaat Praktis

a.   Bagi Siswa yaitu meningkatnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika materi Nilai Tempat melalui metode bermain kantong bilangan.

b.   Bagi Guru yaitu diperolehnya metode pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan tahun pelajaran 2016/2017.

c.   Bagi Sekolah yaitu memperoleh masukan tentang metode mengajar untuk perbaikan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

d.   Bagi Peneliti yaitu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan kreatifitas dan inovasinya yang dilakukan dalam bentuk penelitian.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Herman Hudojo, 1998: 1).

Belajar menurut Sumadi ( dalam buku Lilik dkk, 2009: 18 ) adalah:

1)    Bahwa belajar itu membawa perubahan, baik yang aktual maupun yang potensial.

2)    Bahwa perubahan itu pada pokoknya mendapatkan kecakapan baru

3)    Bahwa perubahan itu terjadi karena adanya usaha/disengaja.

Belajar dapat dikatakan sebagai proses, artinya dalam belajar akan terjadi suatu proses intelektual, fisik, dan mentl guna mengubah perilaku siswa. Kegiatan tersebut dapat diwujudkan dalam proses aktivitas melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, dan menyimak.

Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi (learning to be). Semua itu harus dapat diterapkan pada proses belajar di sekolah dasar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi dapat dikatakan bahwa belajar itu serangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya. Mengenai tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar menurut (Sardiman, 2009: 26) ada tiga jenis yaitu:

1)    Untuk Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar.

2)    Penanaman Konsep dan Keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak dari anggota tubuh seseorang tyang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah keterampilan yang dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3)    Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Pembentuka sikap mental dan perilaku anak didik, tidak tertlepas dari penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak sekedar pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasansetelah menerima pengalaman belajar. Adapun hasil belajar tersebut meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sam’s, 2010: 37).

Menurut (Dimyati, 2002: 239) faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya:

Faktor intern belajar yang terdiri dari motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar Cita-cita siswa. Faktor ekstern belajar yang terdiri dari guru sebagai pembina belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah.

Berdasarkan uraian di atas jelas pada prinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi 2 faktor yaitu: Faktor internal dan Faktor Eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.

Nilai Tempat (Yang Diaplikasikan Dalam Pemilihan Metode Bermain Kantong Bilangan)

Suatu sistem numerisasi disebut sistem tempat jika nilai dari lambang-lambang yang digunakan menerapkan aturan tempat, sehingga lambang yang sama mempunyai nilai yang tidak sama karena tempatnya berbeda.

Pengertian nilai tempat menurut (Firmanawaty, 2003: 12) memiliki makna yang penting dalam sistem pengangkaan, yaitu suatu sistem yang digunakan untuk memberi nama bilangan dan menuliskan angka. Nilai tempat memberikan makna terhadap suatu angka dalam suatu bilangan tertentu tergantung pada kedudukan angka tersebut dalam bilangan.

Contoh: 23 dan 32

Angka 2 pada bilangan 23 memiliki nilai berbeda dengan angka 2 pada bilangan 32 karena tempatnya berbeda. Angka 3 pada bilangan 23 bernilai 3 satuan dan angka 3 pada bilangan 32 bernilai 3 puluhan. Hal ini membuktikan bahwa tempat atau posisi suatu angka dalam lambang bilangan menentukan nilai tempatnya.

Sistem nilai tempat yang digunakan masa kini adalah sistem Hindu Arab. Sistem ini menentukan sepuluh lambang dasar (pokok) yang disebut angka (digit), yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Pemilihan sepuluh angka dipengaruhi oleh banyaknya seluruh jari-jari tangan (kaki) yaitu sepuluh, sehingga sistem ini lebih dikenal dengan sebutan sistem desimal (Mutijah dkk, 2009: 10).

Di dalam sistem desimal, penulisan lambang bilangan menggunakan pengelompokan kelipatan sepuluh:

1)    Bilangan-bilangan dari nol sampai dengan sembilan dilambangkan sama dengan lambang angka.

Nol = 0 Satu = 1

Dua = 2, dan seterusnya sampai dengan, Sembilan = 9.

2)    Bilangan yang satu lebihnya dari bilangan sembilan disebut sepuluh. Bilangan sepuluh terdiri atas sepuluh satuan. Pengelompokan sepuluh satuan menjadi satu menghasilkan satu puluhan.

Lambang kelipatan sepuluh adalah:

20 dua puluh, memuat dua puluhan, dan seterusnya sampai, 90 sembilan puluh, memuat sembilan puluhan.

3)    Bilangan-bilangan yang memuat puluhan dan satuan dilambangkan sesuai dengan banyaknya puluhan dan banyaknya satuan yang tidak dapat terkelompokkan menjadi puluhan.

4)    Dengan jalan yang sama pengelompokan dilakukan untuk sepuluh puluhan, sepuluh-sepuluh puluhan, dan seterusnya, masing-masing dengan sebutan atau nama tertentu.

Sepuluh puluhan = seratus, ditulis 100

Sepuluh sepuluh puluhan = sepuluh ratusan = seribu, ditulis 1.000.

Metode Bermain Kantong Bilangan

Metode adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan tugas mengajarnya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hartiny, 2010: 18). Mengajar bagi seorang guru dituntut dalam penggunaan metode yang tepat. seorang guru yang baik akan memahami dengan baik metode yang digunakannya.

Menurut Udin S.Winataputra (1994: 4) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar diantaranya:

1)    Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan rasa ingin tahu siswa terhadap pelajaran.

2)    Metode mengajar memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.

3)    Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk menemukan terhadap suatu topik masalah.

4)    Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk mandiri.

5)    Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi belajarnya.

Dalam mengenalkan dan meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa, maka dapat dilakukan dengan beberapa metode. Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam mengenalkan dan meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa, antara lain:

1)    Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

2)    Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

3)    Metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

4)    Metode demonstrasi yaitu cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

5)    Metode bermain adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain (Sam’s, 2010: 26).

Bermain Kantong Bilangan

Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain (Hidayatullah, 2008: 4) sedangkan bermain menurut (Anggani, 2000: 1) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkanpengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

Di dalam kelas, metode bermain memberi kesempatan luas kepada guru untuk menjalin hubungan dengan peserta didik. Guru dapat menjadi pembina, fasilitator, dan rekan kerja. Pembahasan penyelesaian produk, perencanaan, dan pemecahan masalah adalah pokok bahasan yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Tujuan utama dalam pembelajaran nilai tempat ini adalah agar peserta didik dapat memahami nilai tempat pada suatu bilangan, dan membedakan makna angka dan bilangan. Kantong dari kertas yang digunakan tersebut akan menuntun anak memahami nilai tempat (Firmanawaty, 2003:13).

Langkah-langkah pembelajaran dengan media kantong bilangan adalah sebagai berikut:

1.     Sediakan kantong kain/kantong plastik/kantong dari kertas karton.

2.     Sediakan kartu-kartu bertuliskan angka 0-9.

3.     Nyatakan kantong tersebut secara berurutan sesuai nilai tempat, mulai dari satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya dalam urutan kiri ke kanan.

4.     Mintalah anak memasukkan angka 3 pada kantong ratusan, 2 pada kantong puluhan, dan 9 pada kantong satuan.

5.     Tanyakan berapakah bilangan yang dapat diperoleh ( jawaban: 329).

6.     Ajarkan anak membaca jawaban tersebut sebagai “tiga ratus dua puluh sembilan”.

7.     Ulangi beberapa kali sehingga anak mengerti dan memahami posisi dan nilai tempat suatu bilangan.

 Hipotesis Tindakan

Penggunaan metode bermain kantong bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika kelas II SD Negeri 013 Tembilahan tahun pelajaran 2016/2017.

 

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri 013 Tembilahan, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir pada semester I tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan berjumlah 22 siswa, terdiri dari 12 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan.

Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan yang terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara.

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakukan agar memperoleh data yang valid. Data aktivitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan mellibatkan observer (teman sejawat atau pegawas) yang dikenal dengan berkolaborasi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

HASIL TINDAKAN

Pada Siklus I terdapat peningkatan hasil belajar siswa yaitu 8 siswa dari 22 anak yang dinyatakan tuntas dengan nilai KKM yang ditentukan peneliti sebesar ≥70. Sedangkan 14 siswa belum tuntas.

Pada siklus II terdapat peningkatan yang memuaskan. Dari nilai siklus II terdapat 17( 77,2%) siswa yang sudah mencapai KKM yang ditetapkan sedangkan yang masih belum tuntas sebanyak 5(22,73%) siswa. Rata-rata kelas yang didapat sudah cukup baik, yaitu 73,40. Siswa mulai aktif bertanya dan menyenangi materi nilai tempat.

Pada siklus III sudah menunjukkan peningkatan yang sangat memuaskan. Siswa 90% sudah memahami materi nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan. Dari nilai siklus III hanya terdapat 20(90,91%) siswa telah tuntas dan 2 (9,09%) siswa yang belum bisa mencapai KKM yang ditetapkan. Rata-rata kelas yang didapat sudah cukup baik, yaitu 82,27. Semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan metode belajar sambil bermain kantong bilangan.

 

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 013 Tembilahan, dapat disimpulkan bahwa materi nilai tempat melalui metode bermain dengan media kantong bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2016. Metode belajar sambil bermain kantong bilangan yang menekankan pada proses pembelajaran yang tidak terfokus atau monoton kepada guru tetapi siswa bisa bereksplorasi dengan bermain kantong bilangan tersebut. Jadi siswa tidak merasa cepat bosan berada di dalam kelas dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Hasil belajar nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan melalui metode bermain dengan media kantong bilangan dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar setiap siklus. Indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu ≥70, pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 8 siswa dengan presentase ketuntasan sebanyak 36,37%. Siklus II siswa yang tuntas bertambah menjadi 17 siswa dengan presentase ketuntasan mencapai 77,2%. Siklus III siswa yang tuntas mencapai 20 siswa dengan presentase ketuntasan mencapai 90%. Berarti dengan menggunakan metode bermain dengan media kantong bilangan siswa dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti..

Saran

1)    Guru harus lebih kreatif, inovatif dan variatif dalam menggunakan metode ataupun media pembelajaran dan harus mampu melakukan inovasi dalam melaksanakan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

2)    Guru harus mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, agar pemikiran siswa dapat berkembang dan dapat meningkatkan perilaku belajar yang baik.

3)    Pihak sekolah atau komite harus mampu memberikan dukungan kepada guru-guru dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

Amin Suyitno,. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. (Indragiri Hilir: UNNES, 2006)

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006)

Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008)

Junaidy Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang Press, 2008)

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010)

M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Rosdakarya, 2000)

Mas Nur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah; Classroom Action Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

Mulyasa E, Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009)

Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan Depag Bekerjasama dengan Ditbina Widyaiswara LAN-RI, 2007)

Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000)

Poerwodarminto, Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta: Bina Ilmu, 1991.

Rohman Noto Wijoyo, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Prindo, 1995.

Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,(Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS, 2010)

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995)

Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarata: Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000)

Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Indragiri Hilir: Universitas Diponegoro, 2009)

Sudjana Nana, Proses-Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009)

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008)

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004)

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)