Meningkatkan Keterampilan Siswa Dengan Menerapkan Metode CIRC
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA
DALAM MENGAPRESIASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK DENGAN MENERAPKAN METODE
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Ninuk Siswantini
Guru SMK Negeri 1 Klaten
ABSTRACT
The purpose of this study is to improve the students’ skills in appreciating the short story in the students of class XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten in 2017 / 2018. The subject of the research is the students of class XI TP 1 SMK Negeri 1 Klaten which is 35 students. Data collection techniques are observation / observation and written test. The research used cycle twice as many as cycle I and II with planning, action, observation and reflection. Data analysis technique using percentage and mean then compared / yield compared to each cycle. The results showed that through the implementation of cooperative learning model of Cooperative integrated reading and Composition (CIRC) model can improve students’ learning achievement on competency standard “literary elements of literature” for students of class XI TP 1 SMK Negeri 1 Klaten in the even semester of 2017 / 2018. This is shown by the results of the discussion: which shows the increase in yield from cycle to cycle as follows: The lowest value increases 50% from 40 to 80, the highest value increases 5.5% from 85 to 95, the mean value increases 24% from 65.2 to 85, 53 and the completeness rose from 82% to 100%.
Keywords: Short story Appreciation, Cooperative Integrated Reading and Composition Method.
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah ingin meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasi cerpen pada siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten tahun 2017/2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi/pengamatan dan tes tertulis. Pelaksanaan penelitian menggunakan siklus sebanyak dua kali siklus I dan II dengan tahap perencanaan, pelaksananan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data menggunakan persentase dan mean lalu dikomparasikan/dibandingkan hasil setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada standar kompetensi “unsur-unsur instrinsik karya sastra†bagi siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten pada semester genap tahun 2017/2018. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pembahasan: yang menunjukkan kenaikan hasil dari siklus ke siklus sbb: Nilai terendah meningkat 50% dari 40 menjadi 80, nilai tertinggi meningkat 5,5% dari 85 menjadi 95, nilai rerata meningkat 24% dari 65,2 menjadi 85,53 dan ketuntasan naik dari 82% menjadi 100%.
Kata Kunci: Apresiasi Cerpen, Metode Cooperative Integrated Reading and Composition.
PENDAHULUAN
Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan siswa untuk memahami isi cerita dengan baik dan menarik,misalnya orang yang membaca, mendengar, dan membuat ringkasan, catatan dalam bentuk buku harian, atau kartu-kartu yang berwarna-warni. Sastra terdiri dari puisi, prosa, dan drama. Pada umumnya prosa terutama cerita pendek lebih dominan dijadikan sebagai materi pembelajaran daripada puisi dan drama. Penelitian ini lebih menyoroti upaya peningkatan apresiasi unsur-unsur intrisik cerita pendek dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian ini disusun rumusan masalah sebagai berikut apakah dengan menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten?
Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek pada siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten tahun pembelajaran 2017/2018.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Dengan materi pembelajaran sastra khususnya nilai intrinsik cerpen, siswa mampu mengenali tokoh, setting, tema, amanat, dan sudut pandang serta aplikasinya dengan lingkungan kehidupan sekitar, guru mendapat pengalaman yang lebih luas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui apreasiasi sastra pada teks cerita pendek, serta teknik-teknik pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan karya sastra, dan sekolah memiliki sumber daya kependidikan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki sehingga terlihat dari prestasi siswa yang semakin baik sehingga masyarakat akan semakin percaya terhadap pendidikan yang dikelolanya.
KAJIAN TEORI
Keterampilan Mengapresiasi Karya Sastra
Keterampilan adalah serangkaian gerakan, tiap ikatan unit stimulus-respon berperan sebagai stimulus terhadap ikatan berikutnya (Oemar Hamalik, 2012: 139). Keterampilan memiliki tiga karakteristik yakni (1) menunjuk rangkaian respon motorik, (2) melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, dan (3) mengorganisasi rangkaian respon menjadi pola-pola respon yang kompleks (Oemar Hamalik, 2012: 138).
Mengapresiasi dari kata apresiasi, yang artinya mengindahkan atau menghargai (Aminuddin, 1991: 34). Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis (Effendi dalam Aminudin, 1991: 35). Jadi kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasikannya.
Keterampilan yang diajarkan dalam pelaksanaan tindakan kelas ini adalah keterampilan mengapresiasi karya sastra (novel, cerpen, dan lain-lain).
Cerita Pendek
Cerita pendek (Cerpen) adalah cerita yang wujud atau struktur fisiknya pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam dengan jumlah kata sekitar 500 – 5.000 kata ( Engkos Kosasih, 2014: 8). Pendapat ini sejalan dengan pakar lain bahwa cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman.Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasib (Kemndikbud,2014,6). Oleh karena itu, cerpen dapat dikatakan karangan yang habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya.
Unsur-unsur Karya Sastra Cerpen
Sebuah karya sastra semacam cerpen dibangun dengan dua unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat dalam cerita, yakni: tema, amanat, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang pengarang, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar cerita, yakni: biografi pengarang. Berkaitan dengan penelitian ini penulis akan menguraikan pada sisi unsur-unsur intrinsik cerpen.
a. Tema merupakan makna kesluruhan yang didukung cerita.Tema ini bersifat mengikat keseluruhan masalah yang ada dalam cerita. Untuk menemukan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi masalah yang ditemukan dalam cerita (Kemendikbud, 2014: 12).
b. Amanat suatu cerpen selalu berkaitaan dengan tema. Dengan pesan-pesannya itu, betapa berharganya sebuah cerpen (Engkos Kosasih, 2014: 18). Jadi, seseorang yang membaca sebuah cerpen akan mendapatkan hiburan, wawasan, pengalaman, atau pendidikan yang lebih berharga di dalam kehidupan bermsyarakat.
c. Tokoh dan Penokohan dalam cerita dimaksudkan untuk orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sementara penokohan merujuk pada pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan yang kerap disebut sebagai karakter adalah sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh cerita (Kemendikbud, 2014: 12).Dengan demikian, tokoh adalah orang yang melakukan perbuatan dan mengalami peristiwa dalam sebuah karya rekaan, tetapi penokohan lebih mengacu pada pandangan, sifat, sikap, dan emosi yang dimiliki tokoh karya rekaan tersebut.
d. Alur atau plot merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita pendek, rangakain kejadian ini disusun sebagai interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian dalam keseluruhan cerita, (Kemendikbud, 2014: 19). Lebih lanjut dijelaskan terdapat dua teknik penyampaian cerita,yaitu alur progresif atau alur lurus yang mengisahkan rangkaian peristiwa secara kronologis, dan alur regresif (flashback) atau sorot balik yang urutan peristiwa ceritanya tidak kronologis atau tidak berurutan.
e. Latar atau setting adalah salah satu sarana cerita yang ikut memegang peranan penting dalam sebuah cerita. Dengan adanya setting (latar cerita) cerita menjadi lebih hidup dan jelas karena dapat diketahui kapan, di mana, dan bagaimana suatu peristiwa itu berlangsung. Menurut pakar sastra (Engkos Kosasih, 2014:23) mengatakan latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa dalam cerita pendek. Latar cerita merupakan lingkungan,yaitu dunia cerita sebagai tempat terjadinya peristiwa.
f. Sudut Pandang atau point of View maksudnya pengarang berada pada posisi sebagai apa dalam cerita?.Ada dua macam sudut pandang pengarang dalam cerita, yaitu pandang akuan dan diaan (Tim Edukatif. 2006; 93).
Metode Cooperative Learning Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model pembelajaran cooperative mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran cooperative learning dapat menciptakan saling kebergantungan antarsiswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa belajar kelompok kecil untuk mencapai ketuntasan belajar.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3) Diupayakan agar setiap kelompok siswa terdiri atas suku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda
4) Penghargaan lebih diutamakan kerja kelompok daripada individual.
CIRC atau Cooperative Integrated Reading and Composition, adalah metode yang merupakan bagian dari metode kooperatif komprehensif. Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-kelompok (Suyatno, 2012: 68). Dalam CIRC siswa dikelompokkan berdasarkan perbedaan masing-masing sebanyak 3-4 orang. Mereka terlibat ke dalam rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lainnya, menulis tanggap terhadap cerita saling membuat ikhtisar, berlatih pengejaan serta perbendaharaan kata.
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal guru belum menerapkan metode Coopretive Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada pembelajaran Bahasa Indonesia ini, nilai hasil ulangan siswa tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek masih rendah dan di bawah KKM (78). Untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia guru menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan beberapa siklus hingga indikator ketercapaian terpenuhi.
Hipotesis berdasarkan paparan kerangka teoritis dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: dengan menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) diduga dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar “mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek†siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri 1 Klaten, tepatnya di ruang kelas XI TP3RP 1.Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juli sampai dengan September 2017. Tindakan kelas dilakukan 2 kali siklus, siklus pertama dilaksanakan pada minggu ketiga pada bulan Agustus 2017 dan siklus ke 2 dilaksanakan pada minggu keempat bulan Agustus 2017. Setiap satu siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dan setiap pertemuan 2 x 45 menit.
Subjek Penelitian ini adalah siswa Kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten tahun 2017/2018 yang berjumlah 35 anak, yang rinciannya adalah 11 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Sumber Data dalam penelitian ini berasal dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dari subjek penelitian adalah nilai ulangan Bahasa Indonesia siswa, dan sumber data sekunder adalah berasal dari kolaborasi berupa hasil observasi atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data yang digunakan untuk memeroleh data adalah teknik tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002: 127). Tes yang digunakan adalah tertulis dengan bentuk uraian/esai tentang “Unsur-unsur intrinsik cerita pendekâ€.Alat pengumpul data non tes adalah pengamatan / observasi terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sedang berlangsung. Alat untuk melakukan kegiatan pengamatan/observasi berupa lembar observasi/lembar pengamatan.
Teknik Analisis Data yang diolah berupa angka dan hasil observasi, maka untuk data kuantitatif menggunakan analisis yang dilakukan adalah dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai hasil tes dari kondisi awal, nilai tes setelah tindakan perbaikan 1 (siklus I) dan nilai hasil tes setelah tindakan perbaikan 2 (siklus II), kemudian direfleksikan. Data kualitatif yang berasal dari pengamatan, dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator Kinerja keberhasilan PTK ini adalah: (1) meningkatnya prestasi belajar bahasa Indonesia siswa khususnya pada kompetensi dasar menginterpretasi makna teks cerita pendek, baik secara lisan maupun tulisan dengan indikator menginterpretasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek dari kondisi awal hingga kondisi akhir, (2) meningkatnya kemampuan siswa dalam penguasaan materi unsur-unsur intrinsik cerita pendek dengan nilai minimal 78, dan (3) meningkatnya proses pembelajaran yang ditandai dengan keaktifan dan kreatifan siswa.
Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dilakukan dengan dua kali siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Tiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu (1) Tahap Perencanaan, (2) Tahap Pelaksanaan tindakan, (3) Tahap Observasi, dan (4) tahap refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada pelaksanaan penelitian bahwa kondisi awal, guru melaksanakan pembelajaran pada kompetensi dasar menginterpretasi makna teks cerita pendek,baik secara lisan maupun tulisan dengan indikator menginterpretasi unsur-unsur intrinsik teks cerita pendek belum menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative integrated reading and Composition (CIRC). Setelah pembelajaran selesai, hasil tes tertulis dinilai guru, ternyata dari 35 siswa, yang mendapatkan nilai lebih dari 78 hanya 7 siswa. Ini berarti hanya 18,4% siswa yang mampu menguasai materi yang diajarkan, artinya sedikit siswa yang mampu menguasai materi unsur-unsur intrinsik teks cerita pendek.
Deskripsi Hasil Tindakan pada Siklus 1
Pada siklus ini siswa mulai aktif untuk berkomunikasi dan berdiskusi memelajari materi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Mereka sudah tampak, kerjasama antarsiswa terjalin dengan baik, toleransi antarsiswa bekerja secara tim,dan menyadari bahwa dengan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat menumbuhkan keberanian untuk mengungkapkan pendapat mereka dalam belajar secara kelompok. Akhirnya hasil ketercapaiannya meningkat menjadi 20 anak atau 52,6% siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM (78).
Deskripsi Hasil Siklus 2
Pada pelaksanaan tindakan siklus 2 sama seperti pada siklus 1 hanya pada awal pembelajaran dijelaskan tentang target nilai yang akan dicapai dalam pembelajaran yaitu minimal 78. Anggota tim diubah dengan formasi lebih merata, agar tim nanti tidak ada yang dominan. Guru kembali memberikan bahan bacaan berupa cerita pendek untuk dibaca siswa dalam kelompok, kemudian dicari bersama-sama unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerita pendek tersebut. Pada siklus ini penulis membandingkan hasil kondisi pada siklus 1 dengan hasil pada tindakan perbaikan pada siklus 2. Hal yang dibandingkan adalah mengenai tindakan yang dilakukan, proses pembelajaran, dan hasil belajar. Nilai hasil evaluasi belajar pada materi unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek memuaskan,siswa sebanyak 35 orang dapat mencapai lebih dari 78 (atau memenuhi batas KKM), berarti secara 100% belajar siswa kelas XI TP3RP 1 dinyatakan tuntas.
Pembahasan
Pembahasan yang penulis lakukan adalah dengan cara membahas mengenai pelaksanaan tindakan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Dibahas juga mengenai hasil pengamatan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Untuk memudahkan dalam memahami hasil pembahasan, dapat disajikan tabel berikut.
Tindakan kelas
Hasil pembahasan tindakan kelas pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2
Kondisi awal |
Siklus 1 |
Siklus 2 /kondisi akhir |
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek guru belum menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition. |
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek guru sudah menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition. |
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek guru menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition. |
Proses Pembelajaran
Hasil pembahasan proses belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II
Kondisi awal |
Kondisi Siklus I |
Kondisi Siklus II |
Refleksi kondisi awal ke kondisi akhir |
Dalam pembe-lajaran bahasa Indonesia tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek guru sudah menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), siswa hanya memba-hasnya berdasarkan keinginan mereka masing-masing tanpa memper-hatikan pendapat teman lain dalam kelompok sehing-ga pembahasan memakan waktu cukup lama karena banyak waktu yang dihabiskan untuk berdebat satu sama lain demi memperta-hankan ide masing-masing. Masih ada siswa pasif dalam pembelajaran |
Ada beberapa siswa yang kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Dalam belajar tentang Unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek siswa aktif melakukan tanya jawab, diskusi, dengan teman, dengan guru. Tidak ada perdebatan lagi, yang ada pembi-caraan bersama, saling bertukar pendapat demi pencapaian hasil yang maksimal. Guru masuk dalam kelom-pok-kelompok sambil memberi- kan penjelasan dan menjawab siswa yang ber- tanya atau minta penjelasan. Guru juga mengamati kegiatan siswa baik semangat, kreativitas, kebersamaan. |
Sudah tak ada lagi siswa yang pasif dalam pembelajaran. Penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative integrated reading and Composition (CIRC) yang diberikan guru benar-benar membuat siswa aktif dan berbicara dalam kelompok, siswa dapat menghargai perbedaan pen-dapat teman lain dan memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing anggota dalam tim. Dalam pembelajaran mengenai unsur-unsur intrinsik cerita pendek, guru berfungsi sebagai motivator, fasilitator dan penyemangat pembelajaran |
Penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition dapat membuat siswa aktif dan berani berpendapat dalam kegiatan pembe-lajaran. Siswa dapat menyatukan ide-ide antaranggota dalam membahas mengenai unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Siswa memanfaatkan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar menga- jar. Guru meminta kolaborator untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam tim setiap siswa dapat mulai menghargai pendapat orang lain dan meminimalkan perdebatan terjadi, mulai dapat menahan emosi dan menahan diri dalam mengemukakan pendapatnya |
Hasil Belajar/Prestasi Belajar Siswa
Pembahasan hasil belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2
Kondisi awal |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Refleksi kondisi awal – akhir |
Hasil tes tertulis tentang Unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendek pada kondisi awal: Nilai terendah 40 sebanyak 1 anak Nilai tertinggi 85 ada 2 anak Nilai rerata 64,87 Tingkat ketuntasan: 18,4% |
Hasil tes tertulis pada siklus I: Nilai terendah 55 sebanyak 1 anak Nilai tertinggi 88 ada anak Nilai rerata 74,97 Tingkat ketuntasan: 52,6% |
Hasil tes pada siklus II: Nilai terendah 80 sebanyak 10 anak Nilai tertinggi 90 ada 15 anak Nilai rerata 85,53 Tingkat ketuntasan: 100% |
Perbandingan nilai dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II sbb: Nilai terendah meningkat 50% dari 40 menjadi 80 Nilai tertinggi meningkat 5,5% dari 85 menjadi 95 Nilai rerata meningkat 24% dari 65,2 menjadi 85,2 Ketuntasan naik 82% dari 18,4% menjadi 100% |
Dari tabel 2.3 dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Hasil Belajar
Dari kondisi awal hingga ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar pada kompetensi unsur-unsur intrinsik karya sastra siswa Kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2017/2018, yaitu dari rata-rata pada kondisi awal 64,87 meningkat 24% menjadi 85,53 pada pada kondisi akhir (siklus 2),dan ketuntasan naik 82% dari 18,4% menjadi 100%.
Proses Pembelajaran
Dari kondisi awal hingga ke kondisi akhir (siklus 2) terdapat peningkatan aktivitas, kreativitas, kooperativitas siswa dalam proses pembelajaran pada standar kompetensi “unsur-unsur intrinsik karya sastra cerita pendekâ€. Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, satu sama lain saling menghargai, satu sama lain merasa saling membutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan. Siswa kooperatif dalam pembelajaran, tidak lagi tergantung pada guru namun tergantung pada kebersamaan dalam kelompok, guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat mengembangkan potensi-potensi dan bakat-bakat terpendam yang ada pada masing–masing siswa, penerapan metode ini dapat membuat siswa kooperatif dan mandiri. Penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat menghilangkan rasa malas siswa dalam belajar secara kelompok dan berubah menjadi siswa yang sabar, penuh pengertian menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dengan penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative integrated reading and Composition (CIRC) dapat membuat siswa mau dan berani berbicara mengemukakan pendapat berkaitan dengan materi yang dipelajari. Metode Cooperative Learning model Cooperative integrated reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, ini terbukti dengan adanya koordinasi yang baik antar siswa dalam tim/ kelompok.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil belajar yang telah diketahui dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 dapat dikatakan bahwa setelah guru menerapkan metode Cooperative Learning model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Cooperative Learning model Cooperative integrated reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek bagi siswa kelas XI TP3RP 1 SMK Negeri 1 Klaten pada semester ganjil tahun 2017/2018. Hal ini dapat dilihat pada hasil pembahasan: yang menunjukkan kenaikan hasil dari siklus ke siklus yaitu: Nilai terendah meningkat 50% dari 40 menjadi 80, nilai tertinggi meningkat 5,5% dari 85 menjadi 95, nilai rerata meningkat 24% dari 64,87 menjadi 85,53 dan ketuntasan naik 82% dari 18,4% menjadi 100%.
Saran
Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasana yang dibutuhkan guru dan siswa dalam pembelajaran, juga penempatan jam pelajaran bahasa Indonesia yang baik. Para guru, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan selalu meningkatkan kreativitas dalam mengajar dengan mempelajari dan menerapkan metode-metode mengajar yang baru, dan meningkatkan keberanian dalam mengadakan perubahan pembelajaran dari model lama ke model pembelajaran yang kontekstual. Siswa diharapkan disiplin dalam belajar dan berusaha meningkatkan potensi yang ada pada dirinya agar dapat membantu siswa dalam menerima dan memahami materi-materi yang diberikan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru.
Arifin, Zainal. 1991.Kurkulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemendikbud.2014. Bahasa Indonesia-Ekspresi Diri dan
Akademik.Jakarta:Kemendikbud.
Kosasih,Engkos.2014.Kreatif Berbahasa Indonesia.Jakarta:Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta: Gaung Persada Press.