Meningkatkan Ketrampilan Siswa Melalui Model CIRC
MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL CERITA
PADA MATERI HIMPUNAN MELALUI MODEL CIRC
(COOPERATIVE INTERAGRATED READING AND COMPOSATION) SISWA KELAS VIIB SMPN 1 TANJUNGSARI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Nihar Fitri
SMPN 1 Tanjung Sari
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Tindakan pembelajaran dengan Cooperative Learning Tipe CIRC dalam meningkatkan keterampilan siswa kelas IX SMP 1 Tanjungsari dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Dilakukan melalui tiga tindakan yaitu siklus I,II, dan III, sebab setelah dilakukan refleksi pada setiap akhir tindakan pada setiap siklus meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang, pengamatan ulang dan refleksi ulang. Pada akhir siklus III dilakukan pengambilan data hasil belajar matematika siswa. Dari 35 siswa kelas VIIB siswa yang dinyatakan memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 23 anak atau sebesar 92%, dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 2 anak atau sebesar 8%. Dari data hasil belajar matematika siswa nilai tertingginya 90. Nilai terendah 50, sedangkan rata-ratanya 70,02. Demikian juga pada aspek keterampilan berpikir siswa juga meningkat menjadi 17 yang termasuk kategori sangat aktif. Simpulan penelitian ini adalah (1) melalui Cooperative Learning tipe CIRC dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VIIB SMP N 1 Tanjungsari dalam menyelesaikan soal-soal cerita. (2) melalui Cooperative Learning tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP N 1 Tanjungsari dalam menyelesaikan soal-soal cerita.
Kata kunci: Pembelajaran matematika, Himpunan, Model CIRC
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dijelaskan tujuan pengajaran matematika pada pendidikan dasar (Depdiknas, 2006:8) antara lain agar siswa memahami konsep matematika secara luwes, akurat, efesien, dan tepat serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya sendiri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam mengajar matematika selama ini, siswa kurang memahami materi yang diajarkan guru dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Pengalaman juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat di antaranya dari nilai ulangan harian pada materi pokok sebelum dilaksanakan penelitian (pra-siklus). Di mana jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar baru 37,5% dari 25 siswa. Dan rata-rata nilai ulangan hariannya sebesar 43.
Gejala-gejala yang tampak pada saat proses belajar antara lain: kemampuan menganalisa dan menyelesaikan soal rendah, siswa kurang terampil berpikir dan cenderung suka mencontoh, siswa belum mampu berfikir kritis dan sistematis. Akibatnya jika diberikan soal-soal yang agak berbeda sedikit dengan contoh yang diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikannya. Hal ini disebabkan siswa belajar hanya dengan mengingat fakta, dan kurang memahami konsep yang dipelajari.
Selanjutnya melalui sebuah diskusi dengan teman sejawat, penulis mencoba mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: bahwa mungkin rendahnya hasil belajar matematika disebabkan karena (1) pendekatan pembelajaran yang diberikan kurang sesuai, (2) metode mengajarnya kurang bervariasi, (3) keterampilan berpikir siswa kurang maksimal (4) teknik penilaian tidak sesuai sehingga perkembangan kemampuan siswa kurang terukur, (5) pemanfaatan lingkungan/alat peraga kurang, dan dukungan belajar dari orang tua dan masyarakat rendah.
Dengan mencermati juga bahwa di SMP Negeri 1 Tanjungsari memiliki kualitas guru yang cukup tinggi (99% sarjana), memiliki alat peraga matematika dan buku-buku yang cukup serta lingkungan sekolah yang mendukung (berada diluar kota Lampung Selatan yang nyaman dan sejuk), maka dapat dipahami bahwa rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa disebabkan karena belum diterapkannya model pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara mandiri, dan dapat membangun kemampuan dan pengetahuan secara bertahap dengan memanfaatkan lingkungan belajar sebagai media pengajaran untuk menyelesaikan soal cerita atau masalah matematika yang berkaitan dengan dunia nyata atau kehidupannya.
Mengingat masalah di atas jika tidak diselesaikan akan berakibat munculnya masalah-masalah yang baru seperti siswa akan semakin kesulitan menerima materi pada kelas berikutnya, peluang tidak lulus setelah ujian dan siswa semakin kurang memaknai dan menyenangi pelajaran matematika, maka sejalan dengan langkah-langkah pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan baik berupa Dana Bantuan Langsung (DBL) yang disalurkan melalui MGMP Program MERMUTU (Better Education thraogh Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) maupun usaha peningkatan kualitas guru melalui pelatihan dan pendidikan bagi guru, penulis berusaha mencari ide atau gagasan tentang bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.
Penelitian dengan menerapkan model Cooperative Learningtipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composation) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa. Ada masalah yang nyata, jelas dan mendesak yang di dukung oleh data nyata untuk segera diatasi. Masalah tersebut bermula dari adanya 37,5% siswa SMP 1 Tanjungsari yang baru tuntas dalam ulangan harian dengan materi statistika. Sebagai sekolah negeri di tengah kota, maka banyaknya siswa yang belum tuntas bisa ditekan seminimal mungkin. SMP negeri 1 Tanjungsari di kota Lampung Selatan, jelas menjadi barometer keberhasilan bagi SMP di daerah.
Sesuai dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan Untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas VIIB SMP 1 Tanjungsari dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita melalui model Cooperative Learning Tipe CIRC. (Cooperative Integrated reading and Composition.
METODE
Tempat Penelitian di kelas VIIB SMP 1 Tanjungsari, Jln. Raya Kertosari, No 51, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan. Penelitian ini akan dilakukan 3 siklus dan 6 kali tatap muka. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIB SMP 1 Tanjungsari berjumlah 31 siswa, dilaksanakan di kelas VIIB di samping peneliti mengajar dikelas ini, karena kelas tersebut mempunyai masalah sesuai yang diteliti.
Penelitian yang melibatkan dua orang guru mata pelajaran matematika pada kelas VIIB SMP 1 Tanjungsari. Satu guru sebagai ketua peneliti dan satu guru yang lain sebagai pengamat. Sumber data diambil dari hasil pengamatan oleh guru pengamat yang dicatat dalam Lembar Observasi, dan hasil tes siswa di akhir siklus. Cara pengambilan data (1) dibuat Lembar Observasi untuk mengamati proses pembelajaran, aktivitas guru dan siswa serta cara yang efektif dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC berbasis penemuan, (2) dibuat Lembar Kerja Siswa yang berisi soal cerita yang akan dipecahkan siswa melalui cooperative leraning berbasis penemuan, dan (3) sisa diberi tes di akhir siklus III.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai test antar siklus dengan indikator kerja. Jadi analisis data pada penelitian ini dilakukan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil test di analisis secara kuantitatif berdasarkan prosentase. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis secara kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas VIIB SMP Negeri 1 Tanjungsari kabupaten Lampung Selatan. Jumlah siswa kelas VIIB adalah 31 siswa. Terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan yang umumnya dengan intake/kemampuan sedang. Latar belakang mereka antara lain: (i) berasal dari lingkungan masyarakat yang kesadaran pendidikannya cukup rendah sehingga budaya belajar dilingkungan itu juga rendah, (ii) terlahir dari keluarga yang ekonominya lemah (sebagian besar orang tua mereka adalah petani dan tidak sedikit di antara mereka hanya menggarap sawah milik orang lain), (iii) dukungan belajar dari orang tua sangat rendah, dan (iii) kemampuan menyelesaikan soal cerita cukup rendah.
Tabel 1. Data Rata-rata UH dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIIB Tahun Pelajaran 2015/2016
Unit Kerja SMP N 1 Tanjungsari |
Ulangan Harian Pra-Siklus | |
Rata-rata | % Tuntas Belajar | |
43 | 37,50 |
Deskripsi Siklus I
Pada bagian ini peneliti menyampaikan deskripsi siklus I dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan sampai refleksi. Siklus pertama direncanakan dua kali pertemuan. Materi yang dibahas pada siklus I adalah statistika.
Tabel 2. Pelaksanan Tindakan Siklus 1
No | Tindakan guru | Tindakan siswa | Alat Pembelajaran |
1 | Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok setiap anggota kelompok rata-rata 5- 6 siswa | Melaksanakan untuk membentuk kelompok | Lembar Observasi, Soal- soal ulangan |
2 | Guru membagi tugas materi yang berupa soal | Siswa menerima tugas berupa soal | |
3 | Guru mengamati diskusi dalam kelompok | Siswa dalam kelompok melaksanakan diskusi dengan materi yang sama tentang statistika | |
4 | Hasil diskusi dipresentasikan ditunjuk oleh guru | Siswa melaksanakan presentasi | |
5 | Guru mengadakan evaluasi | Siswa melaksanakan evaluasi |
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer pada setiap pertemuan. Pengamatan lebih difokuskan pada enam komponen yaitu: (1) Keterampilan mengungkapkan apa yang diketahui, (2) Keterampilan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3) Keterampilan mengungkapkan apa yang ditanyakan, (4) Keterampilan mengungkapkan materi statistika, (5) Keterampilan menyelesaikan materi statistika.
Hasil rata-rata nilai secara kuantitatif adalah 12,64. Apabila dikualitatifkan keterampilan berinteraksi terhadap pembelajaran kualifikasi kurang aktif.
Berdasarkan hasil ulangan siklus I dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Rata-rata nilai kelas adalah 59,19
- 21 siswa tuntas belajar (67%), sedangkan 10 siswa tidak tuntas belajar (33%).
- Nilai tertinggi 70 diraih dan nilai terendah 40.
Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan untuk menilai akibat dari perlakuan yang diberikan pada siklus I maka dapat dipaparkan sebagai berikut:
- Rata-rata nilai hasil pengamatan rendah
- Rata-rata nilai hasil ulangan tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal.
- Rata-rata hasil pengamatan rendah, tidak selalu hasil ulangan mencapai ketuntasan minimal.
Berdasarkan hasil tersebut maka perlu diadakan tindakan selanjutnya.
Ketidakberhasilan pada siklus I, disebabkan antara lain:
- Siswa tidak terbiasa dilatih untuk pembelajaran kelompok.
- Pembelajaran tipe CIRC belum dikenal secara umum oleh siswa.
- Materi statistika tidak optimal dipelajari.
Pada pelaksanaan tindakan disiklus II, peneliti membagi kelompok dengan mempertimbangkan hasil siklus I yakni hasil evaluasi melalui ulangan di siklus Iyang mendapat nilai baik akan peneliti tempatkan masing-masing pada kelompok minimal 1 siswa sehingga pada pelaksanaan tindakan pada siklus II di setiap kelompok akan ada siswa yang pandai.
Deskripsi Siklus II
Pada siklus kedua, tindakan yang direncanakan dengan langkah-langkah pembelajaran yang ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 2
No | Tindakan guru | Tindakan siswa | Alat pembelajaran |
1 | Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok setiap anggota kelompok rata-rata 5- 6 siswa | Melaksanakan untuk membentuk kelompok | Lembar Observasi, Soal- soal ulangan |
2 | Guru membagi tugas materi yang berupa soal | Siswa menerima tugas berupa soal | |
3 | Guru mengamati diskusi dalam kelompok | Siswa dalam kelompok melaksanakan diskusi dengan materi yang sama tentang statistika | |
4 | Hasil diskusi dipresentasikan ditunjuk oleh guru | Siswa melaksanakan presentasi | |
5 | Guru mengadakan evaluasi | Siswa melaksanakan evaluasi |
Hasil rata-rata nilai secara kuantitatif adalah 14,44 Apabila dikualitatifkan keterampilan berinteraksi terhadap pembelajaran kualifikasi Aktif. Berdasarkan hasil ulangan siklus II diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Rata-rata nilai kelas menunjukkan nilai 64,35.
- Siswa tuntas belajar sebanyak 25 (80%), sedangkan 6 (20%) siswa tidak tuntas belajar
- Nilai tertinggi 80 diraih dan nilai terendah 50.
Refleksi Siklus II
Refleksi dilakukan untuk menilai akibat dari perlakuan yang diberikan pada siklus II maka dapat dipaparkan sebagai berikut:
- Rata-rata nilai hasil pengamatan sedang
- Rata-rata nilai hasil ulangan tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal.
- Rata-rata hasil pengamatan sedang, tidak selalu hasil ulangan mencapai ketuntasan minimal.
Berdasarkan hasil tersebut maka perlu diadakan tindakan selanjutnya.
Ketidakberhasilan pada siklus II, disebabkan antara lain:
- Siswa sebagian tidak terbiasa dilatih untuk pembelajaran kelompok.
- Pembelajaran tipe CIRC ada sebagian belum dikenal oleh siswa.
- Materi statistika belum optimal dipelajari.
Pada pelaksanaan tindakan disiklus III, peneliti membagi kelompok dengan mempertimbangkan hasil siklus I dan siklus II yakni hasil evaluasi melalui ulangan di siklus I dan siklus II yang mendapat nilai baik akan peneliti tempatkan masing-masing pada kelompok minimal 1 siswa sehingga pada pelaksanaan tindakan pada siklus III disetiap kelompok akan ada siswa yang pandai demikian juga yang berpikir rendah seimbang.
Deskripsi Siklus III
Pada siklus ketiga, tindakan yang dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 3
No | Tindakan Guru | Tindakan Siswa | Alat Pembelajaran |
1 | Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok setiap anggota kelompok rata-rata 5- 6 siswa | Melaksanakan untuk membentuk kelompok | Lembar Observasi, Soal- soal ulangan |
2 | Guru membagi tugas materi yang berupa soal | Siswa menerima tugas berupa soal | |
3 | Guru mengamati diskusi dalam kelompok | Siswa dalam kelompok melaksanakan diskusi dengan materi yang sama tentang statistika | |
4 | Hasil diskusi dipresentasikan ditunjuk oleh guru | Siswa melaksanakan presentasi | |
5 | Guru mengadakan evaluasi | Siswa melaksanakan evaluasi |
Hasil rata-rata nilai secara kuantitatif adalah 17. Apabila dikualitatifkan keterampilan berinteraksi terhadap pembelajaran kualifikasi sangat aktif.
Berdasarkan hasil ulangan siklus III dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Rata-rata nilai kelas adalah 70,96
- 29 siswa tuntas belajar (93%), sedangkan 2 siswa tidak tuntas belajar atau 7%
- Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50.
Refleksi Siklus 3
Refleksi dilakukan untuk menilai akibat dari perlakuan yang diberikan pada siklus III maka dapat dipaparkan sebagai berikut:
- Rata-rata nilai hasil pengamatan sangat aktif
- Rata-rata nilai hasil ulangan mencapai kriteria ketuntasan minimal.
- Rata-rata hasil pengamatan kriteria tinggi, hasil ulangan mencapai ketuntasan minimal, dari kedua hasil tersebut tidak perlu diadakan tindakan lagi.
Pada akhir siklus III dilakukan pengambilan data hasil belajar matematika siswa. Dari 31 siswa kelas VIIB siswa yang dinyatakan memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 29 anak atau sebesar 93%, dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 2 anak atau sebesar 7%. Dari data hasil belajar matematika siswa nilai tertingginya 90. Nilai terendah 50, sedangkan rata-ratanya 70,96 Demikian juga pada aspek keterampilan berpikir siswa juga meningkat menjadi 17 yang termasuk kategori sangat aktif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa (1) melalui Cooperative Learning tipe CIRC dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VIIB SMP N 1 Tanjungsari dalam menyelesaikan soal-soal cerita. (2) melalui Cooperative Learning tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP N 1 Tanjungsari dalam menyelesaikan soal-soal cerita.
Beberapa saran yang diberikan peneliti adalah:
- Siswa dapat belajar lebih menyenangkan melalui kerjasama kelompok
- Guru harus kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode-metode belajar agar hasil belajar siswa meningkat.
- Salah satu inovasi bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar matematika dan meningkatkan keterampilan siswa dengan menerapkan tipe CIRC dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Suyitno, A. 2001. Meminimalkan Kesalahan Mengerjakan Soal pada siswa kelas VIII SMP 9 Semarang Melalui Model Pembelajaran Problem Posing. Laporan Penelitian Program ASD. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Boediono & Yulaewati, E. 1999. Penyusunan Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Balitbang Dikbut. Oktober tahun ke 5, No. 019.
Boediono, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Ennggen & Kauchack. 1998. Strategies For Teachers. Teaching Content and Thinking Skills, New Jersey; Prentice Hall.
Pujiastuti, E. 2002, Penerapan Pengajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) dalam Mata Pelajaran Matematika di SMP sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Laporan Penelitian Dosen Muda. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Johnson, DW dan Johnson, RT. 1994. Learning together and alone: Cooperative, and individualistic learning. Boston: Allyn dan Bacon.
Engglish, L. D. 1995, Mathematies Education- Models and Processes. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Nur, M. 1999, Pengajaran Berpusat kepada siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa.