PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN

KELAS IV SDN 5 KUTUKAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Immam Ghufron

Guru Kelas IV SDN 5 Kutukan, Kec. Randublatung, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa Kelas IV SDN 5 Kutukan tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan di Kelas IV SDN 5 Kutukan. Penelitian ini berlangsung pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini 24 anak. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik non tes. Alat pengumpulan data adalah butir soal dan lembar pengamatan. Validasi data penelitian ini adalah triangulasi sumber. Analisis data penelitian ini adalah deskriptif komparatif. Hasil penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa Kelas IV SDN 5 Kutukan tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Hasil Belajar, Keaktifan Siswa, Tumbuhan.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan wahana pertama dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah dipastikan menjadi sasaran dalam pendidikan. Untuk itu, pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah atau sering disebut dengan istilah Tri Pusat Pendidikan. Dengan demikian, pendidikan harus memiliki arah dan tujuan yang jelas. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator, motifator dan mediator harus bisa memberi pelayanan yang terbaik kepada semua lapisan masyarakat, terutama kepada anak didiknya.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada menghafal konsep, bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Biasanya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi dan monoton. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, sehingga siswa menjadi pasif dan minat serta keterampilan belajar siswa menjadi kurang.

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa tidak lepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran dan penggunaan alat peraga yang tepat agar siswa tidak merasa bosan dan lebih bersifat aktif, sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. Masalah berikutnya adalah ketika guru kurang mampu menerapkan model-model pembelajaran serta guru tidak mengaktifkan pengamatan/konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep baru.

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui model pembelajaran ilmiah, seperti observasi dan inkuiri serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010: 136). Berkaitan dengan hal tersebut di atas, di dalam pembelajaran IPA, kenyataan yang dihadapi siswa SD banyak mengalami kesukaran yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Misalnya, siswa belum mampu menyebutkan bagian-bagian tumbuhan secara benar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran kurang dan tingkat penguasaan siswa masih rendah.

Dari hasil evaluasi siswa kelas IV SDN 5 Kutukan, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Tahun Pelajaran 2016/2017 pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan, banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu sebesar 65. Dari hasil ulangan tersebut diperoleh rata-rata kelas sebesar 55. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan, hasil belajar yang diperoleh masih rendah. Hal itu terjadi karena model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan belum sesuai. Akibatnya siswa belum memahami konsep struktur dan fungsi bagian tumbuhan yang disampaikan oleh guru.

Agar pembelajaran IPA dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh serta mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka guru harus dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi di kelas, maka penulis akan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

Sanjaya (2008: 196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Hasil penelitian Erni Wahyuni (2012) menyatakan model pembelajaran inkuiri meningkatkan hasil belajar IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi bagian-bagian tumbuhan. Hasil belajar adalah sebelum menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan nilai rata-rata sebesar 60,30 dan setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan nilai rata-rata sebesar 60,44. Sesuai dengan analisis data dengan Uji Mann Whietney dan Paired Sample Test, hasil belajar meningkat secara signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti sebagai Guru Kelas IV melakukan tindakan dalam pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri. Tindakan tersebut diharapkan meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa Kelas IV SDN 5 Kutukan tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SDN 5 Kutukan, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan September tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada pelajaran IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan.

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN 5 Kutukan, sebanyak 24 anak, terdiri dari 11 perempuan dan 13 laki-laki. Subjek penelitian merupakan sumber data utama atau data primer. Sedangkan data sekunder adalah hasil pengamatan oleh rekan sejawat.

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes. Sedangkan alat pengumpulan data penelitian ini adalah butir soal dan lembar pengamatan. Validasi data penelitian ini adalah triangulasi sumber. Analisis data penelitian ini adalah deskriptif komparatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran pada Prasiklus menggunakan buku teks sebagai sumber belajar dan guru menjelaskan materi. Pembelajaran semacam ini menjadikan keaktifan siswa menjadi rendah. Hal tersebut tampak dari suasana kelas yang ramai dan gaduh, tidak memperhatikan penjelasan guru dan bercanda dengan teman di sekitarnya. Selain itu, tentu saja hasil belajar juga rendah. Hasil analisis nilai ulangan harian adalah nilai rata-rata sebesar 55, nilai terendah sebesar 40 dan nilai tertinggi sebesar 70. Sedangkan ketuntasan sebesar 25% dimana hanya 6 siswa yang tuntas dengan nilai di atas KKM dari keseluruhan 24 siswa.

Penggunaan model pembelajaran inkuiri pada Siklus I menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Sedangkan pada Siklus II menggunakan video sebagai media pembelajaran dan daun sebagai model. Urutan pembelajaran tersebut adalah 1) bertanya-jawab tentang kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan bagian tumbuhan, 2) menjelaskan bagian tumbuhan, 3) pada Siklus I menggunakan gambar sebagai media pembelajaran dan pada Siklus II menggunakan video sebagai media pembelajaran dan daun sebagai model, 4) membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, 5) melakukan pengamatan, 6) membuat laporan hasil pengamatan, 7) melakukan presentasi di depan kelas secara bergantian, 8) memberikan tanggapan dan pertanyaan, 9) menyimpulkan.

Keaktifan dan hasil belajar pada Siklus I adalah keaktifan sebesar 75%, perhatian sebesar 79%, keberanian sebesar 67% dan semangat sebesar 79%, sedangkan hasil belajar adalah nilai rata-rata sebesar 69, nilai terendah sebesar 40 dan nilai tertinggi sebesar 90.

Keaktifan dan hasil belajar pada Siklus II adalah keaktifan sebesar 87,5%, perhatian sebesar 83%, keberanian sebesar 79% dan semangat sebesar 87,5%, sedangkan hasil belajar adalah nilai rata-rata sebesar 77,5, nilai terendah sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 100.

Pembelajaran pada Prasiklus belum menggunakan model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran menggunakan buku teks sebagai sumber belajar dan guru menjelaskan materi. Oleh karena itu, keaktifan dan hasil belajar siswa menjadi rendah.

Sesuai dengan tindakan, pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri. Pada Siklus I, pembelajaran menggunakan gambar dan contoh tanaman. Sedangkan pada Siklus II menggunakan media video dan contoh daun.

Analisis terhadap keaktifan dan hasil belajar sebagai berikut:

 

Grafik 1. Keaktifan pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.

Sesuai dengan Grafik 1 di atas, keaktifan siswa semakin meningkat. Hasil analisis, persentase rata-rata pada Prasiklus sebesar 43,75%. Pada Siklus I, persentase rata-rata sebesar 75% dan pada Siklus II, persentase rata-rata sebesar 84,25%. Keaktifan, perhatian dan keberanian mengalami peningkatan yang optimal. Sedangkan semangat termasuk cukup tinggi, namun demikian mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, keaktifan meningkat pada setiap siklusnya dan pada Siklus II meningkat secara optimal.

Menurut Diedrich (dalam Nasution, 2000), keaktifan meliputi: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities dan emotional activities. Beberapa atau keseluruhan keaktifan tersebut terpenuhi bilamana pembelajaran menggunakan strategi tertentu yang tepat dengan tujuan pembelajaran. Salah satu strategi yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri. Hal tersebut juga terbukti dalam penelitian ini, dimana keaktifan siswa mengalami peningkatan.

Grafik 2. Hasil belajar pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.

Sesuai dengan Grafik 2 di atas, hasil belajar semakin meningkat. Hasil analisis, nilai rata-rata pada Prasiklus sebesar 55, nilai rata-rata pada Siklus I sebesar 69 dan nilai rata-rata pada Siklus II sebesar 77,5, kemudian ketuntasan pada Prasiklus sebesar 25%, ketuntasan pada Siklus I sebesar 67% dan ketuntasan pada Siklus II sebesar 87,5%.

Hasil penelitian Erni Wahyuni (2012) menyatakan model pembelajaran inkuiri meningkatkan hasil belajar IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi bagian-bagian tumbuhan. Sebelum perlakuan, hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 60,30. Setelah perlakuan, hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 60,44. Hasil belajar meningkat dari 60,30 menjadi 60,44, namun uji statistik menyatakan peningkatan tersebut adalah signifikan.

Hasil penelitian Erni Wahyuni (2012) relevan dengan hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini adalah hasil belajar meningkat dan memenuhi indikator kinerja. Nilai rata-rata meningkat dan memenuhi indikator kinerja pada Siklus I, yaitu nilai rata-rata sebesar 69 yang lebih besar daripada KKM sebesar 65. Namun ketuntasan pada Siklus I hanya sebesar 67% yang tidak memenuhi ketuntasan minimal sebesar 75%. Pada Siklus II, nilai rata-rata dan ketuntasan memenuhi indikator kinerja, yaitu nilai rata-rata sebesar 77,5 dan ketuntasan sebesar 87,5%.

Tindakan dalam pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri meningkatkan hasil belajar IPA. Peningkatan tersebut sesuai dengan nilai rata-rata dan ketuntasan yang memenuhi indikator kinerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti benar dan tujuan penelitian tercapai.

PENUTUP

Simpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar. Keaktifan siswa meningkat dari 43,75% (Prasiklus) menjadi 75% (Siklus I), kemudian menjadi 84,25% (Siklus II). Hasil belajar meningkat dari nilai rata-rata sebesar 55 dan ketuntasan sebesar 25% (Prasiklus) menjadi nilai rata-rata sebesar 69 dan ketuntasan sebesar 67% (Siklus I), kemudian menjadi nilai rata-rata sebesar 77,5 dan ketuntasan sebesar 87,5% (Siklus II).

Saran dalam penelitian ini adalah 1) siswa hendaknya tidak takut untuk mencari informasi sendiri sesuai dengan hasil pengamatan, 2) guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan kemampuan siswa serta menggunakan alat peraga dan 3) sekolah hendaknya melengkapi alat peraga yang menunjang kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha dkk. 2008. Materi Pokok Metode Penelitian; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Muhsetyo, Gatot dkk. 2008. Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2008. Materi Pokok Perkembangan Peserta Didik; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

Wahyuni, Erni. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian-Bagian Tumbuhan di Kelas IV SDN Kepunduan Kecamatan Dubupuntang Kabupateng Cirebon. Cirebon: Skripsi Jurusan Pendidikan IPA-Biologi IAIN Syekh Nurjati.

Wardhani, I GAK dan Wihardit, Kuswaya. 2008. Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

Winataputra, Udin dkk. 2008. Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran; 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

http://www. whandi. net/2007/05/16/pengertian-belajar-menurut-ahli

http://www. ainamulyana. blogspot. co. id/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor. html

http://www. education-mantap. blogspot. co. id/2010/08/sejarah-pembelajaran-kontekstual. html

http://www. ichaledutech. blogspot. com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian. html

http://www. kompasiana. com/delupingge/masa-anak-perkembangan-kognitif_54f602d9a33311e6058b47c7