Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Merencanakan Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis
MENINGKATKAN KINERJA GURU
DALAM MERENCANAKAN PEMBELAJARAN
MELALUI SUPERVISI KLINIS
DI SD NEGERI SUMOGAWE 01 KECAMATAN GETASAN
KABUPATEN SEMARANG PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sunarmi
SD Negeri Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran melalui supervise klinis di SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yaitu penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah, dengan penekanan pada peningkatan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran.Subyek penelitian adalah guru SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarangyang berjumlah10 orangguru. Teknik pengumpulan data dengan lembar pengamatan. Teknik analisis data digunakan analisis deskriptif komparatif, artinya kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran awal dibandingkan dengan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran pada siklus I dan II setelah melalui supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah. Dari peningkatan skor kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran setiap siklus dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan kepala sekolah dan reaksi serta hasil kinerja guru. Supervisi Klinis terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran hal ini ditunjukan dengan persentase ketuntasan yang meningkat, dari rerata nilai 3,67 atau 73,4% pada siklus I, kemudian meningkat pesat menjadi rerata nilai 4,36 atau 87,2%pada siklus II. Hasil penelitian tindakan sekolah dapat disimpulkan bahwa supervise klinis dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran di SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Kata kunci: kinerja guru, supervisi klinis
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penilaian kinerja merupakan alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja guru, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan guru. Penilaian kinerja dapat dianggap sebagai alat untuk memverifikasi bahwa guru memenuhi standar kinerja yang telah ditetapkan.
Problematika dalam nenyusun perencanaan pembelajaran terindikasi dalam tiga faktor, yakni: 1) motivasi kerja yang rendah; 2) kurangnya disiplin kerja; 3) supervisi yang belum tepat sasaran
Problem pertama, tetang motivasi kerja yang rendah. Guru dalam menyusun rencana pembelajaran belum sepenuh hati dan asal-asalan, ada juga yang copy paste,bahkan masih ada yang dalam pembelajaran tanpa persiapan apapun. Padahal guru dituntut untuk mampu menyampaikan misi dan visi sekolah kepada masyarakat secara luas. Guru harus memiliki kompetensi profesi yang meliputi; 1) menguasai landasan kependidikan, 2) menguasai bahan pengajaran, 3) menyusun program pengajaran, 4) melaksanakan program pengajaran, 5) menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Kompleksitas semacam itulah yang menyebabkan malas, menakutkan dan membosakan dalam menyusun rencana pembelajaran.
Problem kedua kurangnya disiplin kerja. Kenyataan di lapangan menguatkan bahwa sebagian besar guru kurang disiplin menyususun rencana pembelajaran sendiri, menganggap asal ada rencana pembelajaran (RPP), bahkan ada yang beli dari toko buku. Sementara itu ada anggapan masih adanya guru-guru yang belum melaksanakan tugas sesuai tanggung jawabnya, bahkan ada guru yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Mereka cenderung melakukan tugas rutin menyampaikan materi, tanpa memperdulikan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP.
Peningkatan kompetensi guru dalam merencanakan pembelajaran dapat berhasil dengan maksimal,diperlukan adanya informasi yang aktual tentang kondisi kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran. Selain itu perlu juga untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu dilakukan penelitian tindakan oleh kepala sekolah.
Kinerja guru dikatakan memiliki kriteria yang baik bila guru tersebut dapat melaksanakan kewajibannya sebagai guru. Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan kewajiban guru antara lain:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademi dan kompetensi secara berkelanjutan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Problem ketiga, supervisi yang belum tepat sasaran. Sebagian kepala sekolah disinyalir enggan mengadakan supervisi karena dianggap hanya akan menambah beban saja. Beban yang dimaksud berkaitan dengan tugas supervisi. Suatu hal yang pantas dipahami jika kepala sekolah enggan melakukan, sebab tugas supervisi bukanlah hal yang menyenangkan apa lagi kalau menjumpai guru yang monotun.
Problema-problema di atas menjadi kendala bagi keberhasilan menyusun rencana pembelajaran. Hal ini kemungkinan belum efektifnya pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang, sehingga mereka cenderung membuat perencanaan pembelajaran apa adanya. Karena itu, supervisi klinis diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut sehingga para guru mampu membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan dan mampu bersaing dengan sekolah lain.
Dengan adanya supervisi klinis, maka atasan dapat mengetahui kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan guru dalam menjalankan tugasnya, selanjutnya dapat dilakukan bimbingan penyusunan RPP atau mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru tersebut, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan RPP. “Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengajaran yang baik†(Depdiknas, 2000: 131).
Salah satu jenis supervisi yang dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru SD adalah supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru. Jenis supervisi klinis ini merupakan bantuan profesionalisme yang diberikan secara sistematik kepada guru berdasarkan kebutuhan guru tersebut dengan tujuan membina guru serta meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Terdorong oleh fenomena seperti itulah penulis mengangkat persoalan ini sebagai topik karya tulis. Dalam pembahasan ini penulis mengajukan kiat: Meningkatkan Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis di SD Negeri Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015. Penulis berharap agar kiat ini dapat memberikan sumbangan berharga bagi peningkatan kinerja guru.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran di SD Negeri Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang ?
Tujuan Penelitian
Berpedoman pada butir masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menemukan kiat yang efektif untuk meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
2. Menemukan kiat supervisi klinis yang tepat sehingga membantu guru memecahkan masalah dalam membuat rencana pembelajaran.
3. Membantu kepala sekolah mengatasi kejenuhan saat menyupervisi guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Yang pada dasarnya penelitian ini untuk meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran melalui supervisi klinis di SD N Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Kajian dalam penelitian ini bermanfaat,baik bagi kepala sekolah guru,maupun sekolah.Manfaat yang diperoleh antara lain:
1. Bagi kepala sekolah adalah merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam memecahkan berbagai masalah di sekolah melalui kegiatan penelitian.
2. Bagi guru dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan kinerjanya dalam merencanakan pembelajaran. Adapun manfaat yang bisa dipetik oleh guru antara lain:
- Menyusun rencana pembelajaran menjadi kegiatan yang menyenangkan seperti layaknya orang bermain.
- Guru akan terbantu,dan termotivasi dalam mengorganisasikan gagasan melalui supervisi klinis.
- Guru akan menyadari bahwa merencanakan pembelajaran tidak sulit, dan kewajiban yang menyenangkan.
3. Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Pemrosesan Informasi Psikologi Kognitif
Untuk menemukan kiat yang tepat dalam menyusun rencana pembelajaran, diperlukan landasan teori yang kuat agar kiat yang diajukan nanti memenuhi kriteria kebenaran logis. Berkaitan dengan hal itu, perlu dilakukan tinjauan psikis guru pada saat menyusun rencana pembelajaran.
Ada beberapa teori dari berbagai aliran Psikologi yang bisa dijadikan landasan. Namun, teori yang paling sesuai dengan menyusun rencanaan pembelajaran adalah teori pemrosesan informasi dari Psikologi kognitif. Oleh karena itu, aliran Psikologi kognitif inilah yang akan dijadikan landasan teori dalam penelitian ini.
Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini.
Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak.
Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemprosesan/pengolahan informasi didasarkan pada teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa. Pemrosesan/pengolahan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model tersebut berkenan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum.
Kinerja Guru
Zulfiati Sjahrial (2001:71) mendefinisikan bahwa “Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya.†Lebih operasional lagi yang dikemukakan oleh Sukari (2001:52) yang menjelaskan bahwa “Kinerja widyaiswara adalah kemampuan widyaiswara selaku pengajar dalam membuat rencana pengajaran,.†Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya yang berupa merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan melaksanakan hubungan antar pribadi.
Pekerjaan guru, dapat dikategorikan sebagai suatu pekerjaan yang profesional, karena memerlukan pendidikan tertentu dan pelatihan tinggi. Pendidikan khusus diperlukan untuk memperoleh dasar pengetahuan yang memadai dan latihan diperlukan untuk mendapatkan keterampilan. Pekerjaan guru ini juga dipegang oleh orang-orang yang mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan oleh sifat dari pekerjaan guru itu sendiri.
Pekerjaan guru tidak dapat dilepaskan dari prosedur atau cara kerja dan kondisi kerja, karena pekerjaan guru juga dilakukan dalam suatu organisasi kerja. Berdasarkan kompetensi yang disyaratkan pada guru, maka prosedur kerja yang ada dalam pekerjaan guru mencakup mengajar, menilai, dan membimbing siswa. Sedangkan kondisi kerja dari pekerjaan guru mencakup rasa aman yang diterima dari pekerjaan guna status pekerjaannya di masyarakat, tantangan pekerjaan dan kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang individunya dari profesi tersebut.
Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah. Menurut Shapero dalam Ibrahim Bafadal (2003:4), guru yang unggul (the excellent teacher) merupakan critical resource in any excellent teaching learning activities. Sedangkan menurut Griffiths dalam Ibrahim Bafadal (2003:4), “… a school system is only as good as the people who make itâ€. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada tingkat profesionalisme guru. Jadi, di antara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran di sekolah ada sebuah komponen yang paling esensial dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu guru.
METODE PENELITIAN
Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Subjek Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini sebagai subyek penelitian adalah guru kelas dan guru bidang studi di SD Negeri Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang.yang berjumlah 9 guru yang terdiri dari 6 guru kelas, 3 guru mata pelajaran, yaitu 3 guru Pendidikan Agama dan 1guru Penjas Orkes.
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian tindakan sekolah adalah SD Negeri Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang.
Dipilihnya lokasi ini karena aktivitas keseharian peneliti berdinas di SD tersebut. Sejak sekolah ini berdiri keberadaannya tetap eksis. Hal ini tidak lain karena didukung oleh animo masyarakat sekitar dan komite yang selama ini berjalan masih baik dan selalu mendukung program-program sekolah.
Berdasarkan data yang ada di SD Negeri Sumogawe 01 dilihat dari rekapitulasi jumlah siswa dan kualifikasi pendidik cukup baik. Siswa kelas I s.d kelas VI pada bulan Juli 2014 sebanyak 208 siswa. Berdasarkan data yang ada, sekolah dipimpin oleh satu kepala sekolah dan dibantu oleh 6 guru kelas, 5 guru mapel, serta 1 penjaga sekolah dan 1 petugas perpustakaan. Guru berstataus PNS 9 guru,dan berstatus Wiyata Bakti terdapat 1 guru. Latar belakang berpendidikan guru, semua sarjana S1 Pendidikan.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian tindakan sekolah dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014, yaitu pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 di SD Negeri Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang.
Teknik Pengumpulan Data
Pendekatan dalam penelitian ini, adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Tujuan utama PTS untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah yang berada di dalam binaan pengawas sekolah. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus sebagai jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan Sekolah (PTS). Mulyasa (2004:2) menyatakan bahwa penelitian tindakan sekolah adalah penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan pertemuan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya guru, sehingga mutu pendidikan dapat meningkat. Batasan Action Research sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau masyarakat agar lebih efektif dan efisien. Di dalamnya terdapat dua kata kunci pokok yaitu pemecahan masalah dan peningkatan kinerja sistem.
Teknik Pengmpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian dapat tercapai.
Berorientasi pada judul penelitian, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan metode observasi dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Realita yang ada di SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa kinerja guru merencanakan pembelajaran belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, merencanaan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, merencanakan penilaian prestasi siswa, hal ini dilakukan melalui kegiatan supervisi untuk mengamati proses penyusunan RPP secara langsung.. Penugasan yang diberikan setelah supervisi pada hari Senin, 28 Juli 2014 ternyata, banyak ditemukan kelemahan-kelemahan dalam menyusun rencana pembelajaran, tidak memuaskan sehingga sebagian besar guru memiliki nilai kurang dari cukup. Dari 9 guru,yang mencapai nilai Cukup 3 orang guru, atau 30%.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus I
Dari 5 indikator penilaian kinerja guru yaitu merencanakan pengajaran pada siklus I, belum sesuai dengan kaidah pada aspek penilaian. Pencapaian nilai merencanakan pembelajaran oleh 9 guru melalui supervisi klinik rata-rata mendapat nilai 3,67 termasuk dalam katagori Cukup.
Berdasarkan hasil tindakan kepala sekolah melalui supervisi model klinis terhadap kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran siklus I belum dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini karena guru belum mengutarakan permasalahan secara menyuluruh terhadap kesulitan yang dihadapi dalam merencanakan pembelajaran. Masih terdapat 7 guru yang belum tuntas dalam kinerjanya merencanakan pembelajaran karena masih mendapat skor di bawah 4 sehingga pelaksanakan tindakan kepala sekolah melalui supervisi klinis masih perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Dari 5 indikator penilaian kinerja guru yaitu merencanakan pengajaran pada siklus II yang telah disusun oleh guru, sudah sesuai dengan kaidah pada aspek penilaian. Pencapaian nilai perencanaan pengajaran oleh 9 orang guru dalam pembelajaran rata-rata mendapat nilai 4,44 termasuk dalam kategori Baik.
Berdasarkan hasil tindakan kepala sekolah melalui supervisi model klinis terhadap kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran siklus II sudah dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini karena guru sudah dapat mengutarakan permasalahan secara menyuluruh terhadap kesulitan yang dihadapi dalam merencanakan pembelajaran. Sebagian besar guru tuntas dalam kinerjanya merencanakan pembelajaran, walaupun masih terdapat 2 guru yang dinilai belum tuntas dalam merencanaakan pembelajaran yang dikarenakan umur yang sudah menjelang pensiun sehingga produktivitas guru tersebut menurun. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanakan tindakan kepala sekolah melalui supervisi klinis dianggap efektif untuk meningkatkan kinerja guru merencanakan pembelajaran.
Pembahasan Tiap dan Antar Siklus
Berdasarkan hasil pantauan dan evaluasi terhadap kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada siklus I telah menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding sebelum diberi tindakan melalui supervisi klinis, tetapi secara global belum menunjukkan ketuntasan dalam merencanakan pembelajaran, karena dari 9 guru masih terdapat 7 guru yang belum tuntas dalam merencanakan pembelajaran.
Kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran pada siklus I yang belum tuntas dapat diketahui dari kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar, guru belum memahami betul dalam merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam merumuskan tujuan, menentukan metode, menentukan langkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa. Dalam merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran sebagian guru belum berpedoman pada bahan pengajaran yang tercermin dalam KTSP, kurang tepat bahan sesuai dengan karakteristik siswa, dan dalam menyusun bahan pengajaran belum sesuai dengan taraf kemampuan berpikir siswa. Guru dalam merencanakan pengelolaan kelas belum tepat dalam menentukan macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional, alokasi penggunaan waktu belajar mengajar ada yang belum sesuai, dan dalam menentukan cara pengorganisasian siswa belum seluruhnya terlibat secara efektif dalam KBM. Dalam merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, guru belum optimal pengembangan alat pengajaran, media pengajaran, dan menentukan sumber pengajaran. Dalam merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, guru dalam menentukan bentuk dan prosedur penilaian belum jelas, demikian juga dalam membuat alat penilaian hasil belajar.
Pelaksanaan tindakan siklus II, melalui supervisi klinis yang diberikan secara berulang-ulang dengan memahami kelemahan guru dalam merencanakan pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut ditunjukkan guru sudah dapat memahami betul dalam merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam merumuskan TPK, menentukan metode, menentukan langkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa. Dalam merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran hampir seluruh guru berpedoman pada bahan pengajaran yang tercermin dalam KTSP, sudah tepat bahan sesuai dengan karakteristik siswa, dan dalam menyusun bahan pengajaran sudah sesuai dengan taraf kemampuan berpikir siswa. Guru dalam merencanakan pengelolaan kelas sudah tepat dalam menentukan macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional, alokasi penggunaan waktu belajar mengajar sudah sesuai, dan dalam menentukan cara pengorganisasian siswa sudah terlibat secara efektif dalam KBM. Dalam merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, sebagian besar guru sudah optimal pengembangan alat pengajaran, media pengajaran, dan menentukan sumber pengajaran. Dalam merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, guru dalam menentukan bentuk dan prosedur penilaian sudah jelas, demikian juga dalam membuat alat penilaian hasil belajar.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi klinis dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran di SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengajaran yang baikâ€. Dengan supervisi klinis guru semakin mampu mengelola proses pembelajaran secara inovatif, efektif, efisien. Proses pembelajaran efektif mencapai tujuan pembelajaran dan menggunakan sarana dan prasarana atau sumber daya yang efisien.
Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rerata Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanakan Pembelajaran pada Awal, Siklus I dan Siklus II
No |
Aspek yang Dinilai |
Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|
PERENCANAAN PENGAJARAN (LPKG 1) |
|
|
|
A |
Merencanakan Pengelolaan Pembelajaran |
2,80 |
3,75 |
4,55 |
B |
Merencanakan Pengorganisasian Materi Pelajaran |
3,00 |
3,60 |
4,47 |
C |
Merencanakan Pengelolaan Kelas |
2,97 |
3,57 |
4,27 |
D |
Merencanakan Penggunaan Alat dan Metode |
2,93 |
3,70 |
4,10 |
E |
Merencanakan Penilaian |
2,90 |
3,75 |
4,40 |
|
Nilai Rata-rata |
2,92 |
3,67 |
4,36 |
|
Dalam persen |
58,4% |
73,4% |
87,2% |
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa hasil yang perolehan dari skor awal 2,92 atau 58,4% siklus I skor 3,67 atau 73,4% ke siklus II skor 4,36 atau 87,2%. Kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran meningkat guru lebih kreatif dan inovatif dari kategori cukup menjadi baik. Atau secara kualitatif perencanaan pembelajaran terjadi peningkatan yang signifikan.
PENUTUP
Dari kajian terhadap sumber pustaka untuk mendapatkan kebenaran logis, dan dari tindakan untuk mendapatkan kebenaran empiris, diperoleh simpulan dan saran yang akan dipaparkan berikut ini:
Simpulan
Dari kajian dan tindakan yang dilakukan dalam supervisi klinis, dapat diinformasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada dasarnya setiap guru memiliki ide (gagasan) untuk diungkapkan dalam menyusun rencana pembelajaran, tetapi mereka mengalami kesulitan dalam proses curah gagasan. Mereka memerlukan pertolongan untuk membantu mengungkapkan gagasan tersebut. Pertolongan yang dapat diberikan adalah dengan Supervisi Klinis untuk menyusun Kerangka Rencana Pembelajaran terlebih dahulu. Kerangka Rencana Pembelajaran akan berfungsi sebagai pembangkit kinerja guru sehingga mereka akan mengetahui teknik yang tepat untuk mengungkap gagasan-gagasanya. Supervisi klinis dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran SD Negeri Sumogawe 01,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang.
2. Supervisi Klinis sebagai outline terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran hal ini ditunjukan dengan persentase ketuntasan yang meningkat, dari rerata nilai 2,92 atau 58,4% sebelum tindakan, ada peningkatan menjadi rerata nilai 3,67 atau 73,4% pada siklus I, kemudian meningkat pesat menjadi rerata nilai 4,36 atau 87,2% pada siklus II.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Dengan adanya efektifitas supervisi klinis terhadap kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran di SD Negeri Sumogawe 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, maka dapat memberikan petunjuk pada pihak yang terkait agar mampu serta lebih memperhatikan faktor supervisi klinis yang dilaksanakan kepala sekolah, agar kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran meningkat dan lebih baik.
2. Dengan telah terbuktinya hipotesis tindakan yang berbunyi: “Supervisi klinis dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran dengan indikator ketercapian kinerja mendapat skor 4 (empat) dalam kategori Baikâ€, maka hasil penelitian ini dapat berguna sebagai petunjuk perlunya supervisi klinis yang sesuai dalam kaitannya dengan kinerja guru merencanakan pembelajaran. Dengan demikian guru perlu meningkatkan kreativitasnya dalam supervisi yang disampaikan kepala sekolah melalui supervisi klinis sehingga kegiatan belajar dapat lebih jauh terarah dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Saran
Berdasar pengalaman penulis selama melakukan penelitian, dimulai dari rancangan, studi pustaka dan pada saat supervisi klinis, baik siklus I maupun siklus II, maka dapat disarankan hal-hal berikut ini.
1. Supervisi seyogyanya didasarkan pada teori psikholoqi kognitif, yang menempatkan kepala sekolah sebagai supevisor adalah pemroses informasi yang aktif. Dalam hal ini merupakan refleksi kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran melalui supervisi klinis.
2. Supervisi klinis hendaknya bersifat pembimbing terhadap guru pada saat curah gagasan berlangsung. Kepala sekolah hendaknya menghindari supervisi yang bersifat mencari kelemahan.
3. Supervisor hendaklah mampu memberikan tauladan sebagai wujud nyata dari motivasi, sehingga diharapkan guru akan termotivasi untuk secara bersama-sama meningkatkan kinerjanya dalam merencanakan pembelajaran.
4. Guru dan peneliti dapat memecahkan problem pendidikannya secara cermat karena kesamaan tujuan akhir penelitian. Oleh sebab itu, PTS seperti ini dapat ditingkatkan pelaksanaanya dalam berbagai kesempatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan Nasional, 2011. LPPKS, Penelitian Tindakan Sekolah, Surakarta, Juli 2011
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Depdiknas.
Dimyati Mahmud. 1989. Pikhologi Kognitif yang dikemukakan Jean Piaget, Psikologi Kognitif.
Ibrahim Bafadal. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru, Jakarta: Bumi Aksara.
Moh. Uzer Usman, 2006, Menjadi Guru Professional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad Ali. 2006. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
E. Mulyasa, 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya..
Ngalim Purwanto, 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta, 1999. Supervisi Pendidikan Untuk Meningkatkan Kinerja Guru. Jakarta: Depdikbud.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Modul pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Rayon 13 Surakarta..