MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DI SMP NEGERI 4 SATAP KUSAN HILIR

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

 

Darwanto

SMPN 4 Satap Kusan Hilir

 

ABSTRAK

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Sekolah dengan lama tindakan 2 siklus. Penelitian tindakan sekolah ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peran kepala sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian ini dirumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana langkah-langkah supervisi akademik berkelanjutan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di SMP Negeri 4 Satap Kusan Hilir, 2) Apakah dengan supervisi akademik berkelanjutan dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran di SMP Negeri 4 Satap Kusan Hilir dan 3) Apakah dengan supervisi akademik berkelanjutan dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di SMP Negeri 4 Satap Kusan Hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran mengalami peningkatan. Pada siklus I kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran sebesar 77%, dan pada siklus II sebesar 92%%. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 15%. Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I sebesar 69%. Kemudian pada siklus II sebesar 84,62%. Dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 15,62%.Beberapa rekomendasi yang perlu dipertimbangkan khususnya bagi Kepala Sekolah antara lain dalam melakukan supervisi akademik harus mampu membimbing guru agar dapat memberikan tugas terstruktur dan guru mampu dalam melakukan analisis hasil penilaian untuk menentukan tindak lanjut. Bagi guru, antara lain: (1) Guru dapat merencanakan pembelajaran secara efektif, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, (2) Guru harus mampu memilih sumber belajar/media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, (3) Guru harus mampu memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, (4) Guru harus mampu menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan danm hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.

Kata Kunci:    Supervisi Akademik, Merencanakan Pembelajaran, Melaksanakan Pembelajaran, dan Kinerja Guru.

 

Pendahuluan

Pendidikan merupakan aspek penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya pendidikan persekolahan. Esensi sebuah pendidikan persekolahan adalah proses pembelajaran. Tidak ada kualitas pendidikan persekolahan tanpa kualitas pembelajaran. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan persekolahan dapat dianggap kurang berguna bilamana belum menyentuh perbaikan proses pembelajaran. Baik buruknya Proses pembelajaran sangat tergantung kepada profesionalisme guru.

Guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan. Tinggi rendahnya mutu hasil belajar siswa banyak tergantung pada kemampuan mengajar guru. Apabila guru memiliki kemampuan mengajar yang baik, maka akan membawa dampak peningkatan belajar yang baik.

Tinggi rendahnya kemampuan mengajar guru sebagai prasyarat untuk keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, kepemimpinan kepala sekolah, pembinaan/supervisi kepala sekolah, iklim sekolah, kinerja para guru maupun sarana dan prasarana sekolah. Kinerja guru merupakan as­pek penting dalam mewujudkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Dengan berlandaskan pada peraturan tersebut maka seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan akademik. Dengan demikian, berarti esensi supervisi akademik adalah bagaimana seorang kepala sekolah membantu guru dalam mengembangkan kemampuan profesional guru.

Apabila kegiatan supervisi kepala sekolah dilakukan secara efektif, maka akan membangun semangat kinerja semakin meningkat. Danim dan Suparno (2009:144) mengatakan bahwa kepala sekolah umumnya menjadi kunci figur penjelmaan demokrasi dan demokratisasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran disekolahnya. Kepala sekolah juga menjadi administrator dan supervisor yang baik. Sebagai seorang administrator diharapkan kepala sekolah dapat menciptakan suasana yang demokratis agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Berdasarkan rumusan hasil studi menunjukkan betapa penting peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam rumusan tersebut yaitu: 1) kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah, 2) kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar (Wahjosumidjo, 2013:83).

SMP Negeri 4 Kusan Hilir Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu sekolah satu atap yang berdiri sejak 2006. Saat ini SMPN 4 Kusan Hilir memiliki 7 rombel dan 13 guru yang terdiri dari 11 PNS dan 2 PTT. Dari 13 guru terdapat 2 guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang kualifikasi pendidikannya.

Berdasarkan beberapa persoalan tersebut di atas, peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memiliki sebuah keyakinan bahwa permasalahan yang muncul dari aspek guru harus segera diselesaikan minimal dapat dikurangi kekurangan yang ada. Sehingga peneliti berkeyakinan pula bahwa dengan bimbingan yang tepat dan berkesinambungan khususnya kegiatan supervisi akademik serta pemberian reward dan punishment yang tepat akan sangat membantu guru-guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai pendidik dan pengajar secara optimal.

Hasil penelitian Siti Ulfah (2013) dengan judul penelitian “ Hubungan antara Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru SMP Negeri Wilayah Selatan Kabupaten Tabalong”, menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru SMP negeri wilayah selatan Kabupaten Tabalong.

Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti memfokuskan masalah penelitian ini pada bagaimana “Meningkatkan Kinerja Guru dalam Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Berkelanjutan di SMP Negeri 4 Satap Kusan Hilir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kajian Pustaka

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Selanjutnya, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik (Mulyasa, 2009:111).

Dalam pelaksanannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hirarkis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru), dan (5) merupakan bantuan profesional. (Mulyasa, 2009:113).Sering dijumpai adanya seorang kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke sekolah dengan membawa instrumen pengukuran unjuk kerja. Kemudian masuk ke kelas melakukan pengukuran terhadap unjuk kerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah tugasnya, seakan-akan supervisi akademik sama dengan pengukuran guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

Boardman et al (Sahertian, 2008:17) mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikain mereka dapat mestimulus dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.

Dalam melakukan supervisi seorang supervisor (kepala sekolah) harus memperhatikan prinsip-prinsip supervisi sehingga hasil yang diharapkan menjadi tercapai. Prinsip-prinsip dimaksud menurut Brueckner dan Burton (Banun, 2009:45) adalah sebagai berikut: ilmiah, harmonis, berkesinambungan, demokratis, komprehensif, konstruktif, dan kekeluragaan.

Mitchcell (Barnawi dan Arifin, 2012:26) yang menjelaskan bahwa kinerja seseorang akan terwujud oleh dua unsur yaitu motivasi dan abilitas. Motivasi adalah faktor pendorong yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja. Abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu.

Jika dikaitkan dengan pekerjaan guru, maka kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggungjawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan (Barnawi dan Arifin, 2012:14).

Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Pendapat Piet A. Sahertian yang dikemukakan oleh Kusmiantoro, bahwa standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya, seperti: 1) bekerja dengan siswa secara individual, 2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, 3) pendayagunaan media pembelajaran, 4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan 5) kepemimpinan yang efektif guru (Barnawi dan Arifin, 2012:14).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu dengan subyek penelitian ini adalah guru SMP Negeri 4 Satap Kusan Hilir yang berjumlah 13 orang, dengan perbandingan 11 orang PNS dan 2 orang PTT. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan mengadopsi tahap-tahap pada penelitian tindakan kelas (PTK).

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1.     Penyebaran angket dan lembar observasi dan lembar penilaian kepada subyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui efektivitas supervise akademik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

2.     Observasi pada saat dilakukannya penelitian dengan menggunakan lembar observasi berbentuk format angka (skor) pada masing-masing indicator yang meliputi: lembar observasi untuk perencanaan pembelajaran, lembar observasi untuk pelaksanaan pembelajaran dan lembar setelah pelaksanaan pembelajaran.

3.     Format catatan lapangan.

4.     Studi dokumentasi untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang mendukung penelitian.

Dalam penelitian tindakan sekolah, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:

1.       Data kuantitatif (nilai hasil perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran) yang dapat dianalisis secara diskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik diskriptif, misalnya mencari persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.

2.       Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang pelaksaan supervisi akademik oleh kepala sekolah kepada guru.

 

 

 

 

 

Hasil Peneliitian

Siklus I

1.   Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan siklus I, peneliti mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik kepada seluruh guru mata pelajaran. Disamping lembar observasi, instrumen sebelum dan sesuadah observasi kelas, dokumentasi, peneliti juga membuat kesepatakan dengan guru hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh di dalam kegiatan supervisi akademik.

2.      Pelaksanaan dan Observasi

Kepala sekolah sebagai supervisor telah mempersiapkan lembar observasi perencanaan pembelajaran dan lembar obervasi pelaksanaan pembelajaran. Kedua instrumen tersebut yang akan dijadikan sebagai data primer/pokok di dalam melakukan deskripsi dari kegiatan penelitian tindakan sekolah tersebut. Kepala sekolah berharap bahwa di dalam pelaksanaan tindakan ini dapat dilakukan dengan suasana yang sangat rileks, tanpa adanya tekanan, tanpa ada kesan pemaksaan dari salah satu pihak kepala sekolah ataupun guru, sehingga kegiatan tindakan ini dapat memberikan gambaran/hasil yang akurat dan tepat serta proporsional.

Setelah rencana pembelajaran dibuat dengan sebaik-baiknya, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang baik seharusnya dapat dilaksanakan dengan baik, sebaliknya perencanaan yang kurang baik pada umumnya dalam pelaksanaan juga kurang baik.

3.   Refleksi

Berdasarkan pengamatan dan observasi selama kegiatan penelitian pada siklus I, dapat diambil beberapa peristiwa penting di dalam kegiatan supervisi akademik. Dimana beberapa peristiwa penting khususnya berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran akan dijadikan dasar dalam pengambilan tindakan supervisi akademik berikutnya yang lebih baik dari kepala sekolah selaku supervisor. Pertama, sebagian dari guru masih kurang tepat dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua, dalam memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran juga masih sangat kurang, sehingga dapat mengurangi kebermaknaan proses pembelajaran. Ketiga, sebagian besar guru didalam memanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran masih lemah. Meskipun sumber/media pembelajaran tidak selalu identik dengan media elektronik, lingkungan sekolah pun dapat dijadikan sebagai sumber/media pembelajaran. Keempat, guru juga masih kurang pada saat mengakhiri pembelajaran secara efektif.Kelima,beberapa komponen yang lain misalnya menguasai materi pembelajaran sampai melaksanakan evaluasi pembelajaran sudah dilaksanakan dengan cukup baik.

Siklus II

1.   Perencanaan

Perencanaan pada siklus II, kepala sekolah/supervisor sebagai peneliti membuat perencanaan dengan lebih baik, baik pada pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran.Instrumen dan lembar observasi serta dokumentasi secara lebih lengkap. Rencana tindakan pada siklus II ini didasarkan pada refleksi pada siklus I. Peneliti lebih intensif di dalam melakukan pembimbingan kepada guru-guru, khususnya yang dalam penyusunan RPP masih kurang. Terlebih pada saat pelaksanaan pembelajaran, guru lebih dituntut untuk lebih mempersiapkan, baik pada sumber dan media pembelajaran maupun di dalam mengakhiri pembelajaran.

2.   Pelaksanaan dan Observasi

Selama pelaksanaan dan observasi siklus II, baik untuk perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, dapat diidentifikasi beberapa peristiwa pembelajaran yang secara umum sudah lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran (RPP), sebagian besar guru-guru sudah dapat membuat RPP dengan mengikuti kaidah-kadiah yang telah ditentukan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, meskipun belum 100% sempurna, sebagian besar guru-guru telah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru-guru telah mampu menciptakan desain pembelajaran dengan memberikan unsur-unsur kreativitas proses pembelajaran yang sangat baik. Beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I, pada siklus II sudah mampu dihilangkan. Guru-guru sudah mampu menciptakan pembelajaran yang efektif.

3.   Refleksi

Secara umum dalam pelaksanaan supervisi pada saat observasi kelas, guru-guru telah mampu melaksanakan pembelajaran secara baik mulai dari pembelajaran yang efektif sampai guru mampu memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya. Keunggulan yang sudah dilaksanakan oleh guru pada kegiatan pembelajaran sedapat mungkin dipertahankan untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya, sedangkan kelemahan yang masih dilakukan oleh guru-guru pada kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sedapat mungkin dapat dikurangi pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Meskipun demikian masih juga terdapat beberapa kelemahan yang dialami oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Misalnya pada komponen 8 yaitu guru memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran dan komponen 13 yaitu guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan danm hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.

Pembahasan Hasil Penelitian

Siklus I

a.    Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran memuat rangkaian kegiatan peserta didik yang dikelola secara sistematis dan menyeluruh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai manakala direncanakan secara baik, tepat dan terarah dengan memperhatikan karakteristik materi pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. Disamping itu, masih terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan sukses dan gagalnya pembelajaran oleh seorang guru kepada muridnya di dalam kelas, antara lain supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai atasan kepada guru sebagai bawahan.

Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus memperhatikan aspek perencanaan. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mengantar siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini meliputi: tujuan apa yang hendak dicapai, bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan oleh guru agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan begaimana menciptakan dan menggunakan alat evaluasi untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai (Sumiati dan Asra, 2008:5).

Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Guru Dalam Merencanakan PembelajaranSiklus I

Nilai Kinerja Perencanaan Pembelajaran

Sebutan

Frekuensi

Persentase

(100%)

Komponen dalam RPP

( 4 komponen )

Persentase

(100%)

14 – 16

Amat Baik

 

1

88%

12 – 13

Baik

10

77%

2

77%

10 – 11

Cukup

3

23%

3

63%

8 – 9

Sedang

 

4

65%

≤8

Kurang

 

BELUM BERHASIL

Jumlah

13

100%

 

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari tiga belas guru, masih terdapat tiga guru yang masih belum baik di dalam membuat perencanaan pembelajaran. Sedangkan jika dilihat dari distribusi per komponen yang terdiri dari empat komponen dalam perencanaan pembelajaran, terdapat dua komponen yang masih tergolong kurang yang belum maksimal dilakukan oleh guru yaitu dalam hal merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran. Sedangkan secara individual, masih terdapat tiga (3) orang guru yang masih belum optimal dalam membuat rencana pembelajaran. Sehingga pada kegiatan siklus berikutnya diharapkan guru-guru tersebut sudah dapat memperbaiki program perencanaan pembelajaran.

Sebagai supervisor, kepala sekolah tentu berupaya semaksimal mungkin memberikan bimbingan/supervisi kepada seluruh guru dalam hal merencanakan pembelajaran. Termasuk membantu merencanakan dan mengupayakan ketersediaan sarana/media/ ataupun berbagai sumber belajar yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian, tidak semua dapat dilaksanakan secara sempurna mengingat kondisi sekolah yang sangat terbatas jumlah sumber dana untuk mengoptimalkan perencanaan sarana dan prasarana sekolah khususnya yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu (Arsyad, 2010:15).

b.    Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa kegiatan Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan penutup, guru: (1) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; (4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, maupun layanan konseling; dan (5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Apa yang dilakukan guru dan murid dalam kegiatan pembelajaran merupakan realisasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya oleh guru. Olivia (1984) menjelaskan bahwa pelaksanaan pengajaran dari dua fase; (a) fase perencanaan pelaksanaan, yang meliputi: memilih berbagai sumber bahan pengjaran dan memilih strategi pengajaran, (b) fase mempresentasikan yakni menerapkan berbagai sumber dan srategi yang dipilih (Banun, 2009:128).

Tabel 7. Hasil penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Nilai Kinerja Pelaksanaan Pembelajaran

Sebutan

Frekuensi

Persentase

(100%)

Komponen dalam Pelaksanaan

( 4 komponen )

Persentase

(100%)

37 – 40

Amat Baik

 

5

96%

30 – 36

Baik

9

69%

6

73%

24 – 29

Cukup

3

23%

7

73%

20- 23

Sedang

1

8%

8

69%

≤19

Kurang

 

9

71%

Jumlah

13

100%

10

73%

BELUM BERHASIL

11

76%

12

60%

13

65%

14

71%

 

 

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa secara individual masih terdapat empat (4) guru yang masih kurang baik dalam melaksanakan pembelajaran. Dilihat dari sepuluh komponen dalam pelaksanaan pembelajaran mulai dari guru memulai pembelajaran dengan efektif sampai dengan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya, masih terdapat beberapa komponen yang masih kurang. Kegiatan guru yang masih sangat kurang antara lain dalam hal memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran dan guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif.

Yulaelawati (2004:133) menjelaskan bahwa sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak, seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto, dan lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi: a) lingkungan alam, seperti pegunungan, gunung, rawa, sungai, dan sebagainya, b) lingkungan sosial, misalnya keluarga, rukun tetangga, desa, kota, dan sebaginya, dan c) lingkungan budaya, misalnya candi, adat istiadat, dan sebagainya.

Mengingat keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, memang secara tidak langsung menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran guru di kelas oleh sebagian guru. Disisi lain, kurang kreatifnya seorang guru juga disinyalir dapat menyebabkan kurang optimalnya kegiatan pembelajaran guru di kelas.

Dalam tahapan pembelajaran dimulai dengan pembukaan/kegiatan awal, kemudian dilanjutkan kegiatan inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup. Sebagian besar guru-guru kurang efektif dalam melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini dipengaruhi oleh pengelolaan waktu yang tidak tepat.

Siklus II

a.   Perencanaan Pembelajaran

Tabel 8. Hasil Penilaian Kinerja Guru Dalam Merencanakan Pembelajaran Siklus II

Nilai Kinerja Perencanaan Pembelajaran

Sebutan

Frekuensi

Persentase

(100%)

Komponen dalam RPP

( 4 komponen )

Persentase

(100%)

14 – 16

Amat Baik

1

7,69

1

90%

12 – 13

Baik

11

84,68

2

81%

10 – 11

Cukup

1

7,69

3

67%

8 – 9

Sedang

 

4

75%

≤8

Kurang

 

BERHASIL

Jumlah

13

100%

 

Berdasarkan tabel di atas dapat memberikan penjelasan bahwa dari tiga belas guru, masih terdapat satu orang yang masih belum baik di dalam membuat perencanaan pembelajaran. Salah satu kendala adalah kualifikasi pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu tidak sesuai, dimana guru memiliki kualifikasi pendidikan S1 Pendidikan Ekonomi diberi tugas mengajar Budaya Banjar. Disamping itu, mata pelajaran yang diampu bukan mata pelajaran umum, melainkan muatan lokal yang masih belum memiliki standarisasi SK/KD. Karena SK/KD yang belum memiliki aturan yang baku sebagaimana dalam mata pelajaran yang umum seperti Bahasa Indonesia dan lainnya, maka guru mengalami kesulitan di dalam menentukan silabus, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang kemudian menjadi dasar dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

 

 

b.   Pelaksanaan Pembelajaran

Tabel 9. Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Siklus II

Nilai Kinerja Pelaksanaan Pembelajaran

Sebutan

Frekuensi

Persentase

(100%)

Komponen dalam Pelaksanaan

( 4 komponen )

Persentase

(100%)

37 – 40

Amat Baik

 

5

100%

30 – 36

Baik

11

84,62%

6

79%

24 – 29

Cukup

1

7,69%

7

79%

20- 23

Sedang

1

7,69%

8

71%

≤19

Kurang

 

9

79%

Jumlah

13

%

10

79%

BERHASIL

11

88%

12

77%

13

67%

14

75%

 

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa guru-guru sudah mampu melaksanakan pembelajaran yang baik. Guru-guru sudah mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar/media dalam pembelajaran.

Berkaitan dengan pemanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, dapat dikaji berdasarkan landasan teori yang ada. Pemerolehan pengetahuan dan ketrampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966), terdapat tiga tingkatan modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktoral/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Ketiga tingkat pengalaman belajar ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh “pengalaman” (pengetahuan, ketrampilan, atau sikap) yang baru (Arsyad, 2010:8).

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Banun-Muslim, S. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

Barnawi dan Arifin, M. (2012). Kinerja Guru Profesional. Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian Jakarta: Ar Ruzz media.

Danim, S. dan Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transfor- masional Kepala Sekolah. Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidkan. Jakarta:Rineka Cipta

Lou Anne, J., (2009). Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Judul asli: Teaching Outside the Box: How to Grab Your Students by Their Brains. Dicetak oleh PT Macanan Jaya Cemerlang.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sahertian, P.A. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Siti Ulfah. (2013). Hubungan antara Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru SMP Negeri Wilayah Selatan Kabupaten Tabalong. Banjarmasin: Prodi Magister Manajemen Pendidikan Unlam BanjarmasinSumiati dan Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima