MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGHITUNG LUAS MELALUI PENERAPAN

PEMBELAJARAN INTERAKTIF KERJA KELOMPOK

SISWA KELAS VI SDN 2 SENDANGREJO SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Lestari

SDN 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa belum tentu hanya disebabkan kekurangan siswa namun guru perlu merefleksi diri untuk melihat sudah sampai sejauh mana mengusahakan pembelajaran. Pembelajaran Matematika perlu diupayakan agar menarik dan menyenangkan sehingga dapat memacu motivasi siswa dalam menggunakan kreativitas berpikir dengan optimal. Prosedur penelitian yang digunakan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas dengan melalui 2 siklus. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik tes dan teknik non tes. Alat pengumpul dengan teknik tes berupa butir-butir soal tes tertulis yang harus dikerjakan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.Sedangkan teknik non tes menggunakan lembar pengamatan, angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bagi siswa siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo terbukti dari hasil belajar siswa pada pelaksanaan penelitian. Pada kondisi pra awal yang dilaksanakan tanpa menggunakan model pembelajaran, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan kreativitas tinggi hanya mencapai 31,3%, dan hasil ulangan harian siswa mencapai rata-rata 66,79, dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 21,43%. Pada siklus I dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dengan menggunakan kelompok homogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan kreativitas tinggi mencapai 57,1%, dan hasil belajar meningkat menjadi rata-rata 76,79, dengan tingkat ketuntasan mencapai 71,43%. Kemudian pada siklus II dilakukan pembenahan pada penggunaan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dengan menggunakan kelompok heterogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan kreativitas tinggi mencapai 83,9%, dan hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 83,93, dengan tingkat ketuntasan mencapai 100%.

Kata Kunci :   Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Interaktif Kerja Kelompok,

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian, tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna. Agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran.

Pada kenyataan yang peneliti alami di sekolah tempat peneliti mengajar, pelaksanaan pembelajaran yang memacu pada kreativitas belajar siswa belum sepenuhnya diupayakan oleh guru. Hal ini berdampak pada tidak maksimalnya pencapaian hasil belajar siswa, karena pembelajaran menjadi suatu yang tidak bermakna bagi siswa. Dari basil penilaian pada mata pelajaran Matematika pada kegiatan pembelajaran kondisi awal, yang dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019, menunjukkan hasil belajar yang masih rendah, karena hanya mampu mencapai nilai rata-rata 66,79. Dari 14 siswa, hanya terdapat 3 (21,43%) siswa sedangkan 11 (78,57%) siswa belum tuntas karena nilainya masih di bawah KKM 75.

Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa belum tentu hanya disebabkan oleh kebodohan siswa itu sendiri, namun guru perlu merefleksi diri untuk melihat sudah sampai sejauh mana mengusahakan pembelajaran terhadap siswa. Pembelajaran Matematika yang hanya diberikan secara teoritis kurang dapat memacu daya kreativitas yang dimiliki oleh siswa secara optimal. Guru pada umumnya hanya bersifat menyampaikan konsep-konsep, tanpa mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kemauan berpikir siswa. Pembelajaran Matematika seolah-oleh hanya mengejar target kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan program akademik. Kondisi yang demikian, menyebabkan konsep Matematika yang dipelajari tidak sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Seperti diketahui, Matematika pada hakekatnya adalah ilmu deduktif yang abstrak, sedangkan anak usia SD relatif berada pada pemikiran konkret dengan kemampuan yang bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan siswa SD tersebut, pembelajaran Matematika perlu diupayakan agar menarik dan menyenangkan sehingga dapat memacu motivasi siswa dalam menggunakan kreativitas berpikirnya dengan optimal. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah dengan mencoba menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar yang dapat merangsang siswa untuk dapat menyelesaikan konsep Matematika melalui kegiatan kelompok. Peneliti beranggapan bahwa dengan melalui kegiatan kelompok antar sesama siswa akan terjalin komunikasi efektif yang dapat membantu siswa dalam berpikir, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan intelektualnya.

Guna memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas dan hasil sebagaimana peneliti mencoba menerapkan kegiatan interaktif kerja kelompok dalam pembelajaran Matematika. pembelajaran interaktif kerja kelompok merupakan merupakan model pembelajaran yang menekankan dan mendorong kerjasama antar siswa secara aktif dalam mempelajari sesuatu. Melalui adanya kerja sama antar sesama siswa tersebut diharapkan akan terjadi saling asah terhadap kemampuan yang dimilki, dengan cara saling memberi masukan, pendapat, ataupun saran antar sesama siswa, serta kreatif dalam berpikir untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi. Dengan cara seperti ini dimungkinkan akan meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam usaha memahami materi yang dipelajari, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.  Apakah penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat meningkatkan kreativitas belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019?

2.  Apakah penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019?

3. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar menghitung luas bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

1.   Tujuan Umum

 Untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar bagi siswa SD Negeri 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

2.   Tujuan Khusus

a.   Melalui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok untuk meningkatkan kreativitas belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

b.   Melalui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

c.    Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran interaktif kerja kelompok dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut:

Bagi Siswa

a.  Siswa yang semula malas dan pasif dapat berubah aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran Matematika.

b.  Hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang semula rendah dapat ditingkatkan.

c.  Kreativitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dapat dioptimalkan.

d.  Melatih siswa untuk berpikir kritis dalam mempelajari meteri pembelajaran menghitung luas.

Bagi Peneliti

a.  Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok terhadap peningkatan kreativitas belajar bagi siswa.

b.  Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok terhadap peningkatan hasil belajar bagi siswa.

c.  Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok terhadap peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang menghitung luas.

Bagi Teman Sejawat

a.  Dapat digunakan sebagai kajian terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dapat membangkitkan kreativitas belajar bagi siswa.

b.  Dapat digunakan sebagai kajian terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa.

c.  Dapat digunakan untuk mempertimbangkan pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar bagi siswa.

Bagi Sekolah

a.  Sebagai upaya untuk memacu kegiatan pembelajaran yang lebih menarik di sekolah.

b.  Sebagai tolok ukur kemampuan profesional yang dimiliki guru pada suatu sekolah.

c.  Untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa yang ada pada sekolah.

Bagi Perpustakaan Sekolah

a.  Untuk menambah referensi hasil penelitian di perpustakaan.

b.  Sebagai dokumen terhadap pelaksanaan penelitian di sekolah.          

c.  Dapat digunakan untuk pembanding atau pertimbangan penelitian yang berkelanjutan.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

 Dewasa ini istilah kreativitas atau daya cipta sering digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari, sering pula ditekankan pentingnya pengembangan kreativitas. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya, kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

 Kreativitas berasal dari kata dasar kreatif, yang artinya “1 memiliki daya cipta; memiiki kemampuan untuk menciptakan; 2 bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan menghendaki kecerdasan dan imaginasi”. (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:817). Dengan demikian kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau berkreasi dalam kegiatan belajar.

 Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, Gordon dalam Joice and Weill dalam E. Mulyana (2005:163) mengemukakan empat prinsip dasar sinektik tentang kraetivitas. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir kraetif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.

Pengertian Hasil Belajar

 Wingo (dalam Hakiim, 2008:73) menjelaskan bahwa dalam suatu proses belajar banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu pelajaran dan diperoleh kecakapan melakukan sesuatu kegiatan tertentu.

 Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Sesuatu itu berupa pengetahuan, konsep, kemampuan bernalar, ketrampilan, perilaku, konsep, sikap teknologi, dan nilai-nilai ilmiah. Untuk mengetahui hasil belajar dilakukan penilaian, yang dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan perbuatan. Bentuk penilaian perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mendorong anak untuk bernalar dan berpikir. Tujuan penilaian menurut Kellough dan Kellough (Swearingen dalam Rasyid (2008:7),

 Weedui, at.all (dalam Rasyid, 2008:7), mengklarifikasikan tujuan penilaian dalam empat hal, yaitu: untuk diagnostik (untuk mengidentifikasi kinerja siswa), formatif (untuk membantu belajar siswa), sumatif (untuk review, transfer, dan sertifikasi), dan evaluasi (untuk melihat bagaimana kinerja guru).

 Walaupun belum ada definisi tunggal menganai Matematika, bukan berarti Matematika tidak dapat dikenali. Dengan mengetahui obyek penelaahan Matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat diketahui juga cara berfikir matematika. E.T. Ruseffendi (1980:148), mengungkapkan bahwa: “Matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri dan Analisa. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain”.

 Bahasa Matematika yang digunakan agar dapat dipahami orang, dengan menggunakan simbol dan istilah yang telah disepakati bersama. Mengenai obyek Matematika, Ruseffendi membedakan bahwa obyek Matematika terdiri dari dua tipe, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung. yang mempengaruhi hasil belajar, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan mentransfer pengetahuan. Sedangkan obyek langsung dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu: fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip (aturan).

 Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sunarwan dalam Sobry Sutikno (2004:15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

 Robert L. Cilstrap dan William R. Martin sebagaimana dikutip oleh Roestiyah N.K (1991:15), memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.

Kerangka Berfikir.

 Guna terjadi pembelajaran yang mengacu pada peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa, secara skematis diuraikan kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

 1   Pelaksanaan pembelajaran secara konvensional Kreativitas dan hasil belajar siswa rendah

2      Penerapan pembelajaran interaktif kerja kelompok meningkatkan hasil belajar siswa VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

3      Penerapan pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bagi siswa.VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019

Hipotesis Tindakan.

 Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti uraian diatas maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah:

1.   Penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat meningkatkan kreativitas belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

2.   Penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

3.   Penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bagi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting Penelitian

 Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan, mulai persiapan sampai dengan pembuatan laporan menggunakan waktu selama 4 bulan, dimulai bulan Juli 2018 sampai dengan bulan September 2018 Pelaksanaan penelitian dilakukan pada kegiatan pembelajaran Matematika sesuai dengan jadwal, Dengan demikian hiharapkan pelaksanaan penelitian tidak mengganggu pelaksanaan tugas mengajar dan pembelajaran pada kelas yang digunakan, namun diharapkan bisa terjadi pembelajaran yang lebih baik pada kelas yang digunakan untuk penelitian.Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora, pada semester I tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan pada pembelajaran Matematika pada siswa kelas VI, khususnya tentang menghitung luas.

Subyek Penelitian

 Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2018/2019, sebanyak 14 siswa, yang terdiri dari 9 siswa putra dan 5 siswa putri. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil langsung dari subyek yang digunakan untuk penelitian. Sumber data yang diharapkan dapat diperoleh atau didapat dari pelaksanaan penelitian meliputi: hasil tes formatif dan hasil observasi/pengamatan yang dilakukan pada pada kegiatan pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

 Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Penggunaan teknik tes dilaksanakan dengan cara tes tertulis, yang dilaksanakan setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan teknik non tes dilaksanakan melalui observasi/pengamatan, dokumentasi dan angket. Pengumpulan data data tersebut dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

 Angket untuk penelitian disusun pada lembaran yang berisi tentang pernyataan, dan pilihan jawaban yang dapat dipilih sesuai dengan pendapat responden penelitian. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil pelaksanaan angket digunakan sebagai bahan masukan, yang sekaligus digunakan untuk refleksi dari pelaksanaan pembelajaran.

Validasi Data                              

 Untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan, penulis menggunakan teknik validasi:Validasi terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui teknik triangulasi yang meliputi triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan melalui observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo pada pembelajaran Matematika tentang menghitung luas. Triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi, metode observasi dan metode angket.

Analisis Data

 Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif komperatif dan analisis diskriptif prosentase.

Analisis diskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai hasil tes kondisi awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklue II, siswa dianggap tuntas jika telah mencapai nilai ≥ 75, dan ketuntasan belajar klasikal yaitu ≥ 85% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar.

Indikator Kinerja

 Indikator Input: kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas. Indikator Proses: pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas melalui siklus I dan siklus II. Indikator Output: kreativitas dan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas.

 Kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran meningkat, menjadi ≥75% siswa mempunyai kreativitas tinggi dalam mengikuti pembelajaran.Hasil belajar siswa tentang operasi hitung bilangan bulat meningkat, sehingga nilai rata-rata kelas menjadi ≥ 75.Munculnya perilaku baru siswa yang mendukung pengembangan kecakapan hidup siswa yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.Ketuntasan hasil belajar siswa mencapai ≥ 85%.

Prosedur Penelitian

 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan menggunakan desain setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Planning (Perencanaan), (2) Action (Tindakan), (3) Obseving (Observasi), (4) Reflecting (Refleksi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Kondisi Awal

 Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru menyampaikan materi pelajaran dilakukan dengan cara seperti biasa, yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa lebih banyak dikondisikan untuk duduk, diam, dan tenang ketika mendengarkan penjelasan materi pelajaran dari guru. Kreativitas siswa hanya tampak ketika berlatih dengan mengerjakan soal-soal pada buku pelajaran.

 Dari hasil pengamatan pembelajaran kondisi awal menunjukkan bahwa kreativitas belajar siswa kelihatan belum dapat dikondisikan dengan baik. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap siswa pada pertemuan ke-1 dan ke-2 terhadap kreativitas dalam melakukan pembelajaran, kreativitas dalam berpikir, kreativitas menyelesaikan tugas, dan kreativitas dalam menyampaikan ide, didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 15,2%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 53,6%, dan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdapat 31,3%.

 Dari hasil tes pada pembelajaran kondisi awal didapat data bahwa: 7,1% siswa mempunyai nilai sangat kurang, 14,3% siswa mempunyai nilai kurang, 57,1% siswa mempunyai nilai cukup, 21,4% siswa mempunyai nilai baik, dan 0,0% siswa mendapat nilai sangat baik. Kondisi tersebut menunjukkan hasil belajar siswa rata-rata masih rendah.

 Nilai hasil belajar pada kegiatan pembelajaran kondisi awal hanya mampu mencapai rata-rata 66,79, dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 80. Rata-rata hasil tes tersebut termasuk masih rendah karena masih dibawah KKM 75, dan hanya terdapat 3 (21,43%) siswa yang mampu mencapai ketuntasan.

Deskripsi Data Siklus I

 Mempersiapkan perekam data, yang dalam hal ini adalah menggunakan lembar observasi, angket, dan buku daftar nilai, serta mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus pertama.Kegiatan pembelajaran diawali dengan cara siswa mencari informasi dari penjelasan guru dan melihat alat peraga gambar untuk mengidentifikasi bangun datar segi banyak. Siswa mencari informasi dari penjelasan guru terhadap cara menghitung luas segi banyak. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

 Pembentukan kelompok sebangku, sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa. Secara kelompok siswa mengamati gambar untuk menunjukkan bentuk bangun datar yang membentuk segi banyak. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi tugas untuk menggambar bangun segi banyak dan menentukan ukurannya.

Hasil Pengamatan

 Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap siswa pada pertemuan ke-1 dan ke-2 terhadap kreativitas dalam melakukan pembelajaran, kreativitas dalam berpikir, kreativitas dalam menyelesaikan tugas, dan kreativitas dalam menyampaikan ide, didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 42,9%, dan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdapat 57,1%..

 Adapun pengamatan terhadap guru ketika mengajar di kelas menunjukkan bahwa guru telah berusaha membawakan kegiatan pembelajaran secara optimal dengan menerapkan model interaktif kerja kelompok menggunakan kelompok homogen. Dengan cara ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas berpikir bagi siswa dalam belajar. menunjukkan bahwa: siswa yang mendapat nilai sangat kurang terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai nilai kurang terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai nilai cukup terdapat 28,6%, siswa mempunyai nilai baik terdapat 57,1%, dan siswa mempunyai nilai sangat baik terdapat 14,3%.

 Hasil penilaian terhadap pelaksanaan ulangan harian pada siklus I, mendapatkan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90. Nilai rata-rata yang dicapai siswa mencapai 76,79. Rata-rata hasil tes tersebut sudah mampu melampaui nilai KKM 75. Walaupun demikian, kondisi pembelajaran pada siklus I masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar terdapat 10 (71,43%), dan siswa yang belum mampu mencapai batas ketuntasan minimal terdapat 4 (28,57%).

Refleksi

 Pada tahap refleksi siswa juga diminta pendapatnya terhadap kegiatan pembelajaran yang diikuti. Hal ini dilakukan melalui penyebaran angket responden. Dalam menjawab angket diusahakan siswa dapat menyampaikan pendapat sesuai hal yang dialaminya sendiri. Dari hasil angket pada siklus I tersebut didapat data bahwa tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menyatakan setuju sebanyak 78,6%, yang kurang setuju sebanyak 21,4%, dan yang tidak setuju sebanyak 0,0%.

 Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada ulangan harian siklus I menunjukkan hasil lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kondisi siklus I mencapai 76,79, dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Demikian juga dengan ketuntasan belajar siswa, juga mengalami peningkatan. Dengan nilai KKM 75, data tingkat ketuntasan belajar menunjukkan: 10 (71,43%) siswa sudah mampu mencapai ketuntasan, sedangkan 4 (28,57%) siswa belum mampu mencapai ketuntasan.

Deskripsi Data Siklus II

 Pada perencanaan disiapkan rencana perbaikan pembelajaran Matematika melalui penerapan pembelajaran interaktif kerja kelompok,secara hiterogen.Materi yang digunakan pada pembelajaran tentang keliling dan luas lingkaran. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, dan masing-masing pertemuan satu minggu. Mempersiapkan perekam data, yang dalam menggunakan lembar observasi, angket, dan buku daftar nilai, serta mempersiapkan perangkat tes hasil belajar pada siklus kedua.

 Pembentukan kelompok secara hiterogen yang terdiri dari 3-4 siswa. Masing-masing kelompok mencoba mengadakan pengukuran lingkaran sebuah benda dengan menggunakan penggaris. siswa dalam kelompok

 Dari hasil pengamatan siklus II yang dilakukan terhadap siswa pada pertemuan ke-1 dan ke-2 terhadap kreativitas belajar siswa didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 16,1%, dan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdapat 83,9%.

 Adapun pengamatan terhadap guru ketika mengajar di kelas menunjukkan bahwa guru telah berusaha membawakan kegiatan pembelajaran secara optimal dengan menerapkan model pembelajaran interaktif kerja kelompok menggunakan kelompok heterogen. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan siswa dapat berkembang dengan optimal. menunjukkan 0,0% siswa mempunyai nilai sangat kurang, 0,0% siswa mempunyai nilai kurang, 0,0% siswa mempunyai nilai cukup, 64,3% siswa mempunyai nilai baik, dan 35,7% siswa mempunyai nilai sangat baik. Kondisi hasil belajar tersebut menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus I.

Refleksi

 Nilai hasil belajar siswa pada ulangan harian siklus II menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal ataupun pada siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II mencapai 83,89, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 75. Demikian juga dengan ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Dengan nilai KKM 75, ketuntasan belajar siswa mencapai 100%.

Pembahasan

Pembahasan Kondisi awal

 Pembelajaran yang dilakukan pada kondisi awal, guru mengajar secara konvensional. Guru hanya bersifat menyampaikan materi yang harus dipelajari siswa, tanpa mempertimbangkan penguasaan konsep yang harus dimiliki siswa, dan kurang memberi pengalaman yang bermakna bagi siswa. Kondisi tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang dapat berjalan dengan efektif. Aktivitas pembelajaran yang mengacu pada kreativitas berpikir siswa tergolong masih rendah. Demikian juga hasil belajar yang dicapai siswa juga masih belum optimal.

 Secara keseluruhan, siswa yang mempunyai kreativitas dalam pembelajaran rendah sebanyak 15,2%, kreativitas sedang sebanyak 53,6%, dan kreativitas tinggi sebanyak 31,325,0%. Hasil belajar pada ulangan harian pada kondisi kondisi awal, terdapat 21,43% siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajarnya. Adapun siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar terdapat 78,57%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa, nilai hasil belajarnya belum mampu mencapai KKM 75.

Pembahasan Siklus I

 Melalui pembeajaran interaktif kerja kelompok dengan menggunakan kelompok homogen yang dilaksanakan pada siklus I, menunjukkan adanya perubahan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal. Guru dalam mengajar sudah berusaha untuk mengusahakan belajar aktif bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok.

 Secara keseluruhan, siswa yang mempunyai kreativitas dalam pembelajaran rendah sebanyak 0,0%, kreativitas sedang sebanyak 42,9%, dan kreativitas tinggi sebanyak 57,1%. Nilai hasil ulangan harian pada kondisi siklus I terdapat 71,43% siswa yang sudah mampu mencapai nilai KKM 75. Sedangkan 28,57% siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM. Ketuntasan belajar pada kondisi siklus I Secara keseluruhan hasil angket siklus I didapat data, bahwa rata-rata siswa yang setuju terhadap pembelajaran terdapat 78,6%, kurang setuju terdapat 21,4%, dan tidak setuju 0,0%.

Pembahasan Siklus II

 Secara keseluruhan, siswa yang mempunyai kreativitas dalam pembelajaran rendah sebanyak 0,0%, kreativitas sedang sebanyak 16,1%, dan kreativitas tinggi sebanyak 83,9%. Nilai prestasi hasil ulangan harian yang dilakukan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 83,93. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100, sedang nilai terendah 75. Dengan KKM 75, siswa sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 100%.,keseluruhan hasil angket siklus II didapat data, bahwa rata-rata siswa yang setuju terhadap pembelajaran terdapat 90,5%, kurang setuju terdapat 9,5%, dan tidak setuju terdapat 0,0%.

 Kreativitas belajar siswa dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi awal. Dari hasil pengamatan didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 42,9%, dan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdapat 57,1%.

 Hasil pengamatan pada kondisi siklus I tersebut menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal, karena pada kondisi awal didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 15,2%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 53,6%, dan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdapat 31,3%.

 Hasil belajar pada pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi awal. Nilai rata-rata hasil ulangan harian siklus I mencapai 76,79. Pencapaian nilai rata-rata tersebut menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibanding dengan rata-rata ulangan harian pada kondisi awal hanya mencapai 66,79.

 Demikian juga terhadap tingkat ketuntasan belajar siswa, juga mengalami peningkatan. Pada kondisi siklus I terdapat 71,43% siswa yang mencapai tingkat ketuntasan dalam belajar, sedangkan pada kondisi awal hanya mencapai 21,43%.

 

Hasil Penelitian II

 Kreativitas belajar siswa dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi siklus I. Dari hasil pengamatan didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 16,1%, dan siswa yang kreativitas tinggi terdapat 83,9%

 Hasil pengamatan pada kondisi siklus II tersebut menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi silus I, karena pada kondisi siklus I didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai kreativitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai kreativitas sedang terdapat 42,9%, dan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terdapat 57,1%.

 Hasil belajar pada pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran pada siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi awal maupun siklus I. Nilai rata-rata hasil ulangan harian siklus II mencapai 83,93. Pencapaian nilai rata-rata tersebut menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibanding dengan rata-rata ulangan harian pada kondisi siklus I yang hanya mencapai 76,79. Demikian juga terhadap tingkat ketuntasan belajar siswa, juga mengalami peningkatan. Pada kondisi siklus I terdapat 71,43% siswa yang mencapai tingkat ketuntasan dalam belajar, sedangkan pada kondisi siklus II meningkat menjadi 100%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas belajar Matematika bagi siswa..

2. Penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Matematika tentang menghitung luas bagi siswa siswa kelas VI SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa pada pelaksanaan penelitian. Pada kondisi pra awal yang dilaksanakan tanpa menggunakan model pembelajaran, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan kreativitas tinggi hanya mencapai 31,3%, dan hasil ulangan harian siswa mencapai rata-rata 66,79, dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 21,43%. Pada siklus I dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dengan menggunakan kelompok homogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan kreativitas tinggi mencapai 57,1%, dan hasil belajar meningkat menjadi rata-rata 76,79, dengan tingkat ketuntasan mencapai 71,43%. Kemudian pada siklus II dilakukan pembenahan pada penggunaan model pembelajaran interaktif kerja kelompok dengan menggunakan kelompok heterogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan kreativitas tinggi mencapai 83,9%, dan hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 83,93, dengan tingkat ketuntasan mencapai 100%.

 

 

Saran

1.  Guru hendaknya mampu melaksanakan pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga menarik bagi siswa. hendaknya jangan hanya menggunakan metode yang sifatnya monoton dari waktu ke waktu karena akan membosankan bagi siswa. mampu membangkitkan belajar siswa secara aktif dan kreatif, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif. berusaha secara aktif dan kreatif untuk memberi pengalaman belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasil pembelajaran tidak mudah terlupakan.

2. Sekolah hendaknya mampu membudayakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, agar hasil belajar siswa meningkat. dapat memfasilitasi guru untuk mengadakan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.dapat mengkondisikan situasi kondusif yang dapat digunakan untuk pembelajaran secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Rosdakarya. Bandung

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Rasyid, Harun dan Mansyur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Roestiyah N.K. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid. Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Ilmu.

Soejono. 1994. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Sutikno, Sobry. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif dan Retorika. Mataram: NTP Press.