PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR BAGI SISWA KELAS IV

SD NEGERI 2 SENDANGREJO SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Putriana Nining Surani

SDN 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Guru berperan pengelola pembelajaran, mencipatakan kondisi pembelajaran yang efektif, memungkinkan proses pembelajaran yang optimal bagi siswa. Untuk guru faktor penentu menanamkan konsep kepada siswa, diperlukan penguasaan materi menggunakan teknik pembelajaran, menetapkan media pembelajaran. Prosedur penelitian menggunakan 2 siklus. teknik yang digunakan pengumpulan data teknik tes dan teknik non tes. Alat pengumpul teknik tes berupa butir soal tes tertulis yang dikerjakan siswa.Sedangkan teknik non tes lembar pengamatan dan dokumentasi. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun datar bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo.hasil pengamatan dan hasil belajar siswa pada kondisi pra awal dilaksanakan tanpa menggunakan model pembelajaran, hasil pengamatan menunjukkan aktivitas tinggi hanya mencapai 2,8%, dan hasil ulangan harian siswa mencapai rata-rata 63,89, tingkat ketuntasan belajar mencapai 11,11%. Pada siklus I dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelompok homogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan aktivitas tinggi mencapai 29,2%, dan hasil belajar meningkat menjadi rata-rata 74,44, tingkat ketuntasan mencapai 55,56%. Kemudian pada siklus II dilakukan pembenahan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelompok heterogen, hasil pengamatan siswa yang menunjukkan aktivitas tinggi mencapai 76,4%, dan hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 83,89, dengan tingkat ketuntasan mencapai 100%.

Kata Kunci :   Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Bangun Datar.

 

 PENDAHULUAN

 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa. Kondisi kesulitan yang dihadapi oleh siswa bukannya menjadikan siswa untuk berusaha untuk mempelajarinya, tetapi justru mengakibatkan adanya kemalasan dari diri siswa. Sehingga banyak dari kalangan siswa menjadikan Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang menakutkan.

Menurut pengamatan penulis, kejadian sebagaimana uraian diatas juga terjadi pada tempat penulis mengajar. Hal ini berdampak pada tidak optimalnya pencapaian hasil belajar siswa. Dari hasil penilaian pada kondisi awal, yang penulis khususkan pada kompetensi dasar Matematika tentang babgun segi banyak pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019, menunjukkan hasil belajar yang masih rendah, karena hanya mampu mencapai nilai rata-rata 63,89. Dari 9 siswa yang ada, hanya terdapat 1 (11,11%) siswa yang nilainya memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75, sedangkan 8 (88,89%) siswa belum tuntas karena nilainya masih di bawah nilai KKM.

Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa belum tentu hanya disebabkan oleh kebodohan siswa itu sendiri, namun guru perlu merefleksi diri untuk melihat sudah sampai sejauh mana mengusahakan pembelajaran terhadap siswa. Pembelajaran Matematika yang hanya diberikan secara teoritis kurang dapat memacu daya kreativitas berpikir yang dimiliki oleh siswa secara optimal. Guru pada umumnya hanya bersifat menyampaikan konsep-konsep, tanpa mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kemauan berpikir siswa. Pembelajaran Matematika seolah-oleh hanya mengejar target kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan program akademik. Kondisi yang demikian, menyebabkan konsep Matematika yang dipelajari tidak sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pembelajaran Matematika perlu diupayakan agar menarik dan menyenangkan sehingga dapat memacu motivasi siswa dalam menggunakan kreativitas berpikirnya dengan optimal.

Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, dan dapat mencipatakan kondisi pembelajaran yang efektif, sehingga memungkinkan proses pembelajaran yang optimal bagi siswa. Pengetahuan sebaiknya terbentuk karena keaktifan siswa sendiri dalam menalar dan merekonstruksikan secara terus terhadap pengetahuan sehingga terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih ilmiah dan lengkap. Minat belajar siswa tidak akan terbangun apabila kondisi pembelajaran kurang disenangi atau kurang diminati oleh siswa.

Salah satu teori yang akan dicobakan dalam penelitian ini adalah dalam hal peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada kerjasama antar siswa hingga mencapai pemahaman terhadap materi yang dipelajari, kemudian guru mengecek pemahaman siswa dengan memberi kuis atau pertanyaan-pertanyaan. Sehingga kegiatan pembelajaran diharapkan akan berjalan lebih optimal yang mampu meningkatkan potensi yang ada pada masing-masing siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat membangun pengetahuan siswa guna menguasai konsep materi yang di pelajari. Dengan kondisi pembelajaran tersebut, diharapkan siswa mampu menggali pengetahuan melalui kegiatan kooperatif dengan temannya, sehingga dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dari hasil belajarnya. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bagi siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.    Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019?

2.   Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019?

3.   Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun dan sudut bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

1.     Tujuan Umum

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bagi siswa SD Negeri 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora.

2.     Tujuan Khusus

a.   Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

b.   Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

c.    Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun dan sudut bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut:

1.   Bagi Siswa

a.    Siswa yang semula malas dan pasif dapat berubah aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b.    Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika yang semula rendah dapat menjadi lebih baik atau meningkat.

c.    Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dapat dioptimalkan.

2.   Bagi Peneliti

a.    Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok terhadap peningkatan kreativitas belajar bagi siswa.

b.    Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok terhadap peningkatan hasil belajar bagi siswa.

c.    Dapat mengetahui penerapan model pembelajaran interaktif kerja kelompok terhadap peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang bangun dan sudut.

3.   Bagi Teman Sejawat

a.    Dapat mengetahui pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.

b.    Dapat mengetahui pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

c.    Dapat mengetahui pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang bangun dan sudut.

4.   Bagi Sekolah

a.    Sebagai upaya untuk memacu kegiatan pembelajaran yang lebih menarik di sekolah.

b.    Sebagai tolok ukur kemampuan profesional yang dimiliki guru pada suatu sekolah.

c.    Untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa yang ada pada sekolah.

5.   Bagi Perpustakaan Sekolah

a.   Untuk menambah referensi hasil penelitian di perpustakaan.

b.   Sebagai dokumen terhadap pelaksanaan penelitian di sekolah.         

c.   Dapat digunakan untuk pembanding atau pertimbangan penelitian yang berkelanjutan.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen. Woolfolk dalam Budiningarti (1998:22) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil.

Muslimin Ibrahim, dkk (2000:12), menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memprioritaskan pada kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebenarnya, pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Sejak awal abad pertama, seorang filosof berpendapat bahwa dalam mengajar seseorang harus memiliki pasangan/teman.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesedian para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka, serta keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang.sehingga proses ini sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Tipe ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk menggunakan pendekatan kooperatif.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa-siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan rendah. Disamping itu guru juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas yang lainnya seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan lain sebagainya. Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu diseimbangkan sehingga setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya seimbang. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi. Secara individual setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan, mulai persiapan sampai dengan pembuatan laporan direncanakan menggunakan waktu selama kurang lebih 4 bulan, yaitu antara bulan Juli 2018 sampai dengan bulan Oktober 2018. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada kegiatan pembelajaran setiap hari Rabu dan Kamis. Dengan demikian hiharapkan pelaksanaan penelitian tidak mengganggu pelaksanaan tugas mengajar dan pembelajaran pada kelas yang digunakan, namun diharapkan bisa terjadi pembelajaran yang lebih baik pada kelas yang digunakan untuk penelitian

Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora, pada semester I tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan pada pembelajaran siswa kelas IV, khususnya pada pembelajaran Matematika tentang bangun datar.

Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2018/2019, sebanyak 9 siswa, yang terdiri dari 7 siswa putra dan 2 siswa putri.

 

 

Sumber Data

Sumber Data Primer

Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil langsung dari subyek yang digunakan untuk penelitian. Sumber data yang diharapkan dapat diperoleh atau didapat dari pelaksanaan penelitian meliputi: hasil tes formatif dan hasil observasi/pengamatan yang dilakukan pada pada kegiatan pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Dan sumber data yang diperoleh melalui sebaran angket yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II.

Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder diambil dari catatan-catatan temuan selama berlangsungnya penelitian pada kegiatan pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Penggunaan teknik tes dilaksanakan dengan cara tes tertulis, yang dilaksanakan setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan teknik non tes dilaksanakan melalui observasi/pengamatan, dan dokumentasi. Pengumpulan data data tersebut dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpul data, antara lain sebagai berikut:  

Lembar observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Soal Tes

Soal tes digunakan untuk mengukur dan melihat hasil belajar siswa mengenai pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Soal tes ini diberikan kepada siswa di akhir setiap siklus, dalam bentuk soal tes pilihan ganda dan isian.

Prosedur Penelitian

 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan menggunakan desain setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Planning (Perencanaan), (2) Action (Tindakan), (3) Obseving (Observasi), (4) Reflecting (Refleksi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Kondisi Awal

 Dalam kegiatan pembelajaran Matematika pada kondisi awal, menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa termasuk rendah. Pembelajaran Matematika seolah-oleh hanya mengejar target materi yang harus diselesaikan sesuai dengan program akademik. Kondisi yang demikian, menyebabkan konsep Matematika yang dipelajari tidak sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Siswa tampak kurang ada gairah dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kondisi pembelajaran yang bersifat monoton, sehingga menimbulkan adanya rasa kejenuhan pada diri siswa. Kejenuhan tersebut ditunjukkan pada siswa yang tampak kurang dapat menerima penjelasan guru dengan baik. Siswa juga tampak malas-malasan. Dan kadang kadang berbicara dengan temannya diluar konteks materi yang seharusnya dipelajari.

 Aktivitas pembelajaran lebih banyak diperankan oleh guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sedangkan siswa lebih banyak duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Aktivitas siswa hanya tampak ketika mencatat materi pelajaran dan berlatih mengarjakan soal-soal yang ditugaskan oleh guru.

 Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas mencatat materi pelajaran, aktivitas bertanya, aktivitas menjawab pertanyaan, dan aktivitas melaksanakan tugas, didapat data bahwa dari keseluruhan siswa mempunyai aktivitas rendah sebanyak 38,9%, aktivitas sedang sebanyak 69,4%, dan aktivitas tinggi sebanyak 5,6%.

 Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar yang dituntunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan, karena hanya sebagian kecil siswa yang mempunyai aktivitas tinggi. Dalam hal ini sangat diperlukan sekali adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat aktif mengikuti atau melakukan pembelajaran.

 Sedangkan hasil pengamatan terhadap guru ketika mengajar di kelas didapat data bahwa guru cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru hanya sekali-sekali menyampaikan pertanyaan kepada siswa, sehingga siswa kurang bisa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

 Nilai hasil belajar pada kegiatan pembelajaran kondisi awal hanya mampu mencapai rata-rata 63,89, dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi75. Rata-rata hasil tes tersebut termasuk masih rendah karena masih dibawah KKM 75, dan hanya terdapat 1 (11,1%) siswa yang mampu mencapai ketuntasan.

 Dari hasil pengamatan dan hasil tes tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran tarafnya masih rendah, belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh kondisi pembelajaran yang sifatnya belum mampu membangkitkan aktivitas berpikir dalam belajar bagi siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang monoton dan bersifat searah, serta kurangnya penggunaan variasi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan guru mengakibatkan siswa pasif dan kurang mampu mengapresiasi materi pelajaran dengan baik.

Deskripsi Data Siklus I

 Pada tahap perencanaan disiapkan rencana perbaikan pembelajaran Matematika melalui penerapan model kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelompok homogen, menggunakan materi Konsep segi banyak dan bukan segi banyak. Masing-masing kelompok berkooperatif membaca buku sumber untuk menemukan informasi tentang perbandingan sisi segi banyak dan bukan segi banyak. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Dilanjutkan dengan guru menguatkan pemahaman tentang konsep segi banyak.

 Masing-masing kelompok dibagikan gambar segi banyak, kemudian mengukur besar sudut dalam bangun segi banyak tersebut. Masing-masing kelompok berkooperatif untuk mengukur sudut yang ada pada gambar. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

 Guru memotivasi siswa dengan memberikan kuis tentang jumlah sudut pada segibanyak. Masing-masing kelompok berkooperatif. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru menunjuk siswa untuk menjawab. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

 Kondisi pembelajaran pada siklus I secara keseluruhan menunjukkan adanya perubahan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih baik. Jika pada kondisi kondisi awal siswa bersikap sebagai pendengar, namun pada siklus I mempunyai kesempatan untuk mengapresiasi kegiatan pembelajaran secara aktif. Terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I akan dibenahi pada tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II.

Hasil Pengamatan

 Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap siswa terhadap aktivitas dalam kegiatan pembelajaran didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 4,2%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 66,7%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 29,2%.

 Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar yang dituntunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terjadi adanya peningkatan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal. Namun peningkatan tersebut sifatnya belum optimal terhadap keseluruhan siswa, karena aktivitas optimal hanya ditunjukkan oleh siswa yang berada pada kelompok siswa yang pandai.

 Adapun pengamatan terhadap guru ketika mengajar di kelas menunjukkan bahwa guru telah berusaha membawakan kegiatan pembelajaran secara optimal dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok homogen. Dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkann aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, dengan harapan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa.

 Data nilai hasil belajar siklus I tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibanding dengan yang dicapai pada kondisi awal. Hasil tes pada siklus I Hasil penilaian terhadap pelaksanaan ulangan harian pada siklus I mendapatkan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 80. Nilai rata-rata yang dicapai siswa mencapai 74,44. Rata-rata hasil tes tersebut belum mampu melampaui nilai KKM 75. Walaupun demikian, kondisi pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan apabila dilihat dari rata-rata maupun tingkat ketuntasan belajar siswa. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar terdapat 5 (55,56%), dan siswa yang belum mampu mencapai batas ketuntasan minimal terdapat 4 (44,44%).

Deskripsi Data Siklus II

 Pada tahap perencanaan disiapkan rencana perbaikan pembelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan menggunakan kegiatan kelompok yang anggotanya dikelompokkan secara hiterogen.

Siswa dibagi kedalam kelompok heterogen, masing-masing terdiri dari 3 siswa.    Masing-masing siswa dalam kelompok mengidentifikasi gambar di buku tentang sudut lancip, tumpul, dan siku-siku. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

 Masing-masing kelompok melakukan pengukuran sudut terhadap benda-benda di sekitar. Kemudian mengelompokkan yang termasuk sudut lancip, tumpul, dan siku-siku terhadap media yang ada di sekitar. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

 Masing-masikng kelompok dibagikan berbagai bentuk bangun datar. Masing-masing kelomok mengidentifikasi yang termasuk sudut lancip, tumpul, dan siku-siku. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu berkooperatif melakukan penngukuran menggunakan busur tehadap benda di sekitar. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

 Masing-masing kelompok berkooperatif mempraktikkan membuat bangun yang mempunyai sudut tertentu. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai anggota kelompok itu mengerti. Kemudian guru menunjuk siswa untuk melakukan presentasi, dan anggota kelompok yang lain tidak boleh saling membantu. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti. Kemudian dilakukan penilaian hasil belajar.

Hasil Pengamatan

Aktivitas Belajar Matematika

 Dari hasil pengamatan siklus II yang dilakukan terhadap siswa pada pertemuan aktivitas belajar siswa didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 23,6%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 76,4%.

 Adapun pengamatan terhadap guru ketika mengajar di kelas menunjukkan bahwa guru telah berusaha membawakan kegiatan pembelajaran secara optimal dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok heterogen. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan siswa dapat berkembang dengan optimal.

 Hasil menunjukkan 0,0% siswa mempunyai nilai sangat kurang, 0,0% siswa mempunyai nilai kurang, 0,0% siswa mempunyai nilai cukup, 55,6% siswa mempunyai nilai baik, dan 44,4% siswa mempunyai nilai sangat baik. Kondisi hasil belajar tersebut menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan kondisi siklus I. Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus II mencapai 83,89, dengan nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 100. Dan dengan KKM 75, semua siswa (100%) sudah mampu mencapai atau melampaui ketuntasan dalam belajarnya.

Pembahasan

Pembahasan Kondisi awal

 Pembelajaran pada kondisi awal dilaksanakan secara konvensional, artinya guru dalam mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah dan sifatnya masih searah. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sedangkan siswa pasif karena lebih banyak sebagai pendengar. Kondisi yang demikian mengakibatkan siswa merasa cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi pembelajaran tampak kaku, karena siswa kurang ada kegaiatan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

 Secara keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 38,9%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 58,3%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 2,8%.

 Sedangkan hasil pengamatan terhadap guru dalam mengajar menunjukkan bahwa guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang dilakukan guru bersifat searah. Pembelajaran yang diciptakan guru belum bisa membangkitkan belajar bagi siswa secara aktif. Dan guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran.

 Hasil belajar pada ulangan harian pada kondisi awal, terdapat 11,11% siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajarnya. Adapun siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar terdapat 88,89%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa, nilai hasil belajarnya belum mampu mencapai KKM 75.

Pembahasan Siklus I

 Melalui pembeajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelompok homogen yang dilaksanakan pada siklus I, menunjukkan adanya perubahan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal. Guru dalam mengajar sudah berusaha untuk mengusahakan belajar aktif bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

 Secara keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 4,2%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 66,7%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 29,2%.

 Sedangkan hasil pengamatan terhadap guru, menunjukkan bahwa guru sudah berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara optimal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru berusaha memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif, yang diharapkan dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dan memacu aktivitas siswa dalam melakukan pembelajaran. Skenario pembelajaran yang dirancang guru mampu diapresiasi oleh siswa dengan lebih optimal.

 Nilai hasil ulangan harian pada kondisi siklus I terdapat 55,56% siswa yang sudah mampu mencapai nilai KKM 75. Sedangkan 44,4% siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM. Ketuntasan belajar pada kondisi siklus I dapat dilihat pada diagram berikut:

Pembahasan Siklus II

 Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II, juga dilakukan melalui penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun perubahannya terhadap penggunaan kelompok siswa yang ditentukan secara heterogen dengan lebih banyak melakukan variasi dalam kegiatan pembelajaran.

 Secara keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 23,6%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 76,4%.

 Nilai hasil ulangan harian yang dilakukan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 83,89. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100, sedang nilai terendah 75. Dengan KKM 75, siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 100%.

Hasil Penelitian Siklus I

 Aktivitas belajar siswa dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi awal. Dari hasil pengamatan didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 4,2%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 66,7%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 29,2%.

 Hasil pengamatan pada kondisi siklus I tersebut menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi kondisi awal, karena pada kondisi awal didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 25,0%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 69,4%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 5,6%.

 Hasil belajar pada pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi awal. Nilai rata-rata hasil ulangan harian siklus I mencapai 74,44. Pencapaian nilai rata-rata tersebut menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibanding dengan rata-rata ulangan harian pada kondisi awal yang hanya mencapai 63,89.

 Demikian juga terhadap tingkat ketuntasan belajar siswa, juga mengalami peningkatan. Pada kondisi siklus I terdapat 55,56% siswa yang mencapai tingkat ketuntasan dalam belajar, sedangkan pada kondisi awal hanya mencapai 11,11%.

Hasil Penelitian II

 Aktivitas belajar siswa dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi siklus I. Dari hasil pengamatan didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 0,0%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 23,6%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 76,4%

 Hasil pengamatan pada kondisi siklus II tersebut menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi silus I, karena pada kondisi siklus I didapat data bahwa rata-rata dari keseluruhan siswa yang mempunyai aktivitas rendah terdapat 4,2%, siswa yang mempunyai aktivitas sedang terdapat 66,7%, dan siswa yang mempunyai aktivitas tinggi terdapat 29,2%.

 Hasil belajar pada pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran pada siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kondisi awal maupun siklus I. Nilai rata-rata hasil ulangan harian siklus II mencapai 83,89. Pencapaian nilai rata-rata tersebut menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibanding dengan rata-rata ulangan harian pada kondisi siklus I yang hanya mencapai 74,44.

 Demikian juga terhadap tingkat ketuntasan belajar siswa, juga mengalami peningkatan. Pada kondisi siklus I terdapat 55,56% siswa yang mencapai tingkat ketuntasan dalam belajar, sedangkan pada kondisi siklus II meningkat menjadi 100%.

PENUTUP

Simpulan

 Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk  meningkatkan aktivitas belajar Matematika bagi siswa.

2.   Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa.

3.   Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun datar bagi siswa siswa kelas IV SD Negeri 2 Sendangrejo semester I tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan dan hasil belajar siswa pada pelaksanaan penelitian. Pada kondisi pra awal yang dilaksanakan tanpa menggunakan model pembelajaran, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan aktivitas tinggi hanya mencapai 2,8%, dan hasil ulangan harian siswa mencapai rata-rata 63,89, dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 11,11%. Pada siklus I dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelompok homogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan aktivitas tinggi mencapai 29,2%, dan hasil belajar meningkat menjadi rata-rata 74,44, dengan tingkat ketuntasan mencapai 55,56%. Kemudian pada siklus II dilakukan pembenahan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelompok heterogen, hasil pengamatan terhadap siswa yang menunjukkan aktivitas tinggi mencapai 76,4%, dan hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 83,89, dengan tingkat ketuntasan mencapai 100%.

Saran

1.   Untuk Guru

 Guru dalam mengajar hendaknya jangan hanya menggunakan metode yang sifatnya monoton dari waktu ke waktu karena akan membosankan bagi siswa. Guru hendaknya mampu membangkitkan belajar siswa secara aktif dan kreatif, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif.Guru hendaknya berusaha secara aktif dan kreatif untuk memberi pengalaman belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasil pembelajaran tidak mudah terlupakan.

2. Untuk Sekolah

 Sekolah hendaknya mampu membudayakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, agar hasil belajar siswa meningkat. Sekolah hendaknya dapat memfasilitasi guru untuk mengadakan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.Sekolah hendaknya dapat mengkondisikan situasi kondusif yang dapat digunakan untuk pembelajaran secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningrati, Hermin. 1998. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Pada Pengajaran Fisika di SMU. Tesis. IKIP Surabaya

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Mulyono, Anton M. 2000. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Slavin, E Robert. 1995. Cooperative Learning:Theory, Research, And Practice. New Jersey: Prentice Hall

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.