UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

DENGAN PENDEKATAN MIRACLE OF POSITIF THINKING

PADA DIKLAT GURU KEJURUAN

DESAIN INTERIOR DAN TEKNIK FURNITUR

 

Haryadi PR

Widyaiswara Muda P4TK Seni Budaya Yogyakarta

 

ABSTRAK

Kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dalam diklat, yang didalamnya dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya kemampuan widyaiswara dalam mengelola pembelajaran diklat, peningkatan aktivitas peserta diklat pada aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Pendekatan miracle of positif thinking dengan pertimbangan kondisi kompetensi keahlian Desain Interior dan Furnitur (DITF), sehingga diharapkan dengan pendekatan ini nantinya peserta diklat yang merupakan guru produktif/kejuruan akan mendapatkan rasa optimis dan juga akan ditularkan pada para peserta didiknya di sekolah. Pada setiap siklus dilaksanakan pembelajaran secara kelompok dan dilakukan penilaian secara individu dan terjadi peningkatan. Dari hasil kegiatan penelitian disimpulkan bahwa pendekatan ini dapat mendukung pencapaian kompetensi peserta diklat. Untuk itu pendekatan ini perlu dikembangkan dan diujicobakan pada diklat-diklat yang akan datang.

kata kunci:   kualitas pembelajaran, miracle of positif thinking, guru kejuruan

 

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Keberadaan guru menjadi aspek penting bagi keberhasilan sekolah, terutama bagi guru yang melaksanakan fungsi mengajarnya dengan penuh makna, artinya guru sangat kompeten dengan bidangnya, kerja profesional, menjadi seorang yang serba bisa dan memiliki harapan yang tinggi terhadap profesinya dan siswanya (Aan Komariah: 2008). Dalam mengajar guru menjadi seorang komunikator yang menanamkan harapan pada siswanya dan dia adalah seorang yang cerdas yang setiap harinya bergelut dengan ilmu pengetahuan dan menyenangi tantangan intelektual.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan, tetapi juga diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlak yang baik. Peran penting guru dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai scaffolding dan coaching. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan setelah peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi. Coaching adalah proses memotivasi peserta didik, menganalisa perfomanya dan memberikan umpan balik tentang kinerja (Agus Suprijono: 2012).

Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menyelenggarakan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), dengan tujuan meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional yang dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru kelas, guru mata pelajaran dan guru Bimbingan Konseling (BK) untuk semua jenjang pendidikan dengan rata-rata nasional yaitu 75 dan melalui Uji Kompetensi Keahlian (UKK) bagi guru kejuruan. Penyelenggaraan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui diklat guru melibatkan pemerintah serta partisipasi publik yang meliputi pemerintah daerah, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri, organisasi kemasyarakatan, serta orangtua siswa.

Sedangkan kompetensi keahlian Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) adalah kompetensi keahlian di SMK yang menjadi bagian dari bidang keahlian Seni dan Industri Kreatif. Sesuai dengan Keputusan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Nomor 8275/D5.3/KR/2016 tanggal 2 September 2016 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, yang salah satunya berisi mergernya Kompetensi Keahlian Teknik Furnitur (TF) yang berasal dari bidang teknologi rekayasa dengan Kompetensi Keahlian Desain Interior (DI) yang berasal dari bidang seni rupa, serta waktu belajar yang masing-masing 3 tahun sekarang setelah di merger menjadi program 4 tahun. Dari kondisi ini tentunya di sekolah terdapat berbagai kendala dari kurikulum, guru dan sarana prasarana baik dari SMK yang berasal dari kompetensi keahlian Desain Interior (DI) maupun kompetensi keahlian Teknik Furnitur (TF), tetapi perlu disikapi dengan positif thinking agar kompetensi keahlian ini bisa berjalan dengan baik.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis menyusun 2 (dua) rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu:

a.     Bagaimana pendapat peserta tentang pendekatan miracle of positif thinking pada diklat guru kejuruan Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF)?

b.     Apakah pendekatan miracle of positif thinking memudahkan peserta memahami materi diklat guru kejuruan Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) pada kompetensi Klaster Persiapan Finishing?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah mengembangkan pendekatan miracle of positif thinking dalam diklat guru kejuruan Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) pada kompetensi Klaster Persiapan Finishing.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sebagai widyaiswara dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran. Bagi peserta diklat dapat mengikuti diklat dengan meningkatkan pemahaman terhadap materi serta bisa diaplikasikan kepada peserta didik di sekolah. Sedangkan bagi PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta mudah-mudahan penelitian ini dapat meningkatkan kualitas diklat.

Tinjauan Pustaka

Kualitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), kualitas adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu. Pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam dan maupun di luar diri seseorang (Hamdani: 2011).

Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Aspek-aspek spek-aspek efektivitas belajar yaitu: peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, perubahan sikap, perilaku, kemampuan adaptasi, peningkatan integrasi, peningkatan partisipasi dan peningkatan interaksi kultural.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dalam diklat, yang didalamnya dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya kemampuan widyaiswara dalam mengelola pembelajaran diklat, peningkatan aktivitas peserta diklat pada aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran.

Miracle Of Positif Thinking

Positif Thinking atau berpikir postif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya. Sehingga, ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam mencari jalan keluarnya. Pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter.

Kita akan menjadi pribadi yang lebih matang, pribadi yang luar biasa dan siap menjemput semua impian. Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan dan kelemahan kita, akan tetapi pikiran positif akan membawa kita mencari dan memperoleh kekuatan-kekuatan baru pada diri kita.

Berpikir positif tidak hanya sebatas pada ranah kognitif saja, tetapi juga mengarahkan perasaan dan tindakan kita pada hal-hal yang positif. Berpikir positif adalah upaya kita untuk mengisi pikiran dengan muatan yang positif yaitu berbagai bentuk pemikiran yang benar (tidak melanggar norma), baik bagi kita, orang lain, dan lingkungan, dan bermanfaat dengan menghasilkan sesuatu yang berguna (Ubaedy: 2008).

Diharapkan dengan pemikiran yang positif akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif, antara lain merealisasikan tujuan-tujuan positif atau target-target positif, mengembangkan berbagai potensi yang kita miliki (bakat, pengetahuan, pengalaman, karakter) dan untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang muncul dengan cara positif, kreatif dan konstruktif.

Diklat Guru Kejuruan Desain Interior dan Teknik Furnitur

Sesuai buku Panduan Program Diklat Guru Tahun 2018 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud. Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta diklat sehingga menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peran guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Untuk merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan program peningkatan kompetensi bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) harus dilakukan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk mencapai dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesi guru. Hal ini nantinya juga sekaligus berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat dilakukan melalui pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.

Pengembangan diri merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Kegiatan pengembangan diri ini dimaksudkan agar guru mampu mencapai dan atau meningkatkan kompetensi guru yang mencakup: kompetensi kepribadian, sosial, pedagogis dan profesional, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian guru diharapkan dapat melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran/pembimbingan, termasuk pula dalam melaksanakan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah secara profesional. Kegiatan pengembangan diri dapat berbentuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional atau mengikuti kegiatan kolektif guru.

Sedangkan kompetensi keahlian Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) pada SMK adalah kompetensi keahlian dari bidang keahlian Seni dan Industri Kreatif, dengan program 4 tahun, diharapkan dengan program 4 tahun ini lulusan SMK memiliki kualifikasi minimal level 3 pada KKNI, kompetensi sesuai tuntutan dunia kerja, serta keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan pasar bebas di bidang pemodelan desain interior serta teknik furnitur.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) semakin menegaskan bahwa SMK harus semakin lebih dekat dengan kebutuhan kerja. KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Untuk level guru produktif/kejuruan SMK adalah pada level 4, lulusan SMK program 4 tahun ini berada pada jenjang/level 3 serta lulusan SMK program 3 tahun berada pada jenjang/level 2. Pada jenjang/level 1-3, yang dikelompokkan dalam jabatan operator.

Metode Penelitian

Penelitian peningkatan kualitas pembelajaran dengan pendekatan miracle of positif thinking pada diklat guru kejuruan desain interior dan teknik furnitur dilaksanakan dalam kegiatan Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru Produktif Bidang Seni dan Industri Kreatif di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Gelombang 2 pada tanggal 17 Oktober sampai dengan 2 November 2018. Diklat ini terdiri 10 (sepuluh) kelas, penelitian hanya dilaksanakan pada kelas DITF (Desain Interior dan Teknik Furnitur) yang terdiri dari 7 peserta dari 8 peserta yang diundang. Jumlah peserta laki-laki 4 atau 42,86% dan jumlah peserta perempuan 3 atau 57,14%.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan di dalam kelas denggan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus. Periode dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi, mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Maharani: 2014).

Hasil Penelitian

Perencanaan

Waktu kegiatan penelitian sangat tergantung dengan waktu kegiatan diklat, kegiatan diklat yang secara utuh dengan durasi waktu adalah 150 JP. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan durasi waktu materi dan tugas mengajar yang dilaksanakan adalah 66 JP. Waktu diklat 66 JP, terbagi: materi Klaster Kompetensi Persiapan Pekerjaan Finishing (3 modul) 46 JP dan pendalaman materi (sebagai pengganti UKK) 20 JP yang melibatkan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Karena keterbatasan waktu diklat sebesar 66 JP atau 8 hari kegiatan.

Dipilihnya pendekatan miracle of positif thinking pada kegiatan penelitian yaitu dengan pertimbangan kondisi kebimbangan yang ada pada kompetensi keahlian Desain Interior dan Furnitur (DITF), sehingga dengan pendekatan ini nantinya peserta diklat yang merupakan guru produktif/kejuruan akan mendapatkan rasa optimis dan juga akan ditularkan pada para peserta didiknya di sekolah. Perencanaan telah dilakukan pada saat sebelum diklat, karena penulis mendapatkan tugas mengajar pada hari ke 8 (delapan) atau sesi yang kedua dari pengajar yang terdahulu. Direncanakan dalam kegiatan ini, dengan 2 (dua) siklus, terbagi dalam sesi:

 

 

a.   Siklus 1, pada pembelajaran modul 1 dan 2.

b.   Siklus 2, pada pembelajaran modul 3 dan pendalaman materi dengan DU/DI (berupa praktek finishing oles).

Pada setiap siklusnya memuat tindakan dari pendekatan miracle of positif thinking, berupa:

a.   Langkah 1, menentukan tujuan, membuat rencana tujuan dalam kegiatan diklat terkait dengan pencapaian kompetensi yang bersifat kongkret dengan langkah-langkah yang dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

b.   Langkah 2, mengukur pencapaian tujuan.

c.   Langkah 3, mengatur dinamika, yaitu apabila tujuan belum tercapai segera membuat tujuan berikutnya, dengan melakukan evaluasi terhadap semua proses yang telah dilakukan.

d.   Langkah 4, bekerja sama dengan tim dalam proses diklat, kecuali pada kegiatan evaluasi pembelajaran/penilaian yang bersifat individu.

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan materi yang dipelajari dalam diklat yang tertuang dalam masing-masing modul, dimana setiap modul berisi: buku informasi, buku kerja dan buku penilaian.

Siklus ke 1

Peserta diklat bersama-sama menyusun tujuan sesuai dengan modul 1 dan 2, yaitu kompeten dalam: Melakukan Komunikasi di Tempat Kerja (Kode Unit SKKNI C.310010.021.01) dan Menyiapkan Pekerjaan Finishing (Kode Unit SKKNI C.310010.014.01). Peserta memahami buku informasi dan buku kerja baik secara individu maupun kelompok. Sebelum dilaksanakan kegiatan dilakukan pre test terhadap materi yang akan dipelajari, setelah itu penulis mengadakan evaluasi berupa penilaian pencapaian kompetensi dengan buku penilaian secara individu.

Peserta menentukan tujuan, membuat rencana tujuan dalam kegiatan diklat terkait dengan pencapaian kompetensi yang bersifat kongkret dengan langkah-langkah yang dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, hal ini mengacu pada modul yang akan dipelajari. Menentukan waktu siklus ke 1 selama 4 (empat) hari dengan membuat target pencapaian tujuan. Dengan bimbingan instruktur peserta mengatur dinamika, yaitu apabila tujuan belum tercapai segera membuat tujuan berikutnya, dengan melakukan evaluasi terhadap semua proses yang telah dilakukan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal dan kelompok, bekerja sama dengan tim dalam proses diklat melalui diskusi-diskusi pembahasan modul, kecuali pada kegiatan evaluasi pembelajaran/penilaian yang bersifat individu.

 

 

 

 

Hasil penilaian pada siklus 1, sebagai berikut:

Tabel 01. Hasil Penilaian pada Siklus 1

No

Rentang Nilai

Pre Tes

Pengetahuan

Ketrampilan

Sikap

1

95-100

0

0

0

0

2

90-95

0

0

0

0

3

85-90

0

0

1

7

4

80-85

0

6

4

0

5

75-80

0

1

2

0

6

70-75

0

0

0

0

7

65-70

0

0

0

0

8

60-65

0

0

0

0

9

<60

7

0

0

0

 

Dari evaluasi kegiatan siklus ke 1, yaitu pencapaian nilai pre test adalah wajar karena peserta belum mendapatkan materi diklat. Sedangkan nilai pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah peserta melalui proses diklat. Setelah itu dilakukan observasi dan evaluasi erhadap pencapaian dan refleksi pada siklus 1, maka ada hal-hal yang harus dibenahi untuk kegiatan pembelajaran di siklus 2, harus lebih fokus yaitu dengan pembelajaran secara kelompok dan akan disertai dengan diskusi dan membuat sarana bantuan dalam proses belajar, berupa diagram, mind map atau sejenis menggunakan kertas plano, diskusi intensif serta bersama-sama menyimulasikan kegiatan praktek sesuai kemampuan kompetensi aspek ketrampilan.

Siklus ke 2

Penulis memberikan penguatan dan semangat kepada peserta diklat atas perilaku dan sikap positif thinking, dalam memahami, mempelajari serta mencapai kompetensi pekerjaan pada Klaster Persiapan Pekerjaan Finishing dan dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta diklat bersama-sama menyusun tujuan sesuai dengan modul 3 Kode Unit SKKNI C.310010.015.01 Menyiapkan Permukaan Komponen/Produk Untuk Finishing dan pendalaman materi DU/DI (PT. Propan) berupa kompetensi finishing oles water based. Peserta memahami buku informasi dan buku kerja baik secara individu maupun kelompok. Pada siklus ini lebih fokus yaitu dengan pembelajaran secara kelompok dan disertai dengan diskusi dan membuat berupa diagram, mind map atau sejenis menggunakan kertas plano yang dipresentasikan dan dibahas bersama-sama serta saling memberikan masukan. Sedangkan pada aspek ketrampilan menyimulasikan kegiatan praktek sesuai kemampuan kompetensi aspek ketrampilan.

Setelah itu penulis sebagai instruktur mengadakan evaluasi berupa penilaian pencapaian kompetensi dengan buku penilaian secara individu pada modul ke 3, sedangkan pada pendalaman materi bersama-sama unsur DU/DI melakukan penilaian aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang menjadi satu dalam nilai pendalaan materi sesuai jobsheet dan indikator yang disepakati.

Sebelum kegiatan diakhiri dilakukan post test dan kuesioner kegiatan pembelajaran diklat yang telah dilaksanakan.

 

 

Tabel 02. Hasil Penilaian pada Siklus 2

No

Rentang Nilai

Pengetahuan

Ketrampilan

Sikap

Pendalaman Materi dg DU/DI

Post Test

1

95-100

0

0

0

0

0

2

90-95

0

3

5

2

1

3

85-90

2

4

2

5

1

4

80-85

2

0

0

0

3

5

75-80

3

0

0

0

2

6

70-75

0

0

0

0

0

7

65-70

0

0

0

0

0

8

60-65

0

0

0

0

0

9

<60

0

0

0

0

0

 

Dalam evaluasi pada semua siklus dari hasil kegiatan diklat, dalam hal kegiatan diklat peserta semakin antusias, apabila diakhiri pendalaman materi berupa praktek langsung finishing oles dari dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) PT. Propan yang mengaplikasikan finishing oles water based.

Sedangkan dalam pencapaian nilai dengan hasil sebagai berikut:

a.     Adanya peningkatan dari nilai pre test dan post test sebesar 24,76, dari rata-rata 59,95 menjadi 75,71.

b.     Hasil nilai post test (siklus ke 2), adalah nilai pada rentang 90-95 = 1 peserta (14,29%), rentang 85-90 = 1 peserta (14,29%), rentang 80-85 = 3 peserta (42,86%) dan rentang nilai 75-80 = 2 peserta (28,57%).

c.     Pada nilai pengetahuan terjadi peningkatan dari siklus ke 1, pada siklus ke 1 pada tidak ada peserta yang mencapai nilai > 85, peserta mendapatkan nilai pada rentang 75-85 = 7 peserta (100%). Pada kegiatan siklus ke 2 hasil penilaian dengan jumlah peserta dengan nilai > 85 berjumlah 2 peserta (28,57%) dan rentang 75-85 berjumlah 5 peserta (71,43%).

d.     Pada aspek ketrampilan pada siklus ke 1 hasil penilaian peserta, dengan nilai pada rentang 90-95 = 0 peserta, rentang 85-90 = 1 peserta (14,29%), rentang 80-85 = 4 peserta (57,14%) dan rentang 75-80 = 2 peserta (28,57%). Pada siklus ke 2 hasil penilaian peserta pada rentang 90-95 = 3 peserta (42,86%), rentang 85-90 = 4 peserta (57,14%), rentang 80-85 = 0 peserta dan rentang 75-80 = 0 peserta.

e.     Terjadi peningkatan hasil pencapaian pada aspek ketrampilan yaitu pada rentang 90-95 yang pada siklus ke 1 tidak ada, pada siklus ke 2 menjadi 3 peserta. Pada siklus ke 1 rentang nilai 85-90 = 1 peserta menjadi 4 peserta di siklus ke 2. Pada siklus ke 1 rentang nilai 80-85 = 4 peserta, pada siklus ke 2 tidak ada peserta yang mendapatkan nilai pada rentang tersebut.

f.      Pada penilaian sikap, terjadinya peningkatan nilai di siklus ke 2, pada penilaian ini aspek yang dinilai adalah kerjasama, disiplin, tanggung jawab dan keaktifan dalam kegiatan diklat. Sikap peserta pada siklus ke 1 berada pada rentang 85-90 atau 100% peserta, sedangkan pada siklus ke 2 pada rentang 90-95 = 5 peserta (72%) dan rentang 85-90 = 2 peserta (28%).

g.     Pada kegiatan pendalaman materi yang ada pada siklus ke 2, peserta sangat antusias melaksanakan praktek finishing oles water based produk PT. Propan, dengan penilaian meliputi penilaian persiapan, pemahaman finishing, proses finishing dan sikap kerja. Hasil penilain bersama DU/DI rentang 90-95 = 2 peserta (28%) dan rentang 85-90 = 5 peserta (72%)

Pada siklus ke 2 ini, setelah dilaksanakan post test peserta mengisi kuesioner secara sederhana, dengan hasil sebagai berikut:

a.     Pendapat tentang kegiatan diklat menyenangkan, dengan jawaban ya: 100% dan jawaban tidak 0%

b.     Pendapat tentang pendekatan postif thinking peserta diklat lebih mantap dalam mengikuti diklat, dengan jawaban ya: 71,43% dan jawaban tidak 28,57%

c.     Pendapat tentang peserta diklat siap menginspirasi peserta didik di sekolah dengan pendekatan positif thingking, dengan jawaban ya: 85,71% dan jawaban tidak 14,29%

d.     Pendapat tentang kesanggupan peserta diklat untuk diundang dalam kesempatan diklat yang lain guna meningkatkan kompetensi, dengan jawaban ya: 100% dan jawaban tidak 0%

Pengembangan dan Refleksi

Berdasarkan analisis tersebut di atas, upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan miracle of positif thinking pada diklat guru kejuruan Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) belum dapat mewujudkan tujuan pembelajaran diklat dengan baik. Pengembangan harus dilakukan, karena kalau melihat harapan nilai uji kompetensi guru adalah diatas 75. Pada kompetensi keahlian Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) karena belum ada skema level 4 yang ditetapkan oleh BNSP dan Kemendikbud, maka untuk pelaksanaan uji kompetensi guru belum diadakan, diganti dengan pendalaman materi bersama dunia usaha dan dunia industri (DU/DI).

Sedangkan kegiatan diklat ini sesuai dengan ketentuan dari Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), peserta Program Diklat Guru akan mendapatkan sertifikat apabila predikat dari Nilai Akhir (NA) minimal CUKUP >70. Dengan proporsi jumlah nilai akhir yaitu terdiri pada 60% dikalikan dengan jumlah 60% kali nilai ketrampilan dan 40% nilai sikap, sedangkan tes akhir (post test) dengan proporsi 40%. Dari hasil kegiatan tersebut semua peserta adalah mencapai nilai > 70.

Dalam rangka untuk mengembangan kompetensi guru melalui kegiatan diklat guru selalu dilaksanakan. Sehingga apabila pendekatan ini efektif maka dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang, terutama untuk mencapai dan mendukung rasa optimis pada pengembangan kompetensi keahlian Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF).

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan penelitian upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan miracle of positif thinking pada diklat guru kejuruan Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan ini dapat mendukung pencapaian kompetensi peserta diklat. Untuk itu pendekatan ini perlu dikembangkan dan diujicobakan pada diklat-diklat yang akan datang.

Daftar Pustaka

Hamdani. (2011), Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Komariah, Aan. (2008), Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Maharani, Ervina. (2014), Panduan Sukses Menulis Penelitian Tindakan Kelas yang Simpel, Cepat dan Memikat. Yogyakarta: Pustaka Araska Media Utama

Pusat Bahasa Depdiknas. (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Suprijono, Agus. (2012), Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ubaedy, AN. (2008), Kedahsyatan Berpikir Positif. Jakarta: PT. Visi Gagas Komunika