MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SD NEGERI 3 KARANGSONO KECAMATAN KARANGRAYUNG, KABUPATEN GROBOGAN PADA KOMPETENSI MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN ALAT PERAGA

 

Lisjiono

SD Negeri 3 Karangsono Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Minat belajar dan hasil belajar siswa kelas V semester II SD Negeri 3 Karangsono tahun pelajaran 2017/2018, dalam pembelajaran matematika pada Kompetensi Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Ruang masih rendah. Minat siswa dalam pembelajaran 26,85%, nilai rata-rata kelas 48,33, sehingga perlu segera dilakukan upaya memecahkan masalah tersebut. Upaya yang dilakukan agar hasil belajar dan minat belajar matematika siswa meningkat adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Tujuan PTK ini untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono pada kompetensi Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Ruang. Penelitian dilakukan 2 siklus, setiap siklus 2 pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga. Indikator keberhasilan penelitian ditetapkan apabila persentase minat siswa dalam pembelajaran meningkat dari 26,85% menjadi 65,00% dan nilai rata- rata kelas meningkat dari 48,33 menjadi 60,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase minat belajar dan hasil belajar siswa pada siklus I meningkat mejadi 51,85%. Nilai rata-rata kelas siklus I juga meningkat mencapai 57,78. Pada siklus II proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Siswa lebih berperan aktif pembelajaran. Persentase minat siswa dalam pembelajaran siklus II meningkat menjadi 67,59%, dan rata-rata kelas siklus II mencapai 66,11. Tindakan pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Diperoleh simpulan hasil penelitian bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan pada kompetensi Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Ruang meningkat.

Kata Kunci: minat, hasil belajardan,kooperatif tipe STAD.

 

PENDAHULUAN

Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat diperlukan bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak akan lepasdari hal-hal menghitung, jual-beli, modal kerja, menakar, menimbang, membandingkan, membentuk sesuatu dan lain-lain. Pelajaran matematika di SD salah satu materinya adalah mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, dan penerapanya dalam kehidupan.

Siswa pada umumnya beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan menjemukan. Para siswa merasa enggan dan mudah bosan pada pelajaran matematika. Mereka juga merasa bahwa mtematika adalah momok yang menakutkan dari seluruh mata pelajaran yang mereka ikuti. Keadaan ini diperparah dengan sikap guru yang mudah marah dan jengkel kepada siswa bila mereka sulit diarahkan untuk memahami terhadap suatu konsep matematika.

Berdasarkan data hasil pengamatan awal oleh peneliti sebagai seorang guru sekolah dasar di SD Negeri 3 Karangsono, minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas V emester II tahun pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono, masih rendah. Rasa senang, keterlibatan, ketertarikan, dan pehatian siswa dalam pembelajaran belum begitu nampak.Dari 18 siswa kelas V hanya 5 siswa yang memperhatikan pejelasan guru, 2 siswa yang biasa aktif bertanya pada guru, 2 siswa berani menyampaikan pendapatnya, dan 2 siswa yang mau berlatih soal, 10 siswa kurang antusias mengikuti pebelajaran. Rata-rata scor minat siswa dalam pembelajaran 26,85%. Hasil rata-rata nilai matematika siswa pada penilaian sebelumnyapun juga rendah, yaitu 48,33 dengan nilai terendah 30, dan nilai tertinggi 70.

Hasil refleksi guru bersama teman sejawat menyatakan bahwa minat siswa saat pembelajaran matematika perlu ditingkatkan. Komunikasi dalam pembelajaran masih yang masih searah dari guru kepada siswa perlu diubah menjadi dua arah. Rasa senang, keterlibatan, ketertarikan, dan pehatian siswa dalam pembelajaran perlu ditingkatkan. Metode pembelajaran juga perlu variatif jangan hanya menggunakan ceramah saja.

Akibatnya dari minat siswa dalam pembelajaran yang rendah, semangat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran juga kurang sehingga hasil belajar para siswa rendah pula. Keadaan seperti ini menjadi masalah yang perlu segera mendapat pemecahan jalan keluar. Guna meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa, guru mengadakan penelitian tindakan kelas.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan pembatasan masalah, peneliti merumuskan masalah yang perlu dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan yaitu: ”melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas V Semester II SD Negeri 3 Karangsono tahun pelajaran 2017/2018 pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas V Semester II SD Negeri 3 Karangsono tahun pelajaran 2017/2018 pada materi Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Tujuan khusus dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas V Semester II SD Negeri 3 Karangsonotahun pelajaran 2017/2018 pada materi mencari mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alat peraga.

 

 

 

KAJIAN TEORI

Hakekat Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktifitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas itu secara konsisten dengan rasa senang (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 166). Crow&crow (dalam Djaali, 2008: 121) mengatakan bahwa “minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”. Belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lain dalam proses belajar di kelas. Sementara kata ”aktif” sendiri dapat bermacam-macam bentuk seperti: mendengarkan, menulis, membuat sesuatu, mendiskusikan. (Sukarman, 2003: 24). Jadi minat belajar adalah rasa suka dan ketertarikan seseorang untuk melakukan aktifitas tanpa ada yang menyuruh, untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Belajar Matematika

Menurut Piaget (Adiningsih, 2003: 3) bahwa anak setingkat Sekolah Dasar taraf berfikirnya masih dalam tahap operasi konkrit. Anak-anak seusia Sekolah Dasar ini belajar dengan memanipulasi fisik dan obyek-obyek konkrit. Karena itu, pada usia anak setingkat ini peranan alat peraga sangat diperlukan dalam upaya menanamkan suatu konsep matematika. Menurut Bruner (Ruseffendi, 1966: 177) belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Bruner juga berpendapat bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terjadi dalam benda yang sedang diperhatikannya. Sehingga siswa betul-betul memahami karakteristik dari benda tersebut.

Hasil Belajar

Menurut Bloom, dkk (Suprayekti, 2003: 4) Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan minat psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Jadi hasil belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang relatif konstan dan berbekas, mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah seseorang mengalami proses belajar. Dengan demikian hasil belajar matematika adalah perubahan-perubahan perilaku yang relatif konstan dan berbekas, mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah seseorang mengalami proses belajar matematika.

 

 

Bangun ruang

Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Permukaan bangun itu disebut sisi (Suharjana 2009: 5).

Balok, Kubus dan Tabung

Balok adalah bangun ruang. Sisi-sisi yang membentuk balok berbentuk persegi pajang. Jaring-jaring yang akan terbentuk berupa gabungan pesegi atau persegi panjang (Sumanto YD, 2008: 165). Kubus temasuk bangun ruang. Sisi-sisi yang membentuk kubus berbentuk persegi. Jaring-jaring yang akan terbentuk beupa gabungan pesegi. (Sumanto YD, 2008: 165). Tabung merupakan bentuk gabungan lingkaran dan sisi melengkung (Sumanto Y.D, 2008:145). Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua daerah lingkaran yang sejajar dan sama ukuranya serta sebuah bidang lengkung yang berjarak sama jauh ke porosnya dan yang simetris terhadap porosnya memotong kedua daerah lingkaran tersebut tepat pada kedua daerah lingkaran itu (Agus Suharjana, 2009:40).

Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan dalam kegiatan proses pembelajaran agar tujuan atau kompetensi dari hasil yang diharap kan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan. Tidak ada satpun model pembelajaran yang sempurna. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa model pembelajaran tertentu adalah model pembelajaran yang paling hebat diterapkan pada materi pembelajaran tertentu. Dengan demikian dalam penerapan pada saat pembalajaran guru sebiknya mememilih salah satu model pembelajaran atau jika perlu menggabungkan beberapa model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran yang kita laksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah kita tentukan secara efektif dan efisien. Karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran kita tidak boleh mendewakan salah satu model pembelajaran tertentu guna mencapai hasil pembelajaran yang optimal. (Suyitno, 2005: 28)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran cooperative merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran cooperative disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama- sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Eggen & Kauchack (dalam Trianto, 2007: 42). Pembelajaran Cooperative merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peerteaching). Slavin 1995 (dalam Isjoni, 2009: 23).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang mulai mengadakan kooperatif dalam kelas. STAD juga merupakan suatu model pembelajaran yang efektif. Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Ada lima tahap pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam proses kegiatan pembelajaran, yakni tahap persiapan (termasuk di dalamnya penyajian materi), tahap kegiatan kelompok, tahap pelaksanaan tes individu, tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok.

Alat Peraga

Belajar melalui berbuat dan pengertian dapat dilakukan dengan memanipulasi benda-benda nyata. Benda-benda tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjadi visualisasi dari konsep abstrak dan disebut alat peraga. Menurut Darhim (Sugiarto, 2005: 4) alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Anderson (Sugiato, 2005: 4) alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan untuk membantu guru mengajar. Alat peraga merupakan benda-benda konkrit sebagai model sebagai ide-ide matematika dan penerapannya. Menurut Aristo Rahadi (2003:10) Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/kongkrit.

Kerangka berpikir

Skema kerangka berfikir

KONDISI

AWAL

 

 

 

TINDAKAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan kajian teoritik yang telah dipaparkan di atas peneliti berpendapat bahwa pembelajaran matematikapada pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematikasiswa kelas V Semester II SD Negeri 3 Karangsono tahun pelajaran 2017/2018.

Hipotesis Tindakan

  1. Jika pembelajaran matematika pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alat peraga maka minat belajar siswa kelas V Semester II tahun pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono dapat meningkat.
  2. Jika pembelajaran matematika pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alat peraga maka hasil belajar siswa kelas V Semester II tahun pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono dapat meningkat.
  3. Jika pembelajaran matematika pada materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alat peraga maka minat belajar dan hasil belajar siswa kelas V Semester II tahun pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono dapat meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting Penelitian

Tempat yang digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah di ruang belajar kelas V semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung.

Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas V semester II tahun pelajaran 2017/2018 SD Negeri 3 Karangsono, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan yang berjumlah 18 siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu: Dokumentasi yaitu catatan dalam bentuk tulisan tangan yang merekam kejadian atau peristiwa masa lalu yang pernah dialami oleh obyek penelitian. Observasi yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu minat yang dilakukan oleh obyek penelitian. Tes yaitu pemberian butir soal kepada obyek penelitian untuk dijawab sesuai kemampuannya.

Validasi Data

Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Data hasil belajar siswa tergolong data kuantitatif. Data tentang hasil belajar siswa pada siklus I dan II yang pengambilannya dilakukan di akakhir tiap-tiap siklus dengan alat lembar bitir soal divalidasi isinya dengan membuat kisi-kisi soal yang digunakan sebagai alat pemerolehan data hasil belajar siswa obyek penelitian. Data tentang minat belajar tergolong data kuantitatif. Data minat siswa selama pembelajaran pada siklus I dan II pada peneilitian tindakan kelas ini divalidasi dengan cara peneliti meminta bantuan teman guru lain untuk terlibat sebagai pengamat minat belajar siswa obyek penelitian pada saat mereka mengikuti pembelajaran di siklus I dan II penelitian.

Analisis Data

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan diskrptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa Kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 SDN 3 Karangsono pada kondisi awal sebelum penelitian, hasil belajar siswa Kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 SDN 3 Karangsono setelah siklus I dan hasil belajar siswa Kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 SDN 3 Karangsono setelah siklus II pada kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Kemudian dilanjutkan refleksi dan menentukan rencana tindak lanjut.

Data minat belajar siswa hasil pengamatan minat belajar siswa selama mereka mengikuti pembelajaran pada siklus I dan II dianalisis menggunakan analisis diskriptif komparatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus, dengan membandingkan minat siswa kondisi awal sebeum penelitian dan minat siswa pada siklus 1, membandingkan minat siswa siklus 1 dan minat siswa siklus 2, serta membandingkan minat siswa kondisi awal dan kondisi akhir. Kemudian dilanjutkan refleksi dan menentukan rencana tindak lanjut.

Indikator Keberhasilan

Penelitian dikatakan berhasil bila hasil belajar siswa meningkat dari yang semula rata-rata 48,33 menjadi rata-rata lebih atau sama dengan 60,00. Minat siswa dalam pembelajaran naik dari semula 26,85% menjadi minimal 65%.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu penelitian yang berisi tindakan-tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu sistem dan praktik-praktik yang terdapat di dalam sistem tersebut (McNiff, 1992). Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus menggunakan 2 pertemuan. Tindakan setiap siklus terdiri dari: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal sebelum penelitian, pembelajaran yang ditemui oleh peneliti adalah kenyataan bahwa minat belajar siswa kelas V semester II SD Negeri 3 Karangsono tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran matematika masih rendah. Dari 18 siswa kelas V hanya 5 siswa yang memperhatikan pejelasan guru, 2 siswa yang biasa aktif bertanya pada guru, 2 siswa berani menyampaikan pendapatnya, dan 2 siswa yang mau berlatih soal, 10 siswa kurang antusias mengikuti pebelajaran. Rata-rata akivtas siswa dalam pembelajaran 26,85%. Hasil rata-rata nilai matematika siswa pada penilaian sebelumnya baru 48,33. Nilai terendah 30, nilai tertinggi 70.

 

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti melakukan anlisis dan refleksi. Hasil tes akhir siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada kondisi awal 48,33, tetapi pada akhir siklus I sudah mencapai 57,78. Hasil analisis pengamatan minat belajar siswa dalam kegiatan proses pembelajaran sudah terjadi peningkatan minat siswa bila dibandingkan pada kondidsi awal. Pada kondidsi awal siswa yang memperhatikan penjelasan guru ada 5 tetapi pada akhir siklus I ada 12 siswa. Pada kondidsi awal siswa yang berani bertanya pada guru ada 2 tetapi pada akhir siklus I ada 5 siswa. Pada kondidsi awal siswa yang berani menjawab pertanyaan guru ada 0 tetapi pada akhir siklus I ada 6 siswa. Pada kondidsi awal siswa yang berani menyampaikan pendapatnya 2 siswa tetapi pada akhir siklus I ada 11 siswa. Pada kondidsi awal siswa yang berlatih soal 2 siswa tetapi pada akhir siklus I ada 4 siswa. Persentase rata-rata minat siswa dalam pembelajaran pada kondisi awal beru 26,85%, pada akhir siklus I mencapai 51,85%. Proses pembelajaran pada siklus I belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh karena Penelitian Tindakan Kelas dilanjutkan ke siklus II.

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melakukan análisis dan refleksi. Hasil analisis pengamatan minat belajar siswa dalam kegiatan proses pembelajaran sudah terjadi peningkatan minat siswa bila dibandingkan pada siklus I. Pada siklus I siswa yang memperhatikan penjelasan guru ada 12 tetapi pada siklus II ada 15 siswa. Pada siklus I siswa yang berani bertanya pada guru ada 5 tetapi pada siklus II ada 10 siswa. Pada siklus I siswa yang berani menjawab pertanyaan guru ada 6 tetapi pada siklus II ada 9 siswa. Pada siklus I siswa yang berani menyampaikan pendapatnya 11 siswa tetapi pada siklus II ada 12 siswa. Pada siklus I siswa yang berlatih soal 4 siswa tetapi pada siklus II ada 9 siswa. Persentase rata-rata minat siswa dalam pembelajaran pada sikls I baru 51,85%, pada siklus II mencapai 67,59%. Hasil tes akhir siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada siklus I 57,78, tetapi pada akhir siklus II sudah mencapai 66, 11. Minat belajar dan Hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang sudah ditetapkan, oleh karena itu Penelitian Tindakan Kelas dihentikan di akhir siklus II.

Pembahasan Tiap siklus dan Antar Siklus

Pada siklus I proses pembelajaran berlangsung dengan baik.minat belajar siswa pada pembelajaran sudah meningkat. Siswa mulai ikut berperan aktif terlibat dalam pembelajaran. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru meningkat dibandingkan pada kondisi awal, siswa yang berani bertanya pada gurunya juga meningkat, siswa yang berani menjawab pertanyaan guru meningkat, siswa yang berani menyampaikan pendapatnya meningkat, siswa yang berlatih soal juga meningkat. Siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran juga meningkat. Kerjasama para siswa dalam proses pembelajaran mulai terlihat. Skor rata-rata minat siswa dalam pembelajaran dari kondisi pra siklus dibandingkan siklus I meningkat. Hasil belajar siswa pada siklus I juga sudah meningkat bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran pra siklus Penelitian Tindakan Kelas.

Pada siklus II minat siswa dalam pembelajaran lebih meningkat dibandingkan pada siklus I. Siswa lebih ikut berperan aktif terlibat dalam pembelajaran bila dibandingkan pada siklus I. Peningkatan terjadi pada semua item lembar pengamatan minat belajar siswa.Rata-rata persentase minat siswa yang pada akhir siklus II meningkat dibandingkan dengan rata-rata minat siswa akhir siklus I. Hasil belajar siswa pada proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II juga meningkat bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran yang dilaksanakan siklus I.

Hasil analisis minat siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dari kondisi para siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Skor rata-rata minat siswa dalam pembelajaran pra siklus 26,85%, pada akhir siklus I meningkat menjadi 51,85%, dan di akhir siklus II menjadi 67,59%.Rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa pada kondisi awal 48,33, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,78, da, pada akhir siklus II meningkat lagi menjadi 66, 11.

Peningkatan minatbelajar dan hasil belajar siswa pada akhir siklus I belum mencapai indikator kinerja, sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa pada akhir siklus II sudah mencapai indikator kinerja yakni nilai rata-rata hasil belajar siswa minimal 60,00, dan minat belajar siswa dalam pembelajaran rata-rata minimal 65,00 %,. Karena hasil rata-rata minat belajar siswa dan hasil belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan di akhir siklus II.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada Bab IV, peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut. Bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peragadapat meningkatkan minatbelajar dan hasil belajar matematika kompetensimengidentifikasi sifat-sifat bangun ruangsiswa kelas V semester II Negeri 3 Karangsono Karangrayung Grobogan tahun pelajaran 2017/2018.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneltii mengajukan saran sebagai berikut: Dalam pembelajaran hendaknya guru menggunakan metode yang bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran hendaknya guru mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga sehingga siswa lebih antusias, hasil belajar dan minatbelajar siswa meningkat. Dalam pembelajaran hendaknya guru banyak melibatkan siswa sehinga siswa akan terlatih aktif terlibat dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2003. Statistik. Yogyakarta: BPFE UGM

Agus Suharjana dkk.2009.Geometri datar dan ruang di SD.Sleman Jogjakarta. Dipdiknas.

AristoRahadi2003, Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan. Nasional.

Djaali2008. Skala Likert. Jakarta: Pustaka Utama.

DjamarahSyaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Ruseffendi, E.T. 1966. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Sukarman, Herry. 2003. Dasar-dasar Didaktik dan Penerapannya dalam Pembela jaran. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Sumanto YD, dkk. 2008. Gemar Matematika 5: Untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Suprayekti, 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Suyitno, Amin. 2005. Mengapdosi Pembelajaran CIRC Meningkatkan Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar nasional.F.MIPA UNNES [online]http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com.[diakses 05 Desember 2013]

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta

Undang-undang No 20 Tahun 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.