Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Dengan Metode Kooperatif Model Make A-Match
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN
PADA ORGANISASI PEMERINTAH PUSAT DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL MAKE A-MATCH SISWA KELAS IV
SDN 1 KALEN KECAMATAN KEDUNGTUBAN KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Rosiyati
Guru SDN 2 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melalui metode kooperatif model make a-macth untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn untuk siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan kedungtuban Kabupaten Blorapada tahun akademik 2011/2012 yang terdiri dari 41 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dan ada satu pertemuan di setiap siklus. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dan memberikan tes (pre-test dan post-test). Penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menganalisis data dari hasil penelitian. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa melalui metode kooperatif model make a-match mampu meningkatkan hasil belajari siswa pada pembelajaran PKN untuk siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Hasil dapat dilihat dari nilai rata-rata pra-siklus adalah 70 dengan prosentase tingkat ketuntasan 462%. Pada siklus I, nilai rata-rata prestasi siswa adalah 80 dengan prosentase ketuntasan 78%. Sementara nilai rata-rata prestasi siswa pada siklus II adalah 88 dengan prosentase ketuntasan 100%.
Kata kunci: metode kooperatif model make a-match , hasil belajar siswa, pembelajaran PKN.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan Lembaga Pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan dapat dicapai bila gitunjang berbagai macam fakto. Guru yang paling berpengaruh terhadap peningkatan perubahan tersebut, maka seorang guru hendaknya memahai segal aspek pribadi anak didik. Tinadakan bijaksana akan timbul apabila guru benar-benar memahami seluruh pribadi anak didik ( M. Surya, dkk 2004). Guru juga berperan sebgai penyampai materi pelajaran dan siswa sebagai penerima materi pelajaran, khususnya pelajaran PKN.
PKN merupakan mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untu mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan nilai moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur tersebut diwujudka dalam bentuk perilaku kehidupan siswa ,baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Melihat kenyataan tersebut sudah tentu tekanan mata pelajaran PKN ini bukan hanya pada aspek kognitif belaka akan tetapi justru berada pada segi efektif.
Dari uraian diatas, maka guru sebagai penentu dalam menanamkan konsep terhadap materi pelajaran,kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan model ,metode, strategi, dan alat peraga dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, disamping potensi dan kemampuan siswa sendiri. Menurut Rahmanelli (2005:237) dalam Nurini. S menyatakan bahwa apabila terihat dan mengalami sendiri serta ikut dalam proses pembelajaran maka hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan.
Pada umumnya kebanyakan orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari segi kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah. Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komperehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum.
Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, sehingga memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan lancar, mengembangkan bahan pembelajaran dengan baik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk memperhatikan pembelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Oleh karena itu guru harus mampu menggunakan seluruh perangkat pembelajaran baik itu berupa pendekatan, metode, media pembelajaran, dan hal lainnya yang relevan sehingga tercipta proses belajar mengajar yang kondusif.
Berdasarkan hasil pengalaman peneliti yang saat ini mengajar di kelas IV SDN 1 Kalen, pembelajaran PKn yang sedang berlangsung masih menggunakan metode yang konvensional dan belum memanfaatkan pendekatan atau strategi pembelajaran secara maksimal. Hal ini membuat pembelajaran kurang efektif, karena siswa kurang focus dan tidak memperhatikan dengan serius serta tidak merespon pelajaran yang di sampaikan, sehingga pengajaran semacam ini cenderung membosankan pada siswa. Hal ini terbukti pada saat mengerjakan ulangan harian, hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn tentang materi Organisasi Pemerintahan Pusat masih rendah dengan kata lain belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolahya itu 75. Dari 41 siswa dikelas IV SDN 1 Kalen yang dapat mencapai KKM ada 19 siswa atau 46%, sedangkan 22 siswa atau 54% masih belum tuntas atau berada di bawah KKM.
Untuk memecahkan masalah diatas guru melakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menekankan pada Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Organisasi Pemerintahan Pusat melalui Metode Kooperatif Model Make a Match bagi siswa kelas IV Semester II SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012
Dengan model pembelajaran Make A-Match diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pembelajaran, sehingga membawa konsep pemahaman yang inovatif dan menekankan keaktifan siswa, dan diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya peningkatan penguasaan materi pelajaran PKn yang dilakukan melalui pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui PTK dengan rumusan masalah yaitu “Apakah dengan penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV semester II SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora tahun pelajaran 2011/2012 ?â€
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui pola PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi Organisasi Pemerintahan Pusat dikelas IV SDN 1 Kalen melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match.
Manfaat Penelitian
Secara garis besar, perbaikan pembelajaran ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, selain itu perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini juga memberikan manfaat pada banyak pihak antara lain:
1. Bagi Siswa:Dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dan akan berdampa kmeningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Guru: Dapat menambah pengetahuan mengenai metode permainan edukatif sebagai metodep embelajaran serta meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan.
3. Bag Sekolah: Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Metode Pembelajaran Make a Match
Menurut Sudjana (2000:76) metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pengajarn berlangsung. Para ahli psikologis dan pendidikan (Djamarah, 2008:53) mengemukakan seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya apabila tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah ditetapkan atau dirumuskan.
Jadi metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai setelah pembelajaran seleasai. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan, maka penulis mencoba menggunakan metode pembelajaran koperatif . Model ini merupaakan satu model pembelajaran yang menggunakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda, maksudnya kelompok heterogen dari campuran siswa, jenis kelamin, suku, dan kemampuannya. Hal ini bermanfaat untuk melatis siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang mempunyai latar belakang yang berbeda, serta dapat menyelesaikan permasalahan, penerapan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran make a-match atau mencari pasangan dikembangkan oleh (Lorna Curren:1994) model pembelajaran make a match artinya model pembelajaran mencari pasangan, setiap siswa mendapat sebuah kartu, bisa soal atau jawaban, lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegang.
Langkah- langkah pembelajaran make a match adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapakan beberapa kartu yang berisi beberapa satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Setiap siswa memikirkan soal atau jawaban dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunyabdengan benar sebelum batas waktu maka diberi poin, jika tiadak dapat menemukan soal atau jawaban maka akan mendapat hukuman sesuai dengan yang telah disepakati.
6. Jika satu babak selesai kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda, demikian seterusnya.
7. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
Kelebihan metode pembelajarn make a-match:
1. Siswa bermain sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik.
2. Siswa akan lebih cepat mengingat isi pembelajaran.
3. Bagi siswa yang sulit memahami pembelajaran akan sedikit demi sedikit bisa paham karena akan membaca soal atau jawaban.
4. Suasananya asik dan menyenangkan.
Kelemahan metode pembelajaran make a-match:
1. Suasana kelas akan menjadi ramai.
2. Jika siswa kelasnya banyak maka membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Jika kelompokknya terlalu besarmaka agak sulit mengendalikan siswanya.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujdiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibanding pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasi lbelajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam ranga studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilaksanakan dari prestasi belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses pengukuran dan penilaian atau evaluasi dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar mempunyai arti atau kedudukan yang sangat penting yaitu dengan skor yang diperoleh dan itu dapat dijadikan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya usaha pendidikan yang sedang berlangsung.
Hasil belajar atau prestasi belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2009:46).Melalui proses belajar akan didapat suatu hasil yang biasa disebut dengan prestasi belajar. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar yaitu:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Howard Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Pengertian Minat Belajar
Menurut Tidjan (1976:71) minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang, minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu objek, benda atau situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain. Minat sebagai akibat pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau suatu objek karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.
Minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Suatu gejala psikologis.
2. Adanya pemusatn perhatian, perasaan, dan pikiran dari subjek karena tertarik.
3. Adanya perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran.
4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri, subjek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.
Jadi disimpulkan bahwa pengertian minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan bahwa minat adanya pengertian subjek terhadap objek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada objek tersebut.
Tujuan Pembelajaran PKn di SD
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memofuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (KTSP 2007).
Soemantri (1967) istilah kewarganegaraan merupakan terjemahan dari “civics†yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik. Warga negara yag baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik Soemantri (1970) atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hakdan kewajiban sebagai warga negara.
Tujuan mata pelajaran PKn adalah agar siswa mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isi kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.
Secara umum tujuannya adalah memberikan pengertian dan pengetahuan tentang Pancasila yang benar dan syah. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas watak ke Indonesiaan, serta pemahaman dan pengalaman dalam penerapan konsep, nilai moral, norma Pancasila dalam kehidupan seahri-hari yang dijunjung oleh pengetahuan dan pengertian sederhanan sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan berikutnya. (Aziz Wahab:2004).
Hipotesis Tindakan
Melalui penerapan metode pembelajaran Kooperatif model make a-match dapat meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran PKn materi organisasi pemerintahan pusat bagi siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2011/2012.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora selama satu bulan yaitu bulan Maret 2012. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran PKn materi organisasi pemerintahan pusat bagi siswa kelas IV SDN 1 Kalen. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada semester II tahun 2011/2012. Siswa kelas IV tersebut berjumlah 41 siswa yang terdiri dari 28 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenaldengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakanteknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
Hasil Tindakan
Prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora materi organisasi pemerintahan pusat sebelum diadakan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) yang ditentukan SDN 1 Kalen adalah 75, sedangkan ketuntasan klasikal belajar siswa kelas IV pada pelajaran PKn materi organisasi pemerintahan pusat hanya 19 siswa yang tuntas (46%) dengan nilai rata-rata 70, hal ini belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I maupun pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn materi organisasi pemerintahan puasat bagi siswa kelas IV SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora pada semester II Tahun 2011/2012.Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 41 siswa, sebanyak 32 siswa tuntas(78%) dan 9 siswa belum tuntas(22%) dengan nilai rata-rata 80. Pada Siklus II dari 41 siswa semua dinyatakan tuntas KKM (100%) dengan nilai rata-rata 88.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa peningkatan minat dan hasil belajar mata pelajaran PKn dapat meningkat dengan penerapan pembelajaran metode kooperatif model make a-match dalam materi organisasi pemerintahan pusat pada kelas IV di SDN 1 Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora ternyata mengalami peningkatan.Dalam pembelajaran dengan permainan tersebut dapat meningkatan hasil pembelajaran pantun di kelas IV. Hasil peningkatan tersebut dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan kreatifitas, kemauan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan permainan edukatif tersebut. Kegiatan belajar siswa walaupun dikerjakan dalam kelas siswa tetap antusias, lebih komunikatif, kreatif, dan menyenangkan.
Berdasarkan data yang diperoleh, pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan nilai rata-rata dan tingkat prosentase ketuntasan antara prasiklus dengan siklus I, dan siklus II. Sebelum diadakan penelitian siswa yang tidak mencapai KKM ada 13 anak (68%) dari jumlah 19, hanya 6 anak (32%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 45. Pada siklusI siswa yang mencapai KKM ada 14 siswa (74%) denagn nilai rata-rata 56. Pada siklus II yang mencapai KKM ada 19 siswa (100%) dengan nilai rata-rata 68. Sehingga penelitian ini dihentikan sampai siklus II saja. Karena dalam siklus II sudah terjadi peningkatan dan hasil yang diharapkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa hal yang masih perlu dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan khususnya terdapat tingkat penguasaan materi pelajaran adalah:
1. Menerapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran pada siswa.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan KBM, guru hendaknya melibatkan siswa secara akti dan dengan memberikan penguatan-penguatan agar siswa termotivasi sehingga prestasi belajar menjadi meningkat dan berhasil optimal.
3. Berdasarkan pengalaman penulis, dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran perlu kiranya diadakan kelompok kerja antar guru.
DAFTAR PUSTAKA.
TIM FKIP, PDGK 4501: 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP), Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka.
Winata Putra, Udin. S.2009. Materi dan Pembelajaran PKn di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Wahab Azis.2007. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumiati, Asra.2003. Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima.
Bambang Sutisna, dkk.2006. PKn SD Kelas IV, TIM BKK PKn, Jakarta: Erlangga.