MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAGI SISWA KELAS VIII B DI SMP NEGERI 14 SURAKARTA

SEMESTER I TAHUN AJARAN 2015/2016

 

Sumiyati

Guru SMP Negeri 14 Surakarta

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan motivasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B semester I SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. (2) untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B semester I SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan deskriptif komparatif antar siklus. Hasil penelitian adalah (1) motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS masih tergolong rendah. (2) dengan dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan metode kontekstual model jigsaw, motivasi belajar siswa terjadi peningkatan pada semua aspek yang meliputi aspek semangat siswa dalam belajar, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan mendiskusikan permasalahan, tanggung jawab dalam penyelesaian tugas, inisiatif, keberanian bertanya dan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. (3) hasil belajar siswa dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 5,56 dengan ketuntasan belajar meningkat sebanyak 8 siswa (25%). Demikian pula dengan siklus I ke siklus 2 mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 6,72 dengan ketuntasan meningkat 8 siswa (25%). Dengan demikian dari prasiklus ke siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 12,28.

Kata kunci: motivasi belajar, hasil belajar, jigsaw

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya negara tersebut. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan dan metode pembelajaran.

Cara mengemas pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga siswa akan memperoleh keuntungan dan kebulatan pengetahuan.

Di sisi lain adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru adalah metode konvensional dalam arti kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Peran siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Pada suatu saat siswa diminta menjawab pertanyaan yang disampaikan guru kepada mereka. Di samping itu siswa tidak pernah diberi kesempatan mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan temannya dalam memahami materi dan menjelaskan pemahaman yang diketahuinya. Selain itu rendahnya prestasi belajar siswa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial disinyalir merupakan akibat kurang bervariasinya model pembelajaran, sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran IPS. Hal ini juga diakibatkan oleh guru yang terlalu dominan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengelaman peneliti lakukan sekalu guru mapel IPS, pembelajaran IPS di SMP Negeri 14 Surakarta khususnya kelas VIII B, selama ini belum menerapkan model pembelajaran yang berbasis keaktifan siswa, walauplun menerapkan masih terbatas model-model tertentu. Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih monoton dan tidak menarik, sehingga siswa kurang aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran belum memperhatikan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif. Kurangnya partisipasi aktif dari siswa tersebut berdampak pada kurangnya kerjasama antar siswa dalam berbagi pengetahuan, sehingga siswa yang pandai cenderung diam dan pandai untuk dirinya sendiri.

Berdasarkan fakta tersebut maka perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif dalam belajar, sehingga hasil belajar secara keseluruhan dapat meningkat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kegiatan pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru, dengan model pembelajaran yang dapat menciptakan interaksi yang efektif yang berbasis pada keaktifan siswa. Salah model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, yaitu suatu model teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai usaha nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaraan IPS, khususnya terkait dengan motivasi belajar dan hasil belajar, dan sekaligus sebagai kegiatan pengembangan profesionalisme guru, maka dilakukan kegiatan berupa penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B Di SMP Negeri 14 Surakarta.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah (1) apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar IPS bagi siswa kelas VIII B semester I di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016? (2) apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016? (3) apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan-batasannya tentang obyek yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. (2) untuk mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. (3) untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016.

KAJIAN TEORI

Motivasi Belajar

Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need, dan keinginan atau wish. Walaupun ada kesamaan dan semuanya mengarah kepada motivasi beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal tersebut. Desakan atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah. Kebutuhan atau need merupakan suatu keadaan di mana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Keinginan atau wish adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan (Sukmadinata, 2007: 61).

Menurut Soeharto (2003: 110) “Motivasi adalah sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya”. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan dan dorongan yang ada dalam diri seseorang. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhan yang ada pada dirinya menuntut pemenuhan. Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi maka selama itu pula yang bersangkutan belum merasa adanya kepuasan pada dirinya. Rasa belum puas inilah yang senantiasa mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Kekuatan daya dorong itu akan hilang bila sekiranya yang bersangkutan telah menjadi puas karena kebutuhannya telah terpenuhi. Rasa ketidakpuasan tersebut akan menimbulkan suasana tidak seimbang dalam batin seseorang, sehingga yang bersangkutan merasa terpanggil untuk mencapai keseimbangan dalam dirinya.

Pembelajaran IPS

Hudoyo (2000: 3), hal ini memberikan pengertian bahwa: “Pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana guru menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada siswa. Tujuan pembelajaran adalah pengetahuan yang disampaikan untuk dapat dipahami oleh siswa. Kerena itu pembelajaran yang baik adalah jika hasil yang dicapai oleh siswa yaitu baik”. “IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah” (Wiryohandoyo dkk. 1998).

Menurut Somantri (2001: 73) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Sugiyanto, 2008: 38).

Teknik Jigsaw

Pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw yaitu suatu teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, dimana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari suatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan dan keterampilan yang padu (Mulyadi, 2010: 21). Pembelajaran coopertive learning teknik jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2001).

Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2008: 3) menyatakan bahwa “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar (Sukmadinata, 2007: 102).

 

Kerangka Berpikir

Keberhasilan atau prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Faktor dari dalam dan dari luar diri yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Metode pembelajaran jigsaw merupakan seperangkat pendukung mata pelajaran IPS yang merupakan pengaruh faktor dari luar diri siswa. Siswa di Kelas VIII B Semester Ganjil SMP Negeri 14 Surakarta yang dalam pembelajaran IPS didukung dengan metode pembelajaran jigsaw akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan prestasi belajar siswa sebelum menerapkan metode pembelajaran jigsaw.

Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) diduga melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. (2) diduga melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. (3) diduga melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII B Semester Ganjil SMP Negeri 14 Surakarta, karena di kelas ini motivasi dan prestasi belajar IPS masih rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan. Penelitian dilakukan pada semester I tahun ajaran 2014/2015 tepatnya pada bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember 2014. Karena pada bulan tersebut merupakan awal bulan pembelajaran, sehingga sangat tepat jika diterapkan model pembelajaran yang inovatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 14 Surakarta yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 18 laki-laki, 14 perempuan. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes tertulis untuk memperoleh nilai hasil belajar pada kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II, yang dilakukan terhadap siswa VIII B SMP Negeri 14 Surakarta, pada mata pelajaran IPS. Non tes yang berupa pengamatan langsung tentang motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar dan pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang berupa lembar pengamatan motivasi belajar siswa, dan lembar pengamatan kinerja guru. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti dibantu oleh kolaborator untuk mengetahuo motivasi belajar siswa, dengan cara menghitung jumlah siswa yang memenuhi indikator, sedangkan aktivitas guru digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran dilakukan oleh kolaborator dengan memberi nilai/skor 4 jika pelaksanaan sangat baik, nilai 3, jika pelaksanaan baik, nilai 2 jika pelaksanaan kurang baik, dan nilai 1 jika pelaksanaan sangat kurang.

Prosedur Kerja

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi dimana teori pembelajaran dilakukan. Maksud dari penelitian ini dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII B semester ganjil SMP Negeri 14 Surakarta dengan menerapkan metode mengajar kooperatif tipe jigsaw.

Terdapat beberapa bentuk atau model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli yang menekuni penelitian tindakan, antara lain model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, Kemmis Hery, Mc Taggart, John Elliot dan Hopkin. Ahli yang pertama kali menciptakan model penelitian tindakan dalam Kurt Lewin, tetapi sampai sekarang yang banyak dikenal adalah Kemmis dan Mc Taggart. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2003: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Standar Ketuntasan Belajar Mengajar

Indikator prestasi belajar dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran IPS Kelas VIII B Semester Ganjil SMP Negeri 14 Surakarta, siswa dikatakan tuntas belajar secara individual apabila telah mencapai nilai ≥ 75.

Analisis Data

Data yang dianalisa adalah prestasi belajar IPS yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian tindalan kelas, nilai dari setiap siklus setelah diberikan tes pada setiap akhir siklus. Sebagaimana bentuk penelitian ini maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa kata-kata yang dapat menggambarkan keadaan secara sistematik. Kejadian-kejadian dan data yang terekam ditabulasikan secara nominal kemudian ditentukan prosentasenya. Dari prosentase ini akan dideskripsikan ke arah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa dalam bentuk tabel dan grafik.

Indikator Kinerja

Sebelum dilakukan penelitian angka ketuntasan belajar IPS dari keseluruhan siswa adalah 44%. Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan nilai IPS 75 atau lebih sebagai batas tuntas pencapaian nilai IPS dengan angka ketercapaian minimal 80% dari keseluruhan siswa. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar (sesuai dengan KTSP).

 

 

 

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Prasiklus

Pada kegiatan ini jumlah siswa yang hadir di kelas VIII B SMP Negeri 14 Surakarta sebanyak 32. Selain melakukana tes hasil belajar, dalam kegiatan ini peneliti mencatat aktivitas siswa terkait dengan motivasi belajar siswa dengan menggunakan indikator: Semangat siswa dalam belajar, keberanian mengemukakan pendapat dan mendiskusikan permasalahan, tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, inisiatif, keberanian bertanya, dan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan prasiklus diketahui bahwa motivasis belajar siswa masih tergolong rendah.

Permasalahan tersebut timbul sebagai akibat dari penggunaan metode pembelajaran yang bersumber dari satu arah yaitu dari guru sehingga proses pembelajaran tidak terfokus pada aktivitas siswa. Peran siswa yang pasif dalam pembelajaran berdampak pada kejenuhan. Di sisi lain penyampaian metode ceramah yang monoton dalam durasi waktu yang panjang berdampak pada kebosanan siswa dalam mendengarkan cerita guru.

Hasil pengamatan terhadap motivasi belajar siswa pada kegiatan prasiklus, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa pada kegiatan prasiklus rata-rata sebanyak 17 siswa (53,65%). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah. Sebagai dampak dari rendahnya motivasi belajar, khususnya dalam pembelajaran IPS standar kompetensi 5. Memahami kehidupan sosial manusia, kompetensi dasar: mendiskripsikan interaksi sebagai proses sosial. Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII/B yang berjumlah 32 siswa, jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 14 siswa (43,8%), dan 18 siswa (56,3%) dinyatakan tidak tuntas.

Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar masih rendah. Hasil tes selengkapnya pada kegiatan prasiklus diketahui prestasi belajar siswa yang dinyatakan tuntas hanya 14 siswa atau sebesar 44% sedangkan siswa yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 18 siswa atau 56%. Dengan demikian siswa yang dinyatakan tuntas masih kurang dari indikator ketuntasan yang ditetapkan (<80%). Berdasarkan hasil observsi tentang kemampuan motivasi belajar siswa, dapat diketahui bahwa kemampuan motivasi dan prestasi belajar siswa tergolong rendah, untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS dengan cara menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw, dengan langkah merencanakan, melaksanakan, observasi, dan refleksi pada setiap siklus kegiatan.

Deskripsi Siklus I

Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat sebagai kolaborator, teman sejawat bertugas melakukan pengamatan terhadap aktivitas peneliti dalam melaksanakan pembelajaran, dan membantu peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa untuk menilai motivasi belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa telah memiliki motivasi untuk belajar, yaitu sebanyak 24 (73,44%) telah menunjukkan indikator motivasi belajar.

Hasil pembelajaran IPS siklus I dengan kompetensi dasar mendiskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan dengan melalui metode jigsaw dapat diketahui bahwa nilai rata-rata adalah 76,75 dengan jumlah ketuntasan sebesar 22 siswa (69%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa (28%). Adapun data hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa (siklus 1) terlampir.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes diketeahui bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang memiliki motivasi belajar tergolong banyak dari 32 siswa, sebanyak 24 siswa (73,44%) telah terindikasi memiliki motivasi belajar dengan baik, namun masih dapat dioptimalkan lagi. Demikian pula dengan hasil belajar, dari 32 siswa 22 siswa (69%) telah dinyatakan tuntas, dengan skor rata-rata mencapai 76,46. Walaupun hasil belajar telah menunjukkan perbaikan, namun belum mencapai kreteria keberhasilan yang ditentukan, untuk itu perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya.

Deskripsi Siklus II

Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat sebagai kolaborator, teman sejawat bertugas melakukan pengamatan terhadap aktivitas peneliti dalam melaksanakan pembelajaran, dan membantu peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa untuk menilai motivasi belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa telah memiliki motivasi untuk belajar, yaitu sebanyak 29 (90,63%) telah menunjukkan indikator motivasi belajar.

Hasil pembelajaran IPS siklus I dengan kompetensi dasar mendiskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan dengan melalui metode jigsaw dapat diketahui bahwa nilai rata-rata adalah 83,47 dengan jumlah ketuntasan sebesar 30 siswa (94%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 siswa (6%). Adapun data hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa (siklus II) terlampir.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes diketeahui bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang memiliki motivasi belajar tergolong banyak dari 32 siswa, sebanyak 29 siswa (90,63%) telah terindikasi memiliki motivasi belajar dengan baik, namun masih dapat dioptimalkan lagi. Demikian pula dengan hasil belajar, dari 32 siswa 30 siswa (94%) telah dinyatakan tuntas, dengan skor rata-rata mencapai 83,47. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa telah mencapai di atas 80%, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya.

PEMBAHASAN

Perbandingan Motivasi Belajar Siswa

Perbandingan hasil pengamatan motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus I dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus I meningkat sebanyak 19,79%. Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut tidak lepas dari adanya metode yang banyak melibatkan siswa, sehingga siswa lebih senang dibandingkan sekedar mendengarkan guru berceramah. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 17,19%. Peningkatan motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus II meningkat sebanyak 36,98%.

Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Perbandingan hasil belajar nilai rata-rata dan ketuntasan belajar pra siklus ke siklus 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata meningkat sebesar 5,56 (dari 71,19 meningkat menjadi 76,75) dan ketuntasan meningkat sebanyak 8 siswa atau 25% (dari 14 siswa menjadi 22 siswa). Perbandingan hasil belajar nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siklus 1 ke siklus 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata meningkat sebesar 6,72 (dari 76,75 meningkat menjadi 83,47) dan ketuntasan belajar meningkat sebanyak 8 siswa (dari 22 siswa meningkat menjadi 30 siswa).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembahasan dan pemecahannya yang terdapat pada bab pendahuluan dan landasan teori dan hipotesis secara teoritik serta dari metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan ternyata hasilnya mengalami peningkatan yang signifikan dari kondisi awal sampai kondisi akhir pada siklus II. Secara teoritik dan empirik pada kondisi akhir diperoleh simpulan sebagai berikut:

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar IPS bagi siswa kelas VIII B semester I di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. Motivasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dari prasiklus ke siklus I meningkat sebanyak 19,79% dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 17,19% dan rata-rata motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus II meningkat sebanyak 36,98%.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dari prasiklus ke siklus I rata-rata meningkatkan sebanyak 71,19 sudah tuntas sebanyak 14 siswa (44%) dari siklus I ke siklus II rata-rata meningkat 76,75, sudah tuntas sebanyak 22 siswa (69%) dan rata-rata hasil belajar siswa dari prasiklus ke siklus II meningkat 12,28 sebanyak 16 siswa (50%).

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil belajar siswa dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 5,56 dengan ketuntasan belajar meningkat sebanyak 8 orang (25%). Demikian pula dengan siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 6,72 dengan ketuntasan meningkat 8 siswa (25%). Dengan demikian dari prasiklus ke siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 12,28.

Implikasi

Dari landasan teori dan peroleh hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan. Adapun peningkatan yang nampak tersebut antara lain: (1) meningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta semester I Tahun Ajaran 2015/2016. (2) meningkatkan motivasi belajar siswa agar terlibat secara aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 14 Surakarta Semester I Tahun Ajaran 215/2016. (3) dapat digunakan untuk tindak lanjut penelitian berikutnya dengan menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu tipe jigsaw yang dapat dikolaborasikan dengan model yang lain serta pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial, yang khususnya bagi peneliti sendiri juga bagi bapak ibu guru yang lainnya.

 

 

Saran

Saran bagi peserta didik, peserta didik hendaknya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran IPS terutama dalam hal mengkomunikasikan materi kepada temannya, berantusias mengerjakan soal di depan kelas serta mampu mengemukakan pendapatnya. Setiap peserta didik hendaknya lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial disarankan agar guru lebih banyak menggunakan metode jigsaw yang bisa di modifikasi dengan beberapa metode pembelajaran yang lainnya.

Saran bagi peneliti berikutnya, untuk dapat melaksanakan penelitian lebih lanjut guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan efektif tanpa hambatan sesuai dengan yang diharapkan dan mampu meningkatkan daya tarik peserta didik terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang sama dalam kelas yang berbeda. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan materi pelajaran yang berbeda dalam kelas yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2001. Classroom Intruction and Management. New York: McGraw Hill Companies.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Andi offset.

Hudoyo, Herman. 2000. Strategi Belajar Mengajar IPA dan Matematika. Malang: IKIP.

Mulyadi, Yadi. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V A SD Negeri Terigu Kabupaten Cianjur dalam Pokok Bahasan Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Skripsi FIP UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Soeharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual Club.

Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13 Surakarta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Wiryohandoyo, Soedarno, dkk. 1998. Pendidikan Ilmu Sosial. Semarang: FPIPS IKIP Semarang.