UPAYA PENINGKATAN MINAT MEMBACA PERMULAAN

PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I

MELALUI KEGIATAN STORY READING DI SD NEGERI 1 MAYAHAN

UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN TAWANGHARJO

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Sri Mulyati

SD Negeri 1 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan sekolah ini berjudul “Upaya Peningkatan Minat Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I Melalui Kegiatan Story Reading di SD Negeri 1 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan melalui story reading. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan di SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan pada Semester I Tahun Ajaran 2016/2017. Subyek dalam penelitian ini adalah 20 orang siswa. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan sekolah yang berlangsung selama 2 siklus. Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah kemampuan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I dengan skor minimal 75 dari skor maksimal 100 atau kategori baik. Hasil dari kegiatan penelitian menunjukkan bahwa mutu proses pembelajaran yang dilakukan guru SD Negeri 1 Mayahan dari kondisi awal sebelum siklus 1 ke kondisi akhir siklus 2 terdapat peningkatan dari 25% menjadi 50% pada siklus 1, dan 80% pada siklus 2. Total kenaikan sebesar 30%. Kenaikan skor mutu pembelajaran merupakan hasil dari proses pembimbingan secara individu peneliti. Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan Story Reading di SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Minat Membaca Permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I dapat meningkat,telah terbukti benar.

Kata kunci: Kegiatan Story Reading, Minat Membaca Permulaan, Pembelajaran Bahasa Indonesia

 

PENDAHULUAN

Anak usia dini merupakan anak pada tahapan usia 0-8 Tahun, pada masa ini sering disebut dengan masa keemasan atau Golden Age. Pada masa keemasan ini diperlukan perhatian khusus, karena stimulasi yang diberikan dapat mempengaruhi prekmbangan otak anak dan kemampuan akademiknya pada masa yang akan datang.

Pada tahapan 0-8 tahun ini, anak berada pada fase yang sangat fundamental, dan pembelajaran yang diterima aanak pada fase ini akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama serta aka berpengaruh pada kehidupan mendatang. Solehuddin (2002: 27) mengatakan bahwa, usia dini merupakan masa keemasan yaitu fase Golden age. Fase ini merupakan masa sensitif bagi anak untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi yang ada. Salah satu potensi yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah kemapuan berbahasa, karena bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari semua bidang studi.

Menyadari peran yang demikian, pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartsipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan masyarakat Indonesia (Depdiknas, 2006: 231).

Dalam kebijakan pendidikaan Indonesia, Bahasa Indonesia diajarkan sejak anak usia dini. Hal ini disebabkan pengajaran tersebut dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan kegiatan awal untuk mengenal simbol-simbol fonetis (Arifin, 2004: 11). Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf (Infokito, 2007: 6). Selain itu, menurut laporan program pembangunan 2005 PBB tentang daftar negara berdasarkan tingkat melek huruf, Indonesia masih berada pada peringkat 95 dari 175 negara.

Berdasarkan kenyataan di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya bahasa bagi kehidupan dan perkembangan pengetahuan manusia. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.

Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Guru perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya.

Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan minat membaca permulaan pada anak usia dini adalah dengan kegiatan story reading, yaitu teknik bercerita untuk mengembangkan kemampuan berbicara, pengenalan dan cara untuk membentuk moral anak. Melalui story reading guru dapat mengimprovisasikan berbagai cerita yang manarik untuk anak, sehingga anak memiliki keingingan untuk mendengarkan cerita dan menirukan bahasa yang digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, melalui story reading memungkinkan anak usia dini memiliki minat untuk dapat membaca, sehingga dari minat tersebut guru dapat mengembangkan pada pembelajaran dengan teknik lainnya. Untuk itu dalam penelitian ini akan mengkaji upaya meningkatkan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui kegiatan story reading kelas I di SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui story reading, dapat meningkatkan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas 1 di SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan?.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas 1 di SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan melalui story reading.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Suyanto (2005: 1) Pembelajaran Anak Usia Dini adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Betapa bahagianya orang tua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, berkeluarga, bermasyarakat, maupun berkarya. Pembelajaran Anak Usia Dini sangat penting bagi setiap keluarga demi menciptakan generasi penerus keluarga yang baik dan berhasil. Menurut Suyanto (2005: 7) mendidik anak usia dini gampang-gampang susah. Kadang kita memberikan fasilitas belajar yang mahal dan berharap anak belajar banyak, tetapi kenyataannya anak justru tidak belajar. Kadang dengan mainan yang sangat sederhana dan murah anak-anak sangat tertarik dan ingin tahu banyak tentang mainan itu beserta mekanisme kerjanya. Bermain sambil belajar merupakan esensi bermain yang menjiwai setiap kegiatan pembelajaran bagi Anak Usia Dini.

Pembelajaran Minat Membaca Permulaan

Kemampuan membaca merupakan salah satu faktor utama yang menentukan prestasi belajar, dan prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan membaca itu sendiri adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulisan.

Tahapan membaca permulaan dimulai dari identifikasi huruf, ingatan visual untuk mengenal bentuk peleburan bunyi (sound blending) membaca kata (word attack) dan membaca kalimat (sentence understanding). Sedangkan pengenalan minat membaca dengan menggunakan gambar terlebih dahulu anak dikenalkan pada gambar yang akan kita kenalkan, dimulai dari gambarnya itu sendiri, bentuk, warna, huruf, sehingga paham apa yang ada pada gambar tersebut.

Metode yang digunakan adalah kajian literatur/kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan salah satu cara atau sarana untuk menunjukkan pengetahuan penulis tentang suatu bidang kajian tertentu, yang mencakup kosakata, metode dan asal-usulnya

Minat Membaca

Sandjaja (2005) mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Sandjaja (2005) mengartikan minat membaca sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Tarigan (1985), minat membaca merupakan kemampuan seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menangkap makna yang terkandung dalam tulisan sehingga memberikan pengalaman emosi yang didapat akibat dari bentuk perhatian yang mendalam terhadap makna bacaan.

Minat membaca adalah sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk menganalisa dan mengingat serta mengevaluasi bacaan yang telah dibacanya, yang merupakan pengalaman belajar menggembirakan dan akan mempengaruhi bentuk serta intensitas seseorang dalam nenentukan cita-citanya kelak di masa yang akan datang, hal tersebut juga adalah bagian dari proses pengembangan diri yang harus senantiasa diasah sebab minat membaca tidak diperoleh dari lahir (Hurlock, 1993: 58).

Metode Storyreading/Storytelling

Storytelling dengan mendongeng atau bercerita. Menurut Saxby (1991: 5-10) menyatakan bahwa “Manfaat dongeng bagi anak terbentang luas mulai dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman, perasaan, emosi, bahasa, perkembangan kognitif, sosial, estetis, spritual, eksplorasi dan penemuan”.

Storytelling merupakan salah satu jenis metode mengajar yang dilakukan dengan cara mengunakan suatu peristiwa atau kejadian dengan melibatkan beberapa tokoh didalamnya. Metode ini digunakan sebagai upaya untuk mengembangkan bahasa, pengalaman dan fantasi serta menanamkan berbagai karakter yang baik terhadap anak.Tujuan dari metode storytelling adalah: (a) melatih daya tangkap, (b) daya konsentrasi, (c) melatih daya fikir dan fantasi, (d) mengembangkan kemampuan berbahasa, (e) menciptakan suasana yang menyenangkan.

Kerangka Pemikiran

Ketigatan strory reading atau mendongeng adalah bercerita merupakan usaha yang dilakukan oleh pendongeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak secara lisan. Story reading sangat bermanfaat sekali bagi guru Story reading dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak, orang tua atau menggiatkan kegiatan story reading pada berbagai kesempatan, dan dapat dilakukan berbagai kegiatan misalnya pada anak-anak sedang bermain, anak menjelang tidur atau guru sedang membahas tema digunakan metode story reading (Loban, 1972: 521).

 

Hipotesis Tindakan

Melalui kegiatan Story Reading minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan dapat meningkat.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian Tindakan

 Desain penelitian adalah rencana suatu studi atau kajian yang merupakan hasil (produk) pentahapan rencana suatu penelitian. Sesuai dengan jenis penelitian, maka perencanaan tindakan ini menjelaskan bagaimana tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan pada siklus pertama berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra penelitian tindakan kelas (pra siklus). Untuk dapat menyajikan informasi maka rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan mencakup semua langkah-langkah tindakan secara rinci.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa Kelas I SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang berjumlah 20 siswa. Adapun objek penelitian ini adalah upaya peningkatan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017 semester 1, melalui kegiatan story reading

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mayahan UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, yang beralamat di Jl Raya Purwodadi Blora Km 5, Desa Mayahan, Kecamatan Tawangharjo. Penelitian ini dilaksanakan semester I tahun pelajaran 2016/2017, selama 4 (empet) bulan, dimulai bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2016, dengan pertimbangan bahwa semester 1 merupakan awal tahun ajaran baru, yang merupakan waktu yang tepat untuk memberikan pembekalan dan perbaikan-perbaikan atas kekurangan pada tahun ajaran sebelumnya.

Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini, mengembangkan sebagaimana lazimnya dalam penelitian tindakan yaitu berbentuk siklus. Secara operasional tahap-tahap kegiatan yang ditempuh setiap siklus tindakan meliputi empat kegiatan, yaitu: tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Hasil refleksi akan digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat rencana bagi siklus berikutnya jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil, demikian seterusnya hingga mencapai hasil yang ditetapkan.

Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan kualitas. Penelitian kualitatif yang menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2005: 48).

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I. Analisis data tersebut dilakukan sebelum, selama proses tindakan dan sesudah penelitian, mulai dari tahap perencanaan kegiatan, pelaksanaan, observasi hingga refleksi kegiatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Kegiatan pembelajaran prasiklus dalam membaca permulaan, guru hanya menggunakan metode bermain peran dan gerak sebagaimana biasanya yang bersifat rutinitas bahkan bisa dibilang monoton. Ternyata hal ini menyebabkan hasil yang kurang maksimal terhadap ke minat baca anak. Hal ini karena rangsangan dan kurang menarik pada diri anak.

Oleh karena itu butuh inovasi baru, butuh metode baru, butuh perlakuan dan tindakan baru agar anak tertarik, terangsang ingin tahu dan ingin bisa

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan ditemukan bahwa minat baca permulaan siswa kelas I SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan masih sangat rendah hal tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian terhadap minat baca siswa dengan hasil perolehan prosentase nilai sebanyak 25% pada kategori memiliki minat baca yang baik lalu 40% pada kategori memiliki minat baca yang cukup dan 35% pada kategori memiliki minat baca yang kurang, artinya bahwa siswa yang ada di kelas I SD Negeri 1 Mayahan masih kurang memiliki minat dalam membaca.

Berdasarkan eveluasi nilai minat baca siswa pada prasiklus dapat dilihat dari ke 4 indikator yang digunakan sebagai alat penilaian terhadap minat baca mengahasilkan nilai dengan rincian sebagai berikut: a) indikator kesenangan membaca mendapatkan nilai baik sebanyak 5 anak, nilai cukup sebanyak 8 anak, dan nilai kurang sebanyak 7 anak; b) indikator kesadaran akan manfaat membaca mendapatkan nilai baik sebanyak 4 anak, nilai cukup sebanyak 9 anak dan nilai kurang sebanyak 7 anak; c) indikator frekuensi membaca anak mendapatkan nilai baik sebanyak 6 anak, nilai cukup sebanyak 8 anak, dan nilai kurang sebanyak 6 anak; d) indikator jumlah buku yang pernah dibaca mendapatkan nilai baik sebanyak 5 anak, nilai cukup sebanyak 7 anak dan nilai kurang sebanyak 7 anak.

Nilai yang didapatkan pada tiap-tiap indikator masih rendah dengan nilai paling rendah pada indikator 2 yang memiliki nilai baik sebanyak 4 anak. Sehingga dapat diartikan bahwa rendahnya minat baca siswa dikarenakan masih kurangnya kesadaran siswa akan manfaat dari membaca.

Berdasarkan evaluasi nilai minat baca siswa pada kegiatan prasiklus dapat disimpulkan bahwa minat baca siswa pada kondisi awal (prasiklus) masih rendah dan kurang maksimal. Maka oleh peneliti memerlukan perencanaan kegiatan perbaikan yang tertuang pada siklus I

Siklus I

Tindakan siklus I dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian hasil belajar prasiklus yang menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa dan hasil belajar masih rendah. Rendahnya keaktifan siswa dan hasil belajar tersebut disebabkan penerapan metode belajar yang tidak tepat, dan belum dalam pelaksanaan pembelajaran belum digunakan media pembelajaran. Observasi dilaksanakan 5 sampai dengan tanggal 10 September 2016 dengan cara mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, peneliti mencatat setiap aktivitas siswa dalam lembar observasi yang telah disusun.

Berdasarkan eveluasi nilai minat baca siswa pada siklus I dapat dilihat dari ke 4 indikator yang digunakan sebagai alat penilaian terhadap minat baca mengahasilkan nilai dengan rincian sebagai berikut: a) indikator kesenangan membaca mendapatkan nilai baik sebanyak 10 anak, nilai cukup sebanyak 5 anak, dan nilai kurang sebanyak 5 anak; b) indikator kesadaran akan manfaat membaca mendapatkan nilai baik sebanyak 8 anak, nilai cukup sebanyak 8 anak dan nilai kurang sebanyak 4 anak; c) indikator frekuensi membaca anak mendapatkan nilai baik sebanyak 12 anak, nilai cukup sebanyak 6 anak, dan nilai kurang sebanyak 2 anak; d) indikator jumlah buku yang pernah dibaca mendapatkan nilai baik sebanyak 10 anak, nilai cukup sebanyak 5 anak dan nilai kurang sebanyak 5 anak.

Dari hasil tersebut diketahui bahwa di kelas I SD Negeri 1 Mayahan setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus I ini hasil penilaian yang didapatkan mulai mengalami peningkatan meskipun baru 50% (10 anak) yang dapat dikatakan memiliki minat baca yang baik sedangkan yang 50% sisanya masih dibagi dalam kategori cukup dan kurang, namun hasil tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada prasiklus.

Namun pada penilaian siklus I ini masih ada indikator yang perlu mendapatkan penekanan khusus untuk diperbaiki karena mendapatkan nilai yang rendah. Indikator tersebut adalah indikator 2 sama pada prasiklus sehingga dapat diartikan bahwa minat baca anak masih belum dapat maksimal karena anak masih kurang menyadari akan manfaat dari membaca. Maka oleh peneliti memerlukan perbaikan kembali pada siklus II untuk mencapai hasil yang diinginkan (>75%).

Siklus II

Tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian hasil belajar siklus I yang menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa dan hasil belajar telah mengalami peningkatan, tetapi belum maksimal. Belum maksimalnya keaktifan siswa dan hasil belajar tersebut disebabkan peneliti belum terbiasa dengan menggunakan media benda nyata, selain itu, siswa belum terbiasa belajar memecahkan permasalahan secara berkelompok dengan teman satu meja. Keaktifan siswa terlihat dari belum semua siswa aktif dalam menyalin soal-soal yang ditulis oleh guru di papan tulis, selain itu belum semua siswa yang aktif dalam melaksanakan tugas, dan siswa yang belum mampu mengurangi dan menjumlahkan bilangan 1 sampai dengan 20, masih cukup banyak.

Dari upaya perbaikan ke dua yang dilakukan pada tanggal 18 September 2016, membuahkan hasil yang baik karena hasil penilaian terhadap minat membaca siswa sudah menunjukan kemajuan dan peningkatan yang signifikan dibandingkan pada saat kondisi awal dengan perolehan prosentase nilai baik sebesar 80% lalu perolehan prosentase nilai cukup sebesar 15% dan perolehan prosentase nilai kurang sebesar 5%, artinya bahwa pebaikan perlu dilakukan pada metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru karena dengan adanya metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif menimbulkan kesenangan anak dalam belajar.

Berdasarkan nilai minat baca siswa dapat dilihat dari ke 4 indikator yang digunakan sebagai alat penilaian terhadap minat baca mengahasilkan nilai dengan rincian sebagai berikut: a) indikator kesenangan membaca mendapatkan nilai baik sebanyak 16 anak, nilai cukup sebanyak 3 anak, dan nilai kurang sebanyak 1 anak; b) indikator kesadaran akan manfaat membaca mendapatkan nilai baik sebanyak 18 anak, nilai cukup sebanyak 1 anak dan nilai kurang sebanyak 1 anak; c) indikator frekuensi membaca anak mendapatkan nilai baik sebanyak 17 anak, nilai cukup sebanyak 2 anak, dan nilai kurang sebanyak 1 anak; d) indikator jumlah buku yang pernah dibaca mendapatkan nilai baik sebanyak 13 anak, nilai cukup sebanyak 6 anak dan nilai kurang sebanyak 1 anak.

Dari hasil tersebut diketahui bahwa di kelas B SD Negeri 1 Mayahan setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II ini hasil penilaian yang didapatkan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dan dapat dilihat hampir semua siswa mendapatkan nilai baik dengan rata-rata sebanyak 16 yang mendapatkan nilai baik dan 3 yang mendapatkan nilai cukup serta 1 yang mendapatkan nilai kurang dengan begitu prosentase kategori baik telah mencapai 80% dari hasil tersebut sudah mencapai target yang ditentukan (>75%). Dengan demikian tidak perlu dilakukan tindakan perbaikan kembali karena target yang ditentukan telah dapat dicapai.

PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Nilai Evaluasi Minat Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan nilai evaluasi minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I yang didapatkan pada kegiatan prasiklus dan siklus I menunjukkan peningkatan yaitu pada indikator kesenangan membaca dari 5 siswa menjadi 10 siswa (peningkatan 5 siswa), indikator kesadaran akan manfaat membaca dari 4 siswa menjadi 8 siswa (peningkatan 4 siswa), indikator frekuensi membaca dari 6 siswa menjadi 12 siswa (peningkatan 6 siswa), dan jumlah buku yang pernah dibaca dari 5 menjadi 10 (peningkatan sebanyak 5).

Perbandingan Hasil Nilai Evaluasi Minat Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I Siklus I dengan Siklus II

Perbandingan nilai evaluasi minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I yang didapatkan pada kegiatan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa indikator kesenangan membaca dari 10 siswa meningkat menjadi 16 siswa (peningkatan 6 siswa), indikator kesadaran akan manfaat membaca dari 8 siswa meningkat menjadi 18 siswa (peningkatan 10 siswa), indikator frekuensi membaca dari 12 siswa meningkat menjadi 17 siswa (peningkatan 5 siswa), dan indikator jumlah buku yang pernah dibaca dari 10 meningkat menjadi 13 (peningkatan sebanyak 3).

 

Perbandingan Hasil Nilai Evaluasi Minat Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I Prasiklus dengan Siklus II

Perbandingan nilai evaluasi minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I yang didapatkan pada kegiatan Prasiklus dan siklus II menunjukkan bahwa indikator kesenangan membaca dari 5 siswa meningkat menjadi 16 siswa (peningkatan 11 siswa), indikator kesadaran akan manfaat membaca dari 4 meningkat menjadi 18 siswa (peningkatan 14 siswa), dan indikator frekuensi membaca dari 6 siswa meningkat menjadi 17 siswa (peningkatan 11 siswa), dan jumlah buku yang pernah dibaca dari 5 meningkat menjadi 13 (peningkatan 8).

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Minat Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas I Prasiklus ke Siklus II

Adapun perbandingan prosentasi ketercapaian minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I dapat diketahui bahwa prosentase dari siklus ke siklus terus mengalami perubahan dengan peningkatan dari hasil baik (●) yang meningkat dari prasiklus ke siklus I sebesar 25% dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 30%.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 1 Mayahan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 tentang peningkatan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I melalui kegiatan story reading di SD Negeri 1 Mayahan, dapat disimpulkan bahwa:

1.     Penerapan metode pembelajaran yang monoton terutama pada saat pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Mayahan membuat anak kurang berminat dan kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.

2.     Pembelajaran membaca dengan menggunakan metode story reading (membacakan cerita secara langsung dari buku cerita) kepada anak dapat meningkatkan minat baca permulaan pada siswa kelas I di SD Negeri 1 Mayahan kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan.

3.     Peningkatan terlihat dari hasil observasi yang dilakukan pada prasiklus, siklus I dan siklus II dengan besar peningkatan yaitu pada prasiklus 25% kemudian ke siklus I menjadi 50% (terjadi peningkatan sebesar 25%) kemudian siklus I ke siklus II menjadi 80% (terjadi peningkatan sebesar 30%).

 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan Story Reading dapat meningkatkan minat membaca permulaan pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I SD Negeri 1 Mayahan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Implikasi

Berdasarkan simpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan metode story reading dapat meningkatkan minat baca permulaan pada siswa kelas I di SD Negeri 1 Mayahan kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini membuktikan bahwa jika pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, disertai dengan partisipasi dari seluruh siswa, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

Saran-Saran

Saran untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, sebaiknya Pengawas di UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo melakukan supervisi secara terus menerus dalam rangka meningkatkan kompetensi guru khususnya dalam mengembangkan minat baca permulaan pada pembelajaran bahasa indonesia. Saran untuk Kepala Sekolah lain, sebaiknya kepala sekolah lebih mengupayakan peningkatan profesionalisme guru SD dengan memberikan pelatihan, workshop, dan sejenisnya kepada guru untuk lebih menguasai berbagai macam metode pembelajaran. Saran untuk Guru, Sebaiknya guru lebih banyak membaca atau mencari literatur lain untuk mengembangkan keterampilan mengajar terutama pada pengembangan minat baca permulaan pada pembelajaran bahasa indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Lewis R. 1994. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn & Bacon.

Arifin, Samsul. 2004. Penggunaan Metode Motessori dalam Pengajaran Membaca Pemulaan di TK Palm Kids. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2016. Panduan Penilaian Untuk Sekolah Dasar Jakarta: Direktorat Pembinaan SD, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hurlock. 1993. Perkembangan Anak. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saxby, Maurice dan Gordon Winch. 1991. Give Them Wings, The Experiences Of Children’s Literature. Melbourne: The Macmillan Company.

Smith, F. 1988. Understanding Reading: A Psycholinguistic Analysis Of Reading And Learning To Read. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Stiggins, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York: Merrill-Mac Milan College Publishing Company.

Sutopo, H.B. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Keterampilan Membaca. Bandung: PT Angkasa.